Sukron jiddan atas informasi artikelnya mengenai tarikat Nahsabandiyah, menurut 
informasi dari ikhwan di Batam, bahwa sekarang ini aliran tarikat Nahsabandiyah 
sedang maju dakwahnya di Batam, Semoga dengan artikel dari antum semua ini bisa 
memberikan masukan kepada para saudara kita yang terlanjur terjerumus ke dalam 
aliran ini, Semoga Alloh swt memberikan hidayah kepada mereka.

Jazakallohu khoiron katsiiroo.

Abu nida


Anzi wrote:

>>From: aepsupriatna <[EMAIL PROTECTED]>
>>Date: Thu Nov 10, 2005  7:04 pm
>>Subject: Tarikat nahsabandiyah
>>Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
>>Adakah yang punya artikel tentang tarikat Nahsabandiyah..
>>kalau ada moho di -reply via japri
>>jazakallah khair,
>>wassalam,
>>Abu Nida
>>
>>
>
>Wa 'alaikum salam warohmatullohi wabarokatuhu
>Tarekat tsb beraliran Sufistik dan mengkultuskan imam mereka.
>Saya pernah 1 kali ke acara dzikir mereka.
>Dan suami saya melarang untuk kembali kesana. Untuk lebih jelasnya
>saya lampirkan artikel dari http://www.almanhaj.or.id
>
>BOROK-BOROK SUFI
>
>Oleh
>Salim Al-Hilali dan Ziyad Ad-Dabij
>Bagian Pertama dari Tiga Tulisan 1/3
>
>Tasawuf merupakan gerakan berpola pikir filsafat klasik yang
>mengekor kepada para filosof dan ahli syair Romawi, India dan
>Persia. Namun, dalam hal ini, kita akan membatasi kajian masalah
>sufi dengan berkedok Islam. Kedok Islam ini dikenakan sebagai upaya
>menutupi hakikatnya. Maka barangsiapa yang meneliti dan mengamati
>gerak-geriknya, niscaya akan berkesimpulan, bahwa sufi bukan Islam.
>Baik menyangkut aqidah, prilaku dan pendidikan.
>
>MENGENAL BEBERAPA KEYAKINAN SUFI
>Sesungguhnya para penguasa sufi telah berusaha memelihara keyakinan-
>keyakinan tasawuf, yakni, dengan merancukan dan menghapuskan ayat-
>ayat Al-Kitab Al-Karim. Membolak-balik, serta merubah pemahaman
>Sunnah An-Nabawiyah yang telah suci. Akan tetapi Allah Subhanahu wa
>Ta'ala telah menakdirkan untuk agama ini, orang-orang yang
>memperbaharui agama-Nya.
>
>Yakni, dengan membersihkan Islam dari bermacam aqidah dan filsafat
>yang mengalir dalam benak manusia akibat pengaruh pola pikir
>keberhalaan. Maka, diungkaplah borok-borok mereka, dipilah perkataan
>mereka serta diterangkan kebohongannya. Metoda merekapun dibuyarkan
>dengan menelaah kitab-kitab induk sufi. Berikut secara ringkas
>ditampilkan keyakinan-keyakinan mereka.
>
>ILMU LADUNI
>Istilah ini dikaitkan kepada firman-Nya Subhanahu wa Ta'ala tentang
>nabi Khidir:
>
>"wa 'allamnaahu min Ladunnaa 'ilmaan"
>
>"Artinya :...Dan Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.". [Al-
>Kahfi : 65].
>
>Yang dimaksud dengan ayat diatas, menurut mereka, adalah
>disingkapnya alam ghaib bagi mereka. Caranya, dengan kasyaf
>(penyingkapan), tajliyat (penampakan) serta melakukan kontak
>langsung dengan Allah dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
>[1]. Mereka berdalil dengan firman-Nya Subhanahu wa Ta'ala.
>
>"Artinya : Dan bertaqwalah kepada Allah, maka Allah akan mengganjari
>kepada kalian semua". [Al-Baqarah : 282].
>
>Pemikiran ilmu laduni dipelopori oleh Hisyam Ibnu Al-Hakam (wafat
>199H), seorang penganut Syi'ah yang mahir ilmu kalam. Ia berasal
>dari Kufah. [2]
>
>Orang-orang sufi, dalam rangka merealisir ajarannya, menempuh
>beberapa jalan. Jalan terpenting itu, diantaranya :
>
>[1] Menjauhkan diri dari menuntut ilmu syar'i. Dikatakan oleh Al-
>Junaid, seorang pentolan sufi, "Yang paling aku sukai pada seorang
>pemula, bila tak ingin berubah keadaannya, hendaknya jangan
>menyibukkan hatinya dengan tiga perkara berikut : mencari
>penghidupan, menimba ilmu (hadits) dan menikah. Dan yang lebih aku
>sukai lagi, pada penganut sufi, tidak membaca dan menulis. Karena
>hal itu hanya akan menyita perhatiannya".[3]
>
>Demikian pula yang dikatakan Abu Sulaiman Ad-Darani, "Jika seseorang
>menimba ilmu (hadits), bepergian untuk mencari penghidupan, atau
>menikah, sungguh ia telah condong kepada dunia"[4]
>
>[2] Menghancurkan sanad-sanad hadits dan menshahihkan hadits-hadits
>dha'if (lemah), munkar dan maudhu' (palsu) dengan cara kasyaf.
>Sebagaimana dikatakan Abu Yazid Al-Busthami, "Kalian mengambil ilmu
>dari mayat ke mayat. Sedang kami mengambil ilmu dari yang Maha Hidup
>dan tidak pernah mati. Hal itu seperti yang telah disampaikan para
>pemimpin kami : "Telah mengabarkan pada aku hatiku dari Rabbku".
>Sedang kalian (maksudnya, kalangan Ahlu Al-hadits)
>mengatakan : "Telah mengabarkan kepada kami Fulan". Padahal, bila
>ditanya dimana dia (si Fulan tersebut) ?. Tentu akan dijawab : "Ia
>(Fulan, yakni yang meriwayatkan ilmu atau hadits tersebut) telah
>meninggal". "(Kemudian) dari Fulan (lagi)". Padahal, bila ditanyakan
>dimana dia (Fulan tadi)? Tentu akan dijawab : "Ia telah meninggal".
>[5] Dikatakan pula oleh Ibnu Arabi, "Ulama Tulisan mengambil
>peninggalan dari salaf (orang-orang terdahulu) hingga hari kiamat.
>Itulah yang menjauhkan atau menjadikan timbulnya jarak antara nasab
>mereka. Sedang para wali mengambil ilmu dari Allah (secara langsung -
>peny). Yakni, dengan cara Ia (Allah) mengilhamkan kedalam hati para
>wali"[6]. Dikatakan oleh Asy-Sya'rani, "Berkenan dengan hadits-
>hadits. Walaupun cacat menurut para ulama ilmu hadits, tapi tetap
>shahih menurut ulama ilmu kasyaf".[7].
>
>[3] Menganggap menimba ilmu (hadits) sebagai perbuatan aib dan
>merupakan jalan menuju kemaksiatan serta kesalahan. Ibnu Al-Jauzi
>menukil, bahwa ada seorang syaikh sufi melihat seorang murid membawa
>papan tulis (baca : buku), maka dikatakannya kepada murid
>tersebut :"Sembunyikan auratmu".[8] Bahkan, mereka saling mewariskan
>sebagian pameo-pameo yang bertendensi menjauhkan peninggalan salaf,
>umpanya : Barang siapa gurunya kitab, maka salahnya lebih banyak
>dari benarnya.
>
>Sanggahan terhadap pernyataan-pernyataan sebagaimana diungkap
>diatas :
>
>Pertama.
>Barangsiapa berkeyakinan, bahwa dengan kemampuannya dapat berjumpa
>dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, seperti keadaan
>nabi Khidir dengan nabi Musa, maka ia telah kafir berdasarkan ijma'
>para ulama kaum muslimin. Karena, nabi Musa tidaklah diutus kepada
>nabi Khidir, dan tidak pula nabi Khidir diperintahkan untuk
>mengikuti nabi Musa.
>
>Padahal Allah telah menjadikan masing-masing nabi mempunyai jalan
>dan minhaj yang berbeda-beda. Dan peristiwa yang demikian itu,
>berulang kali terjadi sebelum beliau diutus sebagai nabi. Seperti,
>sezamannya nabi Luth denga nabi Ibrahim, nabi Yahya dengan nabi Isa.
>
>Sesungguhnya para nabi tersebut dibangkitkan untuk kaumnya saja,
>sedangkan Muhammad shalallallahu 'alaihi wa sallam dibangkitkan
>untuk seluruh manusia hingga hari kiamat. Telah bersabda
>Shallallahu 'alaihi wa sallam.
>
>"Artinya : Adalah para nabi diutus untuk kaumnya saja, sedangkan aku
>diutus untuk seluruh manusia". [Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan
>Muslim].
>
>"Artinya : Tidak seorang pun dari umat ini yang mendengar tentangku,
>baik Yahudi atau Nashrani, kemudian tidak beriman kepadaku,
>melainkan akan dimasukkan ke neraka" [Hadits Shahih Riwayat Muslim
>I/93]
>
>Aqidah semacam ini merupakan asasnya Islam, berdasarkan firman-Nya
>Subhanahu wa Ta'ala.
>
>"Artinya : Tidaklah engkau Kami utus kecuali untuk seluruh manusia,
>sebagai pemberi khabar gembira dan pemberi peringatan".[Saba' : 28]
>
>Dan firman-Nya Subhanahu wa Ta'ala.
>
>"Artinya : Katakanlah, wahai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan
>Allah kepada kalian semua". [Al-A'raf : 157]
>
>Dan siapa saja yang 'alim, baik jin maupun manusia, diperintahkan
>untuk mengikuti rasul yang ummi ini. Maka barangsiapa yang mengaku
>bahwa dengan kemampuannya dapat keluar dari minhaj dan petunjuk nabi
>Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam ke minhaj lainnya, walaupun
>minhaj Isa, Musa, Ibrahim, maka dia sesat dan menyesatkan. Telah
>bersabda Shalallahu 'alaihi wa sallam.
>
>"Artinya : Seandainya Musa turun, lalu kalian semua mengikutinya dan
>meninggalkan aku, maka sungguh sesatlah kalian. Aku adalah bagian
>kalian, dan kalian adalah bagian dari umat-umat yang ada". [Riwayat
>Baihaqi dalam Syu'abu al-Iman, dan lihat pula dalam Irwa'al-Ghalil
>karangan Al-Bani hal. 1588]
>
>Adapun keyakinan orang-orang sufi bahwa nabi Khidir masih tetap
>hidup, selalu berhubungan dengan mereka, mengajarkan kepada mereka
>ilmu yang diajarkan Allah kepadanya, seperti nama-nama Allah yang
>Agung, hal ini merupakan dusta dan mengada-ada. Karena menyelesihi
>Al-Qur'an secara nyata :
>
>"Artinya : Dan tidaklah kami jadikan seorang manusiapun sebelummu
>abadi". [Al-Anbiya' : 34]
>
>"Artinya : Tidak ada satu jiwapun yang bernafas pada hari ini yang
>datang dari zaman seratus tahun sebelumnya, sedangkan dia saat
>sekarang ini masih hidup". [Hadits Riwayat Ahmad dan Tirmidzi dari
>Jabir]
>
>Hadits-hadits yang menerangkan masih hidupnya nabi Khidir semuanya
>maudhu' (palsu) menurut kesepakatan seluruh ulama hadits.[9]
>
>Kedua.
>Adapun hujjah mereka dengan firman-Nya Subhanahu wa Ta'ala.
>
>"Artinya : Dan bertaqwalah kepada Allah dan Allah akan mengajarimu
>(ilmu)". [Al-Baqarah : 282]
>
>Hal itu bukanlah hujjah, karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
>sallam telah menerangkan pemahaman ayat ini dan telah menentukan
>cara mencari ilmu yang disyari'atkan dan diwajibkan atas setiap
>muslim. Seperti sabdanya Shallallahu 'alaihi wa sallam.
>
>"Artinya : Sesungguhnya ilmu itu (diperoleh) dengan cara belajar".
>[Hadits Riwayat Daruquthni dalam Al-Ifrad wa al-Khatib dalam
>tarikhnya dari Abu Hurairah dan Abu Darda'. Lihat Silsilah Ash-
>Shahihah 342]
>
>Kata innama (sesungguhnya) disini adalah untuk membatasi.
>
>Ketiga.
>Perihal pendapat mereka yang menyatakan, bahwa mencari ilmu dengan
>cara belajar adalah jalan yang memayahkan, terlalu bertele-tele,
>dianggap condong kepada dunia serta menyita perhatian dan
>kesungguhan (walaupun telah tinggi dalam menuntut ilmu tadi), tetap
>dianggap tidak sempurna. Kecuali, bila ditempuh dengan cara kasyaf
>dan ilham.
>
>Berkenan dengan ilmu itu sendiri, termasuk tentunya dalam
>pengamalannya. Bahkan sebatas mencari ilmu semata. Berkata Ibnu Al-
>Jauzi, "Iblis menginginkan untuk menutup jalan tersebut dengan cara
>yang paling samar. Memang jelas bahwa yang dimaksud adalah
>mengamalkannya bukan sebatas mencari ilmu saja. Namun, dalam hal ini
>para penipu itu telah menyembunyikan masalah pengamalannya. [10] Dan
>tidaklah kasyaf yang mereka dakwakan itu, kecuali hanya khayalan
>setan belaka.
>
>"Artinya : Maukah Aku khabarkan kepada kalian tentang kepada siapa
>setan turun ? (Setan) turun kepada setiap pendusta dan suka berbuat
>dosa. Mereka menghadapkan pendengarannya itu (kepada setan), dan
>kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta". [Asy-Syu'ara : 221-
>223]
>
>"Artinya : Tidaklah kamu melihat bahwasanya Kami telah mengirim
>setan-setan itu kepada orang-orang kafir untuk menghusung mereka
>agar berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh ? Maka janganlah kamu
>tergesa-gesa memintakan siksaan bagi mereka, karena sesungguhnya
>Kami hanya menghitung (hari siksaan) itu untuk mereka dengan
>perhitungan yang teliti. Ingat ketika hari Kami mengumpulkan orang-
>orang yang bertaqwa kepada Rabb yang Maha Pemurah sebagai perutusan
>yang terhormat. Dan kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke
>neraka Jahannam dalam keadaan dahaga". [Maryam : 83-86]
>
>Adapun pengakuan mereka, seperti pensyarah Al-Ushul katakan, bahwa
>kasyaf merupakan bagian dari iman yang benar. Dan maksud kasyaf
>adalah disingkapkannya sebagian yang tersembunyi, dan tidak tampak,
>mengetahui gerak-gerik jiwa dan niat serta kelemahan sebagian
>manusia. Kasyaf semacam inilah yang disebutkan dalam hadits syarif
>sebagai firasat seorang yang beriman. [11] Jadi bila ada perkataan
>mereka semacam ini : "Telah mengabarkan kepadaku hatiku dari Rabb-
>ku" tidak lain adalah perkataan khurafat.
>
>Keempat.
>Sebagian mereka mengakku dapat melihat Rasulullah
>shallallahu 'alaihi wa sallam dalam tidurnya, lalu mengajarkan
>kepadanya beberapa perkara dan memintanya untuk berbuat begini dan
>begitu. Seperti, kata Ibnu Arabi, "Sesungguhnya aku telah melihat
>Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam mimpi. Aku melihatnya
>saat sepuluh akhir di bulan Muharram 627H, di Mahrusah, Damsyiq.
>Saat itu di tangan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam membawa
>kitab. Maka sabdanya kepadaku, 'Kitab ini adalah kitab Fushush Al-
>Hikam'. Ajarkan dan sebarkan kepada manusia agar bisa memetik
>manfa'at darinya. Kemudian aku katakan, Aku dengar dan taat kepada
>Allah, Rasul-Nya serta ulil amri diantara kita sebagaimana yang
>engkau perintahkan. Maka, aku pun berusaha merealisasikan cita-cita
>dan aku murnikan niatku serta kubulatkan tekad untuk mengajarkan
>kitab ini sebagaimana diajarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
>sallam. tanpa mengurangi dan menambahinya".
>
>Bantahan Terhadap Pendapat Diatas Adalah Sebagai Berikut:
>
>[1] Para Rasul tidak memerintahkan kemaksiatan apalagi kekufuran,
>seperti yang memenuhi kitab Fushush Al-Hikam. Seperti, mengkafirkan
>nabi Allah, Nuh (hal. 70-72), meyakini bahwa Fir'aun itu telah
>beriman (hal. 21), membenarkan pendirian Samiri dan perbuatannya
>dalam membuat patung (yang menimbulkan fitnah di kalangan bani
>Israil) hingga mengibadahinya (hal. 188).
>
>[2] Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menyuruh
>menyelisihi syari'at. Sesungguhnya, ada yang mengatakan bahwa setan
>menampakkan diri dalam bentuk nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam di
>hadapan Ibnu Arabi. Padahal mustahil hal itu bisa terjadi. Dia (Ibnu
>Arabi) telah tertipu dan terperdaya. Walau ia mengatakan yang
>demikian itu dengan niat baik dan prasangka bersih. Tetapi yang
>demikian itu mustahil, karena setan tidak akan mampu menyerupai
>nabi. Maka, bagaimana hal itu bisa terjadi padahal Nabi yang ma'shum
>Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda :
>
>"Artinya : Barangsiapa yang melihatku (dalam mimpinya) maka
>sesungguhnya akulah dia. Karena sesungguhnya setan tidak bisa
>menyerupaiku". [Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi dari Abu Hurairah,
>mempunyai penguat yang sangat banyak, sebagiannya Shahih
>diriwayatkan Bukhari dan Muslim. Lihat Shahih Al-Jami' dan
>ziyadahnya V/293]
>
>Berdasarkan keterangan diatas, maka kita berkeyakinan bahwa Ibnu
>Arabi dan para pengikutnya adalah dajjal-dajjal Khurasan. Sedang
>perkataan-perkataan mereka dusta dan tidak mengandung kebenaran sama
>sekali.
>
>[Disadur dari kitab Al-Islam fi-Dha'u Al-Kitab wa As-Sunnah, cet.II,
>hal. 81-97. Dan dimuat di majalah As-Sunnah edisi 17/II/1416H-1996M,
>dengan judul Borok-Borok Sufi]
>________
>Foote Note.
>[1]. Ihya 'Ulummuddin, Al-Ghazali, I/19-20 dan III/26, cet.
>Istiqomah, Qahirah.
>[2]. Minhaj As-Sunnah, Syaikh Islam Ibnu Taimiyah, hal. 226
>[3]. Quwat Al-Qulub, III/35
>[4]. Al-Futuhat Al-Makkiyah, Ibnu Arabi, I/37.
>[5]. Al-Kawakib Ad-Durriyah, hal. 226 dan Al-Futuhat Al-Makkiyah,
>I/365.
>[6]. Al-Kawakib Ad-Durriyah, hal. 246 dan Rasail, Ibnu Arabi, hal.4.
>[7]. Al-Mizan, I/28.
>[8]. Tablis Iblis, hal. 370.
>[9]. Al-Manar Al-Munif, Ibnu Qayim Al-Jauziyah.
>[10]. Shaid Al-Khaathir, Ibnu Jauzi, I/144-146.
>[11]. Syarah Al-Ushul Al-Isyrin, hal 27.




------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

------------------------------------------------------------------------
Website Islam pilihan anda.
http://www.assunnah.or.id
http://www.almanhaj.or.id
Website kajian Islam -----> http://assunnah.mine.nu
Berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED]
------------------------------------------------------------------------ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke