SEPUTAR ISSU TERORISME

Oleh
Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Al-Halaby Al-Atsary
Bagian Pertama dari Dua Tulisan 1/2




Tema seputar irhab (terorisme) menjadi pembicaraan hangat di setiap lapisan 
masyarakat dan ittijahat (berbagai pihak dengan berbagai kepentingannya). 
Setiap Negara memperbincangkannya, baik negara Islam atau bukan. Semua orang 
juga berbicara tentang irhab. (Begitu pula) orang-orang Islam dan 
non-muslim, anak-anak, dewasa dan wanita. Mereka semua membicarakannya. 
Sehingga, perlu disampaikan sebuah pernyataan yang menyejukkan dan 
menentramkan yang dapat menjelaskan duduk permasalahan yang sebenarnya.

Kata irhab menurut tinjauan syari’at pada asalnya bukanlah kata yang 
dibenci. Bahkan ini merupakan kata yang mendapat porsi makna tersendiri di 
dalam syari’at dan di dalam Al-Qur’an. Allah berfirman.

“Artinya : Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang 
kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan 
persiapan itu) kamu menggetarkan (membikin irhab pada) musuh Allah” 
[Al-Anfal : 61]

Rasa gentar dan takut yang menyelinap di hati para musuh Islam, adalah 
ketakutan luar biasa, yang difirmankan Allah.

“Artinya : Kelak Aku jatuhkan rasa takut ke hati orang-orang kafir” 
[Al-Anfal : 12]

Dan juga disabdakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Artinya : Aku ditolong dengan rasa takut (yang ditanamkan kepada musuh) 
sejak sebulan perjalan” [Hadits Riwayat Bukhari]

Jadi, kata irhab menurut istilah Islam yang Qur’ani bukan irhab dalam 
kenyataan yang terjadi akhir-akhir ini, dan bukan pula irhab dalam kejadian 
mencekam yang problematis sekarang ini.

Sebab irhab menurut konteks kekinian dan menurut peristiwa problematis 
sekarang ini , identik dengan kerusakan, perusakan, pembunuhan membabi buta 
dan peledakan yang dilakukan secara ngawur, tanpa dasar petunjuk, bayyinah 
(bukti nyata) serta bashirah (ilmu) sama sekali. Akan tetapi hanya 
berdasarkan dorongan semangat dan emosi semata. Dengan dalih, sebagai 
pembelaan dan kecintaan terhadap agama. Namun tidak semua orang yang 
mencintai agama, dapat melaksanakan agama dengan baik dan benar. Ibnu Mas’ud 
mengatakan :”Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun tidak 
dapat meraihnya”.

Demikianlah,sesungguhnya prinsip dan asas Islam dalam jihad bertumpu pada 
perbaikan dan penyebaran hidayah, bukan penghancuran, pembunuhan atau 
peperangan, namun bermisi menebarkan hidayah kepada manusia, mengeluarkan 
mereka dari kegelapan menuju cahaya. Dari kezhaliman serta keputusasaan 
menuju kebahagian dan curahan kebaikan. Acuannya terdapat pada firman Allah.

“Artinya : Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu 
(tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak 
menyukai orang-orang yang melampui batas” [Al-Baqarah : 190]

Allah menghubungkan terjadinya peperangan, disebabkan oleh peperangan, tanpa 
boleh bertindak melampui batas. Dan Allah menjelaskan pada akhir ayat, 
tindakan yang bengis dan kejam tidak disukai Allah Ta’ala. Allah berfirman.

“Artinya : Sesungguhnya Allah tidak menykai orang-orang yang melampaui 
batas”.

Bahkan Al-Qur’an melukiskannya dalam gambaran yang indah dalam ayat.

“Artinya : Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil 
terhadap orang-orang yang tiada memerangi kamu karena agama dan tidak (pula) 
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang 
berlaku adil” [Al-Mumtahanah : 8]

Dalam ayat pertama Allah mengatakan : “Sesungguhnya Allah tidak menyukai 
orang-orang yang melampui batas”. Sedangkan pada ayat yang kedua Allah 
berfirman : “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”. 
Inilah hakikat Islam dengan risalahnya yang luhur, prinsip-prinsipnya yang 
universal, bersifat baik dan berorientasi mempebaiki kondisi, tidak dibatasi 
oleh dimensi waktu maupun ruang, supaya menjadi agama Allah yang terakhir 
sebagai perwujudan firman Allah.

“Artinya : Sesungguhnya agama yang (diridhai) di sisi Allah adalah Islam”

Dan firmanNya.

“Artinya : Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah 
akan diterima (agama itu) darinya”.

Begitulah agama Islam, keagungan tercermin pada pribadi Nabi Muhammad yang 
bersabda.

“Artinya : Ketahuilah, aku diberi Al-Qur’an dan (wahyu) serupa datang 
bersamanya”

Nabi menganggap bahwa pengkhianatan terhadap perjanjian dengan orang kafir 
yang sedang dalam ikatan perjanjian bersama dengan kaum muslimin, baik atas 
permintaan orang kafir atau atas ajakan kaum muslimin. Nabi menganggap 
penghianatan itu sebagai dosa besar. Beliau bersabda.

“Artinya : Barangsiapa membunuh seorang mu’ahad (dalam perjanjian dengan 
kaum muslimin), niscaya ia tidak akan mencium aroma Syurga. (Padahal) aroma 
syurga dapat tercium sejak empat puluh tahun perjalanan” [Hadits Riwayat 
Bukhari No. 3.166]

Cermatilah wahai kaum muslimin dengan cara pandang Islam yang luhur, yang 
tercermin dalam syari’at yang bijak, dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. 
Bandingkanlah dengan fenomena menyedihkan yang terjadi di negera ini 
(Indonesia, -red). Perhatikanlah apa yang dilakukan sebagian kaum muslimin, 
dengan dalih jihad dan menegakkan semangat amar ma’ruf nahi mungkar, yang 
akhirnya mengguncang stabilitas keamanan dan mengacaukan masyarakat. Efeknya 
terjadi pembunuhan terhadap jiwa orang Islam. Padahal, darah mereka lebih 
terhormat di sisi Allah dibandingkan Ka’bah yang mulia.

Kemana mereka dengan ilmu (yang dimilikinya) atau (lebih pantasnya) dengan 
kebodohannya ? Kita tidak akan lupa terhadap tindakan mereka yang sadis 
dengan mengatasnamakan Islam, padahal sama sekali tidak ada hubungannya 
dengan Islam. Tidak ada toleransi bagi kita atas perbuatan mereka ini, 
ketika ada di antara mereka yang memperoleh penganiayaan, serta penyiksaan. 
Sebab Allah telah berfirman.

“Artinya : Dan balasan kejahatan adalah kejelekan serupa”

Tenu saja semua ini termasuk dalam pedoman-pedoman syar’i.

Apalagi, mereka melakukannya dengan keburukan, tentunya akan mendapatkan 
imbalan keburukan yang berlipat ganda. Tindakan mereka tanpa pedoman ilmu, 
tanpa bayyinah (bukti), tanpa petunjuk dan tanpa taufikNya.

sumber http://www.almanhaj.or.id

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun VIII/1425H/2005M Rubrik 
Liputan Khusus yang diangkat dari ceramah Syaikh Ali bin Hasan bin Ali 
Al-Halaby Al-Atsary Tgal 5 Desember 2004 di Masjid Istiqlal Jakarta]

_________________________________________________________________
Express yourself instantly with MSN Messenger! Download today it's FREE! 
http://messenger.msn.click-url.com/go/onm00200471ave/direct/01/






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

------------------------------------------------------------------------
Website Islam pilihan anda.
http://www.assunnah.or.id
http://www.almanhaj.or.id
Website kajian Islam -----> http://assunnah.mine.nu
Berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED]
------------------------------------------------------------------------ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke