Kewajiban Mengikuti Manhaj Salafush Shalih

Bagimana kedudukan manhaj salafus shalih? Apakah bagi muslimin bebas dalam 
menafsirkan Al-Quran dan As-Sunnah? Berikut ulasan tentang kewajiban mengikuti 
manhaj salaf

Manhaj secara bahasa artinya jalan yang jelas (Qamus Al-Muhith). Istilah yang 
populer di kalangan ahlul ilmi ialah jalan yang akan mengantarkan kepada 
pengenalan hakekat ilmu melalui kaidah-kaidah umum yang dapat menjaga jalannya 
akal dan memberi batasan-batasan yang praktis, sehingga dengan itu akan sampai 
kepada hasil yang dapat diketahui dengan jelas (lihat Manhajul Istidlal, jilid 
I, halaman 20, oleh Utsman bin Ali Hasan). Dengan kata lain Manhaj adalah 
sistem pemahaman dan pengenalan ilmu. Yang dimaksud dengan Manhaj di sini ialah 
Manhaj sebagai Salafiyyin dalam memahami dan mengamalkan agama ini. Manhaj ini 
diambil dari para imam ahlul hadits dari kalangan Salafus Shalih dan 
orang-orang yang mengikuti mereka. Hal ini perlu ditegaskan karena mengingat 
semakin gencarnya kelompok-kelompok/firqah-firqah sesat menggoncang umat 
sehingga banyak kalangan manusia tertipu bahkan karena tebalnya asap 
penyimpangan meliputi dirinya sehingga kebenaran dari Ulama/Imam Ahlul 
Haditspun tidak dipedulikannya dan menampakkan secara terang-terangan 
kesalahannya. Naudzubillah. Hanya kepada Allahlah kita mohon perlindungan. 
Dalam menelaah Manhaj ini ada beberapa poin yang harus dipahami dan direnungkan 
bagi para insan yang menginginkan Al Haq, yaitu sebagai berikut :

1. Jalan Kebenaran itu hanya ada satu.

Barangsiapa yang menyimpang dari jalan ini, berarti dia berada di atas 
kebatilan dan berjalan di atas kesesatan. Jalan tersebut adalah Al quran dan As 
Sunnah dengan pemahaman Salafus Shalih. ibnu masud radhiallahu anhu 
meriwayatkan : Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam. membuat satu garis 
kemudian beliau bersabda : Ini adalah Jalan Allah. Kemudian beliau menggaris 
beberapa garis ke kanan dan ke kiri kemudia bersabda Ini adalah Subul 
(jalan-jalan) dan di atas setiap jalan-jalan itu ada setan yang menyeru 
kepadanya. Kemudian beliau membaca ayat (yang artinya) : Dan sesungguhnya ini 
adalah Jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia dan jangan kalian ikuti 
jalan-jalan lain, niscaya ia akan memisahkan kalian dari jalan Allah. (HR. 
Ahmad, An-Nasai, Ad-Darimi Al-Hakim dihasankan oleh Al-Arnauth di dalam Syarhus 
Sunnah Al-Baghawi 1/197).

Imam Al-Lalikai meriwayatkan dalam kitabnya Syarh Ushul Itiqad Ahlus Sunnah wal 
Jamaah, jilid 1 halaman 87 riwayat ke 108, pernyataan Ibnu masud : Wajib atas 
kalian untuk menuntut ilmu (ilmu Syariah) sebelum ilmu tersebut dicabut Dan 
ilmu itu dicabut dengan meninggalnya ahli ilmu (para ulama) atau beliau 
menyatakan : Orang yang mempunyai ilmu. beliau berkata pula : Wajib atas kalian 
untuk berilmu, karena setiap kalian tidak mengetahui kapan dia membutuhkan ilmu 
tersebut atau butuh kepada apa yang dikandung olehnya. sesungguhnya kalian akan 
menjumpai beberapa kaum yang mengaku mengajak kalian kepada kitab Allah padahal 
mereka betul-betul telah melemparkan kitab itu ke belakang punggung mereka. 
Maka wajib atas kalian untuk berilmu dan jauhilah oleh kalian perbuatan bidah, 
memberat-beratkan diri (dalam beragama ini, pent) dan jauhilah oleh kalian 
berdalam-dalam di dalam urusan agama serta wajib atas kalian berpegang dengan 
yang terdahulu (yaitu salafus shalih). Penyimpangan dari pemahaman sahabat Nabi 
Shallallahu Alaihi Wa Sallam. terhadap Al Quran dan As-Sunnah berarti 
penyimpangan dari ash-shirath al-mustaqim. Semakin jauh penyimpangan itu 
semakin jauh pula pelakunya darinya. Orang yang menyimpang ini dinamakan Ahlul 
Ahwa (pengekor Hawa Nafsu) atau dengan istilah lain Ahlul Bidah.

2. Ilmu yang paling penting ialah ilmu-ilmu Al Quran dan Al Hadits dengan 
penafsiran para sahabat dan tabiin. Selain ilmu di atas hanyalah semata-mata 
pelengkap bagi keduanya dan sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup di dunia bagi 
kemaslahatan kaum muslimin. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda : 
Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan, Allah akan menjadikan dia 
paham tantang ilmu Agama. Sesungguhnya aku hanyalah pembagi (zakat) sedangkan 
Allahlah yang memberinya (yakni pemberi rezeki). Senantiasa akan ada dari umat 
ini orang yang menunaikan perintah Allah, tidak akan membahayakan mereka 
orang-orang yang menyelisihi mereka sampai datang keputusan Allah. (HR. Bukhari 
dalam Fathul bary, no.71 dari muawiyah bin Abi Sufyan).

Ibnu Hajar Al-Asqalani menyatakan : Di dalam hadits ini ada keterangan yang 
tegas tentang keutamaan ulama di atas segenap manusia dan keutamaan belajar 
agama ini atas ilmu lain. (lihat fathul bari oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani, jilid 
1, halaman 165). Memahami Agama pengertiannya tidak lain adalah memahami Al 
quran dan Al hadits, karena agama seluruhnya hanya diambil dari keduanya. Imam 
Syafii menerangkan : Semua ilmu selain Al Quran adalah melalaikan (menyibukkan) 
kecuali ilmu hadits dan ilmu fiqih dalam agama ini Yang dinamakan ilmu adalah 
apa-apa yang ada padanya pernyataan : Telah menceritakan kepada kami (yaitu 
dengan sanad). Sedangkan selain itu hanyalah semata-mata bisikan syaitan. 
(lihat Syarh Aqidah Thahawiyah oleh Ibnu Abil Izzi, halaman 75).

3. Berpegang dengan As Sunnah An Nabawiyah dan mencintai serta mengamalkannya 
dalam segala segi kehidupan adalah jaminan keselamatan dunia dan akhirat. Orang 
yang demikian dinamakan Ahlus Sunnah. Mencintai As-Sunnah berarti harus pula 
mencintai Ahlus Sunnah. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda : 
Barangsiapa diantara kalian menginginkan bagian tengah surga, maka hendaklah ia 
tetap berpegang dengan Al-Jamaah, karena syaitan itu bersama orang yang 
bersendiri dan dia (setan) lebih jauh dari orang yang berdua. (Berkata Syaikh 
Ali hasan Abdul Hamid : Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad I/26; Sanadnya 
Shahih, lihat Al-Muntaqa An-Nafis Min Talbisil Iblis hal. 31).

Ubay bin Kaab menyatakan : Wajib bagi kalian untuk berpegang dengan jalan dan 
Sunnah ini, karena orang yang berada di jalan dan Sunnah ini, yang mengingat Ar 
Rahman (Allah) lalu berlinang air matanya karena takut kepada Allah, tidak akan 
di sentuh api neraka. Sesungguhnya bersederhana dalam menempuh jalan dan sunnah 
ini lebih baik dari pada bersemangat dalam penyimpangan dari Sunnah. (Berkata 
Syaikh Ali Hasan Abdul hamid (Muridnya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani) 
Atsar ini dikeluarkan oleh Ahmad dalam Az-Zuhd, hal. 196, secara panjang lebar 
dengan sanad hasan).

Imam Al-Lalikai meriwayatkan perkataan Sufyan Atsauri : Apabila sampai berita 
kepadamu tentang seorang Ahlus Sunnah di Timur dan lainnya di barat, maka 
kirimkanlah salam kepada keduanya dan doakanlah kebaikan bagi mereka. Alangkah 
sedikitnya Ahlus Sunnah Wal jamaah. (Lihat Syarh Ushul Itiqad Ahlis Sunnah wal 
Jamaah oleh Al Lalikai, jilid I halaman 64, riwayat ke 50). Al Jamaah yang 
dimaksud dalam hadits di atas adalah para Khulafaur Rasyidin yaitu Abu Bakar, 
Umar, Utsman, dan Ali Radhiallahu anhum. Berpegang dengan pemahaman sahabat 
yang dipimpin oleh beliau berempat ini berarti berpegang dengan Al Jamaah.

4. Menjauhkan diri dari bidah, membencinya, dan membersihkan ilmu dan amal dari 
kotoran bidah serta juga membenci ahlul bidah adalah pagar yang akan melindungi 
sunnah dan pengamalannya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda yang 
artinya : Aku berwasiat kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah dan mendengar 
serta taat (kepada pemerintahan Islam) walaupun yang memimpin kalian adalah 
seorang hamba sahaya dari negeri Habasyah. Sesungguhnya barangsiapa hidup 
sesudahku niscaya dia akan melihat banyak perselisihan, maka wajib atas kalian 
berpegang dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk 
sesudahku. Berpeganglah kalian dengannya dan gigitlah ia dengan gigi gerahammu 
serta jauhilah oleh kalian perkara agama yang diada-adakan karena semua yang 
baru dalam agama adalah bidah dan semua bidah adalah sesat. (HR Ahmad, Abu 
Dawud, Tirmidzi, Dzahabi dan Hakim, disahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al 
jami no. 2549).

Sufyan Ats-Tsauri menyatakan : Bidah itu lebih disukai oleh ilblis daripada 
maksiat, karena maksiat itu adalah perkara yang pelakunya masih dapat 
diharapkan bertaubat darinya, sedangkan bidah tidak dapat diharapkan pelakunya 
bertaubat darinya. Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid dalam Al-Muntaqa An-Nafis, 
halaman 36 : atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Jad dalam musnadnya riwayat 1885. 
Al- Fudlail bin Iyadl menyatakan : Apabila engkau melihat seorang ahlul bidah 
berjalan di suatu jalan , maka ambilah jalan lain. Dan tidak akan diangkat 
amalan ahlul bidah ke hadapan Allah Yang Maha Mulia. Barangsiapa membantu ahlul 
bidah (pada amalan bidah, pent.), maka sungguh dia telah membantu kehancuran 
Islam. Diriwayatkan oleh Abu Nuaim 8/102-104 dari Al-Muntaqa An-Nafis hal 26-27.

Selanjutnya beliau mengatakan pula : Barangsiapa menikahkan saudara 
perempuannya dengan ahlul bidah, maka berarti dia telah memutuskan silaturahim 
dengannya dan barangsiapa duduk bersama ahlul bidah, maka ia tidak diberi 
hikmah. Dan apabila Allah Yang Maha Mulia mengetahui dari seorang lelaki bahwa 
dia membenci ahlul bidah maka aku berharap Allah akan mengampuni dosanya. 
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda yang artinya : Seseorang itu 
di atas agama orang yang dicintainya, maka hendaklah setiap orang dari kalian 
melihat siapa yang menjadi kekasihnya.

5. Pengertian tentang siapa Ahlus Sunnah Wal Jamaah dan siapa pula Ahlul Bidah 
wal Firqah sebagaimana diterangkan oleh para ulama adalah sebagai berikut: 
Berkata Abul Faraj Ibnu Jauzi Al Baghdadi dalam Talbis Iblis, halaman 17-18 
(cet. th. 1928) : Maka sungguh telah jelas keterangan kami di atas bahwa Ahlus 
Sunnah itu adalah orang yang mengikuti sunnah (sunnah Nabi-Nya, pent.), 
sedangkan Ahlul Bidah adalah orang-orang yang menampakkan sesuatu dalam agama 
yang tidak ada contoh dari orang sebelumnya melakukan hal itu dan tidak ada 
sandaran (dalil)nya, oleh karena itu mereka menyembunyikan bidah mereka (tidak 
menampakkannya kepada sembarang orang, pent.), sedangkan Ahlul Sunnah tidak 
menutup-nutupi madzhab mereka, sehingga pendapat mereka jelas dan madzhab 
mereka dikenal dan kemenangan itu bagi mereka.

6. Mengkritik, menyalahkan dan membicarakan penyimpangan ulama ahlus sunnah 
harus dengan bimbingan ulama pula. Bila ada ulama yang memuji ulama yang 
mempunyai penyimpangan tersebut, tidak berarti ulama yang memuji itu menyetujui 
penyimpangan tersebut. Karena itu kritikan ulama terhadap alim (ulama) dengan 
rinci, lengkap dengan bukti dan hujah-hujahnya, lebih diperhatikan daripada 
yang memujinya. Sebab yang memujinya mungkin belum mengetahui penyimpangan 
orang yang dipujinya sedangkan pihak pengkritik lebih mengetahui hal 
penyimpangan tersebut. Hal ini merupakan kaedah ilmu hadits yang juga 
diterapkan dalam penilaian terhadap ulama.

Imam al Hafidh Khatib al Baghdadi dalam kitab beliau berjudul al-Kifayah Ilmi 
Ar Riwayah, hal.105, bab Al-Qaul Fil Jarh Wat Tadil Idzajtamaa Ayyuhuma Aula 
menjelaskan: Telah sepakat ahlul ilmi (yani ulama) bahwa siapa saja yang dicela 
oleh seorang atau dua orang dan dipuji oleh orang sebanyak itu, maka celaan itu 
lebih utama (untuk diperhatikan). Sebabnya ialah bahwa pencela itu memberikan 
perkara yang tersembunyi yang diketahuinya dan pada saat yang bersamaan benar 
pula ucapan pihak yang memujinya, dan pencela menyatakan kepada yang memujinya: 
Sungguh engkau (pemujinya) telah mengetahui keadaan pihak yang engkau puji itu 
secara dhahir-nya, dan engkau kosong dari pengetahuan yang tidak engkau ketahui 
tentang pengujian semestinya terhadap agamanya. Pemberitahuan orang yang 
memujinya tentang terpujinya orang tersebut tidak pula me-nafi-kan kejujuran 
pihak pencela dalam apa yang ia beritakan. Oleh karena itu celaan terhadap 
seseorang itu lebih diutamakam dari pujian terhadapnya.

7. Mengambil ilmu dan riwayat dari ahlul bidah adalah tugas para ulama dan 
bukan tugas orang awam atau orang yang baru belajar agama. Imam Al-khatib 
al-Baghdadi meriwayatkan bahwa Imam Malik bin Anas menyatakan: Sesungguhnya 
ilmi ini (As-Sunnah) adalah agama, maka telitilah dari siapa kamu mengambil 
agamamu. Imam al-Barbahari meriwayatkan ucapan Sufyan Ats-Tsauri : Barang siapa 
yang cenderung mendengar dengan telinganya kepada ahli bidah, berarti dia 
keluar dari jaminan perlindungan Allah. Dan Allah serahkan dia kepadanya 
(bidah).(Syarh Sunnah Al-Barbahari, hal. 137 dengan tahqiq Abu Yasir Khalid bin 
qosim Ar Radadi). Imam Ibnu Baththah dalam Al-Ibanah, jilid I, halaman 205-206, 
riwayat ke 44 membawakan perkataan Amr bin Qois Al-Malai: Apabila engkau 
melihat seorang anak muda di awal pertumbuhannya bersama Ahlus Sunnah maka 
kuatkanlah bagi masa depannya yang baik dan apabila engkau melhat ia bersama 
ahli bidah, maka putus asalah darinya (putus asa mengharapkan kebaikannya), 
karena anak muda itu keadaannya berdasarkan awal pertumbuhannya.

8. Mencintai atau membela dan memuliakan ahlul bidah adalah suatu penyimpangan 
manhaj yang sangat berbahaya dan merupakan dosa yang besar dan keji. Imam Ibnul 
Jauzi Abul Faraj Al-Baghdadi meriwayatkan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi 
Wa Sallam dari Aisyah Radhiallahu Anha, yang artinya : Barangsiapa menghormati 
ahlul bidah maka sungguh ia telah membantu untuk meruntuhkan Islam.(Talbis 
Iblis, hal. 14). Berkata Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid dalam Al-Muntaqa 
An-Nafis, hal. 37 Hadits ini hasan In sya Allah. Berkata Syaikhul Islam ketika 
membantah Al-Ittihadiyah (wihdatul wujud): Wajib menghukum setiap orang yang 
menisbahkan diri kepada mereka, membela serta memuji mereka, mengagungkan 
buku-buku mereka atau diketahui membantu dan menolong mereka, tidak suka 
berbicara tentang (kejelekan) mereka atau mencari alasan bagi keringanan 
perbuatan mereka dengan dalih bahwa ucapan mereka tidak dapat dipahami atau 
berkata dengan meragukan pengarang yang namanya tercantum dalam kitab mereka 
yang sesat itu. Alasan-alasan seperti ini tidak akan diucapkan, kecuali oleh 
orang yamg bodoh atau munafik. Bahkan wajib menghukum setiap orang yang 
mengetahui keadaan mereka tetapi tidak membantu menegakkan hujah untuk 
membantah mereka karena membantah mereka adalah kewajiban terbesar disebabkan 
mereka telah merusak akal dan agama orang banyak, para Syaikh dan ulama serta 
para raja dan penguasa. Mereka telah membuat kerusakkan di muka bumi dan 
menghalangi orang dari jalan Allah.(Fatawa, juz II/132). Penutup Demikianlah 
manhaj salaf yang kami saripatikan dari keterangan para ulama salafus shalih. 
Dengan dasar manhaj ini kami berupaya menggalang persatuan dan menegakkan 
al-wala wal bara. Adapun dengan manhaj ini kami dianggap bodoh, suka mencap 
orang dengan tuduhan bidah dan sesat, suka membuat perpecahan, anti persatuan 
dan ukhuwah Islamiyah, kami serahkan semua tuduhan itu kepada Allah Subhanahu 
Wa Taala.

Kami tetap berdoa kepada Allah, semoga kami mendapat petunjuk dari Allah dan 
istiqomah di atas jalan-Nya dengan menggali ilmu salafus shalih, mengamalkan 
dan mengajarkannya kepada segenap kaum muslimin dan bahkan segenap umat 
manusia. Kami juga memohon kepada Allah Subhanahu Wa Taala. agar orang-orang 
yang berada dalam penyimpangan mendapat petunjuk dan ampunan Allah, sehingga 
kita semua dipersatukan oleh Allah Subhanahu Wa Taala. di jalan-Nya dan 
kemudian dibangkitkan di hari kiamat bersama para shahabat Nabi Shallallahu 
Alaihi Wa Sallam, tabiin dan tabiut tabiin

Amin.

[Kontributor : Rony Setyo Hariyono,]



Abu abdirrahman bin misdi al-carati


---------------------------------
Apakah Anda Yahoo!?
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Your favorite religious organization? Make a donation at Network for Good.
http://us.click.yahoo.com/EOl1HB/LPaOAA/i1hLAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

SALURKAN BANTUAN ANDA UNTUK KAUM MUSLIMIN YANG TERKENA MUSIBAH
GEMPA DI DAERAH YOGYAKARTA DAN SEKITARNYA KEPADA LEMBAGA AMAL YANG
TERPERCAYA
--------------------------------------------
Website Anda: http://www.assunnah.or.id & http://www.almanhaj.or.id
Website audio: http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED]
--------------------------------------------
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke