Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh,
 
Hadits dan Atsar itu bertentangan dengan pendapat para salafush shalih dan ulama', siapa penyusun kitab itu !?
 
Pendapat Para Salafush Shalih dan Ulama’ tentang Perayaan Maulid Nabi
 
Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam bersabda,
 
“Iyyakum wa muhdatsaatil umuuri fainna kulla muhdatsatin bid’atin wa kulla bid’atin dhalaalatun wa kulla dhalaalatin fin naar” yang artinya “Hendaklah kalian menjauhi perkara – perkara yang baru yang diada – adakan, karena setiap perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, setiap bid’ah itu sesat dan setiap yang sesat itu (tempatnya) di neraka” (HR. Abu Dawud no. 4607, Ibnu Majah no. 42, tambahan, “…dan setiap yang sesat itu di neraka” ada pada riwayat An Nasa’i no. 1578)
 
Disebutkan dalam Kitab Shahih Muslim, dari Jabir ra., bahwa Nabi ShalallaHu alaiHi wa sallam bersabda, “…Wa syarrul umuuri muhdatsaatuHa wa kullu bid’atin dhalaalaH” yang artinya, “…Seburuk – buruk perkara adalah hal – hal baru yang diada – adakan dan setiap bid’ah adalah sesat” (HR. Muslim no. 867)
 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
 
“Menjadikan hari – hari tertentu sebagai hari raya yang tidak ada ketentuan secara syar’i seperti menjadikan malam – malam bulan Rabi’ul Awwal dengan sebutan ‘Malam Maulid’, menjadikan sebagian malam bulan Rajab, tanggal 18 Dzulhijjah, awal Jum’at di bulan Rajab dan tanggal 8 Syawwal dengan nama yang dinamakan oleh orang – orang jahil dengan ‘Iidul Abrar’.  Semua ini termasuk bid’ah yang tidak disukai orang terdahulu (para salaf) dan tidak pernah dilakukan oleh mereka.  Dan Allah Ta’ala Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu” (Majmuu’ Fataawa Ibnu Taimiyah 25/298).
 
Imam Taajuddin ‘Ali bin Umar Al Lakhmy Al Kandary yang masyhur dengan nama Al Faakihaany berkata,
 
“Aku tidak mengetahui asal muasal maulid ini baik dari kitab maupun sunnah.  Dan perbuatan ini tidak dinukil dari seorang ulama pun yang adalah panutan bagi umat ini dalam urusan agama.  Karena mereka berpegang teguh dengan atsarnya generasi terdahulu (salafush shalih).  Perbuatan ini (peringatan mauled) adalah bid’ah yang diadakan oleh orang – orang yang salah …” (Al Maurid fil kalaami ‘alal maulid)
 
Ibnu Haaj rahimahullah berkata, “Sesungguhnya niat peringatan maulid adalah bid’ah meskipun pada acara peringatan tersebut diisi dengan membaca kitab Shahih Bukhari” (Al Madkhal)
 
Ibnu Hajar Al Haitsami berkata, “Sesungguhnya peringatan maulid yang mereka adakan kebanyakkan tercampur dengan larangan – larangan agama” (Al Fataawa Al Hadiitsah)
 
Sayid Muhammad Rasyid Ridha berkata, “Para salafush shalih adalah orang yang paling mengagungkan Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam dan yang paling mencurahkan dan mengorbankan harta dan jiwa mereka dalam masalah ini.  Namun, mereka bukanlah seperti orang – orang di masa sekarang yang sudah hilang agama dalam pengagungan ini dan sekedar mengagungkan dalam bentuk ucapan lisan mereka” (Dzikral Maulidin Nabawy)
 
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah berkata, “Tidak boleh mengadakan peringatan maulid Nabi dan peringatan sejenis lainnya.  Karena yang demikian termasuk perbuatan bid’ah dalam urusan agama.  Juga Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam tidak melaksanakannya, demikian pula para khulafa’ur rasyidin dan para sahabat beliau yang lainnya demikian juga tabi’in yang hidup di masa generasi yang utama.  Mereka semua ini adalah manusia yang paling paham terhadap sunnah serta paling sempurna kecintaan mereka terhadap Nabi dan paling ittiba’ terhadap syariat beliau dari pada orang – orang setelah mereka”  (Fataawa Al Lajnah Ad Daa’imah III/10)
 
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata, “Allah Ta’ala berfirman, ‘Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu’ (QS. Al Maidah : 3).  Barangsiapa menganggap peringatan maulid Nabi termasuk bagian agama berarti dia telag membuat ajaran yang baru dalam urusan agama sepeninggal Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam dan ucapan tersebut jelas merupakan pendustaan terhadap ayat yang mulia tadi” (Majmuu’ Fataawaa Ibni Utsaimin 2/297)
 
Syaikh Shalih bin Fauzan al Fauzan berkata, “Peringatan maulid adalah perbuatan bid’ah dalam agama, sedangkan perbuatan bid’ah ditolak bagi pelakunya berdasarkan sabda Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam, ‘Barangsiapa yang berbuat perkara yang baru dalam urusan kami yang tidak ada perintahnya maka tertolak’ (HR. Bukhari dan Muslim)” (Al Muntaqaa min Fataawaa al Fauzan 1/180)
 
Syaikh Abdullah  bin Abdurrahman al Jibrin berkata, “Tidak diriwayatkan dari Nabi shallallaHu ‘alaiHi wa sallam tentang peringatan hari kelahiran beliau, juga tidak diriwayatkan dari para khulafa’ur rasyidin dan para sahabat yang mulia.  Mereka semua inilah yang mengorbankan diri mereka untuk Nabi serta mencintai beliau dari hati mereka.  Seandainya peringatan maulid disyari’atkan pastilah tidak akan luput oleh mereka” (Al Lu’lu’ al Makiin min fataawaa Ibni Jibrin hal. 24)
 

 

PENUTUP

 
Berkata Syaikh Abu Bakar Al Jazaa’iry,
 
“Apakah seseorang yang mengingkari perbuatan bid’ah dan mengajak meninggalkan bid’ah dibenci oleh kaum muslimin.  Sesungguhnya  yang wajib justru hendaklah mereka mencintai orang tersebut bukan membencinya. 
 
Dan yang lebih pahit dari itu adalah telah tersebar di kalangan kaum muslimin bahwa orang yang mengingkari perayaan mauled adalah orang yang benci terhadap Rasulullah dan tidak mencintai beliau.  Ini adalah kejahatan besar yang sangat buruk.  Bagaimana mungkin tuduhan jelek seperti itu keluar dari seorang hamba yang beriman kepada Allah Ta’ala dan hari akhir”. (Al Inshaaf fiimaa Qiila fil Maulid minal ghuluw wal ijhaaf)
 
Maraji’
Peringatan Maulid Bid’ah atau Sunnah ?, At Tibyan, Solo, Edisi Indonesia.
 
Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam bersabda,
 
“Islam mulai (muncul) dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah bagi orang – orang yang dianggap asing itu” (HR. Muslim)   


diansahid - abu hanif <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
assalamu'alaykum warahmatullohi wabarokatuh.

ana mohon bantuan antum yg mengetahui derajat hadits
dan atsar ini berikut bantahannya, karena hadits dan
atsar ini dijadikan oleh para Ahlul Bid'ah sebagai
dasar dibolehkan dan dianjurkannya MAULID NABI
MUHAMMAD SOLLALLAHU ALAIH WASALLAM, rujukan yg mereka
pakai dari kitab Madaarijussu'uud.

hadits :
"barangsiapa yg mengagungkan kelahiranku, maka nanti
di hari kiamat akan mendapatkan syafa'at dariku".

"barangsiapa yang menginfakkan dirham untuk keperluan
merayakan kelahiranku, maka seolah-olah telah
menafkahkan emas sebesar gunung untuk kepentingan
agama allah ta'ala".

atsar :
dari abu bakar siddiq ra.
"barangsiapa yg menafkahkan harta untuk keperluan
maulid nabi muhammad saw maka akan menjadi temanku
nanti di surga"

dari umar bin khattab ra.
"barangsiapa yg memuliakan kelahiran nabi saw maka
benar2 ia telah menghidupkan agama islam"

dari utsman bin affan ra.
"barangsiapa yg menafkahkan harta untuk perayaan
maulid nabi muhammad saw maka seolah-olah ia syahid di
perang badar dan khunain"

dari ali bin abi thalib ra.
"barangsiapa yg mengagungkan maulid nabi saw maka ia
tidak akan keluar dunia, kecuali membawa iman kpd
allah swt".

perkataan imam syafi'i
"barangsiapa yg mengumpulkan untuk melaksanakan
perayaan maulid nabi muhammad saw secara berjama'ah
dengan menyediakan makanan dan berlaku baik, niscaya
allah bangkitkan di hari kiamat beserta para ahli
kebenaran, syuhada dan para shalihin, kemudian mereka
berada di dalam jannatun nai'im."


___________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com





 


Celebrate Earth Day everyday! Discover 10 things you can do to help slow climate change. Yahoo! Earth Day

--------------------------------------------
Website Anda: http://www.assunnah.or.id & http://www.almanhaj.or.id
Website audio: http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED]
--------------------------------------------




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke