Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh

Afwan jidan, ana hanya ingin bertanya "Allahu yahdik" dan "ma'as salamah" itu 
artinya apa ya?
Tolong dijawab. Jazakallohu khoir

Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh


--- fsms sunnah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Bismillahirrahmanirrahim.
> Ba'da Tahmid wa Sholawat.
> Wa'alaykumus Salam warohmatullahi wabarokatuh
>
> Sedikit masukan aja, kalo ada yang salah tolong
> ikhwah lainnya meluruskan ana.
>
> Memang benar, bahwa Mushhaf Utsmani tatkala
> dikumpulkan adalah dalam keadaan 'gundul' tidak
> bersyakal atau berharokat. Sehingga beberapa
> musytariqin (orientalis) semacam Arthur Jeffrey,
> Goldziher, dan selainnya ketika meragukan keabsahan
> mushhaf Utsmani mereka menyatakan bahwa mushhaf
> utsmani tatkala itu dalam keadaan 'gundul' sehingga
> bisa memunculkan perbedaan bacaan dan makna. Mereka
> mencontohkan dengan kesalahan yang dilakukan oleh
> Ibnu Syundzub yang membaca al-Qur'an secara syadz,
> lalu dihukum oleh Amirul Mukminin saat itu.
> Namun Jeffrey dan konco-2nya lupa, bahwa al-Qur'an
> tatkala itu dihafalkan oleh ribuan, bahkan jutaan
> kaum muslimin menghafalkannya di dalam shudur
> (dada-2) mereka.
> Perlu difahami juga, pengumpulan mushhaf menjadi
> satu mushhaf Utsmani sering pula diklaim sebagai
> bid'ah oleh kebanyakan ahlul bid'ah utk membela
> kebid'ahannya. Mereka dengan kebodohannya berusaha
> menjustifikasi dan melegalkan kebid'ahan dengan
> pemahaman yang bathil.
> Ketahuilah, bahwa penghimpunan mushhaf dari beberapa
> mullaf oleh Zaid bin Tsabit bukanlah bid'ah, dengan
> beberapa alasan :
> 1. Rasulullah saw bersabda : "Fa'alaykum bi sunnatiy
> wa sunnati khulafa`ir Rasyidin al-mahdiyin adldlu
> 'alaiha bin nawajid" (Berpeganglah kepada sunnahku
> dan sunnha khulafa' ar-Rasyidin yang lurus, gigitlah
> dengan gigi gerahammu). (Penggalan hadits
> al-Washiyah yang diriwayatkan oleh Abnu Dawud dan
> Turmudzi, hadits no. 28 Arba'in Nawawiyah).
> Jika kita perhatikan shighat (bentuk kalimat) di
> atas, kalimat pertama disebutkan dua sunnah, yakni
> sunnah Rasulullah dan Sunnah Khalifah Rasyidin
> Mahdiyin, namun kata perintah berikutnya, yakni
> adldlu 'alaiha bin nawajid (gigitlah dengan gigi
> gerahammu), kata ganti ha di dalam teks hadits
> tersebut adalah bermakna mufrod atrau tunggal.
> Seharusnya jika obyeknya dua dikatakan adldlu
> 'alaihima bin nawajid. Namun mengapa nabi yang mulia
> menyebutkan hanya satu??
> Para ulama yang mulia, diantara syaikhuna Salim bin
> Ied al-Hilali di dalam Bahjatun Naszhirin dan
> Iqozhul Himam menerangkan bahwa, hal ini menunjukkan
> predikat sunnah khulafa`ur rasyidin setingkat dengan
> sunnah rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam.
> Oleh karena itu, apa yang disepakati oleh para
> khulafa`ur Rasyidin, maka ia termasuk sunnah Nabi
> yang mulia 'alaihi Sholatu wa Salam.
> 2. Ijma' Shahabat adalah dalil tanpa syak lagi. Jadi
> sesuatu yang berpijak pada dalil yang menunjukkan
> akan keabsahannya tidaklah termasuk bid'ah.
> 3. Hal ini termasuk mashlahah mursalah, dimana letak
> perbedaannya dengan bid'ah adalah, diantaranya dari
> sisi dharuri dan mawani'nya. Penjelasan mashlahah
> mursalah ini sebenarnya cukup panjang, namun secara
> singkat sebagai berikut.
> Dharuri (kemestian/keharusan) penulisan mushhaf ini
> dikarenakan banyaknya qurro' dan hufazh yang
> meninggal dunia di medan jihad, sehingga untuk
> menjaga otentisitasnya perlu dibukukan. sekiranya
> tidak dilakukan niscaya akan membawa mudharat bagi
> ummat. Dan hal ini merupakan qodarullah yang Allah
> tetapkan sebagai pengejawantahan janji Allah sendiri
> yakni Inna nahnu nazzalna adz-dzikro wa inna lahu
> lahaafizhun (sesungguhnya kamilah yang menurunkan
> al-Qur'an dan kami pula yang memeliharanya).
> Dhauri pengumpulan mushhaf ke dalam satu mushhaf yg
> disebut mushhaf Utsmani adalah karena munculnya
> perbedaan cara baca akibat lahjah  (dialek)
> masyarakat Islam saat itu yang beraneka ragam.
> Sehingga perlu dikanonisasi dengan mengembalikan
> kepada lahjah Quraisy yang merupakan bahasa Nabi
> yang mulia 'alaihi sholatu wa salam.
> Demikian ini kurang lebih sedikit pengantar mengenai
> pengumpulan mushhaf Utsmani. Lantas bagaimana dengan
> syakal pada al-Qur'an??
> Kami jawab : Harakat atau syakal di dalam al-Qur'an
> bukanlah bid'ah. Dengan beberapa alasan, diantaranya
> :
> 1. Al-Qur'an adalah kalamullah yang sudah paten
> huruf-hurufnya dan bacaannya. Kalamullah ini dihafal
> oleh jutaan kaum muslimin di seluruh dunia di
> sepanjang masa. Namun tatkala Islam mulai menyebar
> hingga ke wilayah 'ajami yang tdk mampu berbahasa
> Arab apalagi membacanya, maka untuk mempermudah kaum
> muslimin membacanya, perlu diberi syakal dan
> harakat. sekiranya tidak diberi syakal maka niscaya
> dapat memunculkan kesalahan-2 bacaan. Wong perbedaan
> lahjah membaca aja di kalangan Arab diperintahkan
> utk dikembalikan ke mushhaf Utsmani sebagai
> standart, apalagi orang 'ajam yang tidak faham
> Bahasa Arab. Adapun macam qiro'ah yang dianggap
> adalah ada 7, yang disebut sebagai Qiro'ah
> as-Sab'ah.
> 2. Hal ini termasuk mashlahah mursalah, bukan
> bid'ah. Dimana letak perbedaannya. Maka kita perlu
> memahami perbedaan mashlahah mursalah ini. secara
> global dan ringkas ana terangkan dua hal
> perbedaannya.
> Pertama, Mashlahah Mursalah dilakukan karena suatu
> hajat (kebutuhan) yang dharuri (mendesak), yang
> sekiranya tidak dilakukan maka akan menimbulkan
> madharat, dan jika dilakukan maka akan mendatangkan
> mashlahat. sedangkan bid'ah adalah kebalikannya.
> Misalnya, pengumpulan mushhaf sebagaimana telah
> dijelaskan di atas, ilmu kodifikasi hadits, ilmu
> fiqh, ilmu nahwu shorof, balaghoh dan lain2nya.
> Bukankan tdk pernah diamalkan oleh Rasulullah
> ataupun dituntunkan beliau?? Namun mashlahah
> mursalah dapat digali dalil2nya dari sabda-2 Nabi,
> serta memberikan mashlahat bagi umat seluruhnya.
> Sedangkan bid'ah tidak demikian. Seperti tahlilan
> misalnya, kebutuhan apa yang mengharuskan seseorang
> utk melakukan tahlil?? Apakah jika tidak dilakukan
> apakah akan membawa mudharat? Mashlahat apa yang
> akan didapat dengan tahlil??
> Kedua, Mashlahah Mursalah tdk dilakukan pd zaman
> Nabi karena ada penghalangnya (mawani'), sehingga
> tatkala mawani' tersebut hilang, maka dapat
> dilaksankan.
> Misalnya sholat tarawih berjama'ah. Nabi yang mulia
> shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri meninggalkan
> sholat tarawih pada malam-2 berikutnya setelah
> beliau berjama'ah dengan para sahabatnya dikarenakan
> khawatir sholat ini akan menjadi wajib dan
> memberatkan ummatnya, karena saat itu wahyu belum
> terputus. Namun tatkala beliau 'alaihi sholatu wa
> sallam meninggal, maka penghalang ini menjadi hilang
> -yakni wahyu sudah terputus- dan Umar radhiyallahu
> 'anhu mengumpulkan para sahabat dan sholat tarawih
> berjama'ah. Lagian Rasulullah pernah mengamalkan
> sholat ini berjama'ah, jadi jelas gak bid'ah.
> Contoh lain lagi adalah pengumpulan dan penulisan
> hadits.Rasulullah pernah melarang para  shahabat utk
> menulis hadits dikarenakan khawatir tercampur dengan
> al-Qur'an. Sedangkan di sisi lain ada riwayat yang
> menerangkan beliau menyuruh Mu'awiyah utk mencatat
> haditsnya. jadi alasan pelarangan beliau ini adl
> khawatir tercampur dengan al-Qur'an, namun tatkala
> kekhawatiran yg menjadi mawani' ini hilang, maka
> boleh menulis hadits, bahkan sangat dianjurkan.
> Contoh lainnya lagi seperti pemberian syakal pd
> al-Qur'an. Mushhaf UItsmani memang tidak bersyakal
> dikarenakan ummat saat itu faham bahasa Arab dan
> mampu membacanya. tatkala Islam semakin meluas
> hingga ke wailayah non Arab, maka utk memudahkan
> mereka mempelajari al-Qur'an, perlulah diberi
> syakal.
> Ana tdk mampu membayangkan sekiranya al-Qur'an
> diharuskan dalam keadaa 'gundul', padahal di negeri
> kita ini saja -yang katanya mayoritas muslim-,
> membaca al-Qur'an yang ada syakalnya, bahkan ada
> transliterasinya aja susah apalagi yang 'gundul'...
> Subhanalloh, agama ini adalah mudah maka janganlah
> dipersulit...
> Adapun teman antum yang nahdliy... Katakan padanya :
> "Ente bisa gak baca kitab 'gundul'?? Kalo bisa, bisa
> gak ente baca al-Qur'an 'gundul'?? Tapi inget kalo
> ada kesalahan baca bisa merubah makna dan tentunya
> membawa dosa kepada pembacanya."
> katakan juga padanya :
> "Ente nih lebih baik membid'ahkan haul, istighotsah
> akbar, sholawat-2an, tahlilan dan semacamnya
> ketimbang ente membid'ahkan suatu hal yang bukan
> bid'ah."
> Terakhir katakan lagi pada dia :
> "Allahu yahdik!!!"
> Amien...
> Jika dia masih ngeyel maka katakan padanya :
> "Ma'as Salamah"
> Wassalamu'alaikum


______________________________
Start your day with Yahoo! - make it your home page
http://www.yahoo.com/r/hs




------------------------------------------------------------------------
Website Islam pilihan anda.
http://www.assunnah.or.id
http://www.almanhaj.or.id
Website kajian Islam -----> http://assunnah.mine.nu
Berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED]
------------------------------------------------------------------------ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke