HADITS-HADITS PALSU TENTANG KEUTAMAAN SHALAT DAN PUASA DI BULAN RAJAB

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Bagian Terkahir dari Dua Tulisan 2/2
sumber http://www.almanhaj.or.id


PENJELASAN PARA ULAMA TENTANG MASALAH RAJAB

[1]. Imam Ibnul Jauzy menerangkan bahwa hadits-hadits tentang Rajab, 
Raghaa'ib adalah palsu dan rawi-rawi majhul. [Lihat al-Maudhu’at 
(II/123-126)]

[2]. Kata Imam an-Nawawy:
“Shalat Raghaa-ib ini adalah satu bid’ah yang tercela, munkar dan jelek.” 
[Lihat as-Sunan wal Mubtada’at (hal. 140)]

Kemudian Syaikh Muhammad Abdus Salam Khilidhir, penulis kitab as-Sunan wal 
Mubtada’at berkata: “Ketahuilah setiap hadits yang menerangkan shalat di 
awal Rajab, pertengahan atau di akhir Rajab, semuanya tidak bisa diterima 
dan tidak boleh diamalkan.” [ Lihat as-Sunan wal Mubtada’at (hal. 141)]

[3]. Kata Syaikh Muhammad Darwiisy al-Huut: “Tidak satupun hadits yang sah 
tentang bulan Rajab sebagaimana kata Imam Ibnu Rajab.” [Lihat Asnal 
Mathaalib (hal. 157)]

[4]. Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat th. 728 H): “Adapun shalat 
Raghaa'ib, tidak ada asalnya (dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam), 
bahkan termasuk bid’ah.... Atsar yang menyatakan (tentang shalat itu) dusta 
dan palsu menurut kesepakatan para ulama dan tidak pernah sama sekali 
disebutkan (dikerjakan) oleh seorang ulama Salaf dan para Imam...”

Selanjutnya beliau berkata lagi: “Shalat Raghaa'ib adalah BID’AH menurut 
kesepakatan para Imam, tidak pernah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam 
menyu-ruh melaksanakan shalat itu, tidak pula disunnahkan oleh para khalifah 
sesudah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak pula seorang Imam pun 
yang menyunnahkan shalat ini, seperti Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, 
Imam Abu Hanifah, Imam ats-Tsaury, Imam al-Auzaiy, Imam Laits dan selain 
mereka.

Hadits-hadits yang diriwayatkan tentang itu adalah dusta menurut Ijma’ para 
Ahli Hadits. Demikian juga shalat malam pertama bulan Rajab, malam Isra’, 
Alfiah nishfu Sya’ban, shalat Ahad, Senin dan shalat hari-hari tertentu 
dalam satu pekan, meskipun disebutkan oleh sebagian penulis, tapi tidak 
diragukan lagi oleh orang yang mengerti hadits-hadits tentang hal tersebut, 
semuanya adalah hadits palsu dan tidak ada seorang Imam pun (yang terkemuka) 
menyunnahkan shalat ini... Wallahu a’lam.” [Lihat Majmu’ Fataawa (XXIII/132, 
134)]

[5]. Kata Ibnu Qayyim al-Jauziyyah:
“Semua hadits tentang shalat Raghaa'ib pada malam Jum’at pertama di bulan 
Rajab adalah dusta yang diada-adakan atas nama Rasulullah Shallallahu 
‘alaihi wa sallam. Dan semua hadits yang menyebutkan puasa Rajab dan shalat 
pada beberapa malamnya semuanya adalah dusta (palsu) yang diada-adakan.” 
[Lihat al-Manaarul Muniif fish Shahiih wadh Dha’iif (hal. 95-97, no. 
167-172) oleh Ibnul Qayyim, tahqiq: ‘Abdul Fattah Abu Ghaddah]

[6]. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalany mengatakan dalam kitabnya, Tabyiinul 
‘Ajab bima Warada fii Fadhli Rajab:
“Tidak ada riwayat yang sah yang menerangkan tentang keutamaan bulan Rajab 
dan tidak pula tentang puasa khusus di bulan Rajab, serta tidak ada pula 
hadits yang shahih yang dapat dipegang sebagai hujjah tentang shalat malam 
khusus di bulan Rajab.”

[7]. Imam al-‘Iraqy yang mengoreksi hadits-hadits yang terdapat dalam kitab 
Ihya’ ‘Uluumuddin, menerangkan bahwa hadits tentang puasa dan shalat 
Raghaa'ib adalah hadits maudhu’ (palsu). [Lihat Ihya’ ‘Uluumuddin (I/202)]

[8]. Imam asy-Syaukani menukil perkataan ‘Ali bin Ibra-him al-‘Aththaar, ia 
berkata dalam risalahnya: “Sesungguhnya riwayat tentang keutamaan puasa 
Rajab, semuanya adalah palsu dan lemah, tidak ada asalnya (dari Nabi 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam).” [Lihat al-Fawaa-idul Majmu’ah fil 
Ahaaditsil Maudhu’ah (hal. 381)]

[9]. Syaikh Abdus Salam, penulis kitab as-Sunan wal Mubtada’at menyatakan: 
“Bahwa membaca kisah tentang Isra’ dan Mi’raj dan merayakannya pada malam 
tang-gal dua puluh tujuh Rajab adalah BID’AH. Berdzikir dan mengadakan 
peribadahan tertentu untuk merayakan Isra’ dan Mi’raj adalah BID’AH, 
do’a-do’a yang khusus dibaca pada bulan Rajab dan Sya’ban semuanya tidak ada 
sumber (asal pengambilannya) dan BID’AH, sekiranya yang demikian itu 
perbuatan baik, niscaya para Salafush Shalih sudah melaksanakannya.” [Lihat 
as-Sunan wal Mubtada’at (hal. 143)]

[10]. Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baaz, ketua Dewan Buhuts 
‘Ilmiyyah, Fatwa, Da’wah dan Irsyad, Saudi Arabia, beliau berkata dalam 
kitabnya, at-Tahdzir minal Bida’ (hal. 8): “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi 
wa sallam dan para Shahabatnya tidak pernah mengadakan upacara Isra’ dan 
Mi’raj dan tidak pula mengkhususkan suatu ibadah apapun pada malam tersebut. 
Jika peringatan malam tersebut disyar’iatkan, pasti Rasulullah Shallallahu 
‘alaihi wa sallam telah menjelaskan kepada ummat, baik melalui ucapan maupun 
perbuatan. Jika pernah dilakukan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, pasti 
diketahui dan masyhur, dan ten-tunya akan disampaikan oleh para Shahabat 
kepada kita...

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling banyak 
memberi nasihat kepada manusia, beliau telah menyampaikan risalah 
kerasulannya sebaik-baik penyampaian dan telah menjalankan amanah Allah 
dengan sempurna.

Oleh karena itu, jika upacara peringatan malam Isra’ dan Mi’raj dan 
merayakan itu dari agama Allah, ten-tunya tidak akan dilupakan dan 
disembunyikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tetapi karena 
hal itu tidak ada, maka jelaslah bahwa upacara tersebut bukan dari ajaran 
Islam sama sekali. Allah telah menyempurnakan agama-Nya bagi ummat ini, 
mencukupkan nikmat-Nya dan Allah mengingkari siapa saja yang berani 
mengada-adakan sesuatu yang baru dalam agama, karena cara tersebut tidak 
dibenarkan oleh Allah:

“Artinya : Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah 
Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam jadi agama bagimu.” 
[Al-Maa-idah: 3]

KHATIMAH

Orang yang mempunyai bashirah dan mau mendengarkan nasehat yang baik, dia 
akan berusaha meninggalkan segala bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah 
sesat, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Artinya : Tiap-tiap bid’ah itu sesat dan tiap-tiap kesesatan di Neraka.”
[HSR. An-Nasa'i (III/189) dari Jabir radhiyallahu ‘anhu dalam Shahih Sunan 
an-Nasa'i (I/346 no. 1487) dan Misykatul Mashaabih (I/51)]

Para ulama, ustadz, kyai yang masih membawakan hadits-hadits yang lemah dan 
palsu, maka mereka digo-longkan sebagai pendusta.

Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Dari Samurah bin Jundub dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang-siapa yang menceritakan satu 
hadits dariku, padahal dia tahu bahwa hadits itu dusta, maka dia termasuk 
salah seorang dari dua pendusta.” [HSR. Ahmad (V/20), Muslim (I/7) dan Ibnu 
Majah (no. 39)]

[Disalin dari kitab Ar-Rasaail Jilid-1, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, 
Penerbit Pustaka Abdullah, Cetakan Pertama Ramadhan 1425H/Oktober 2004M]
_______
MARAJI’
[1]. Shahih al-Bukhari.
[2]. Shahih Muslim.
[3]. Sunan an-Nasaa-i.
[4]. Sunan Ibni Majah.
[5]. Musnad Imam Ahmad.
[6]. Shahih Ibni Hibban.
[7]. Zaadul Ma’aad fii Hadyi Khairil ‘Ibaad, oleh Syaikhul Islam Ibnu Qayyim 
al-Jauziyyah, cet. Mu-assasah ar-Risalah, th. 1412 H.
[8]. Maudhu’atush Shaghani.
[9]. Al-Manaarul Muniif fish Shahih wadh Dha’if, oleh Syaikhul Islam Ibnu 
Qayyim al-Jauziyyah.
[10]. Al-Maudhu’at, oleh Imam Ibnul Jauzy, cet. Daarul Fikr, th. 1403 H.
[11]. Mizaanul I’tidal, oleh Imam adz-Dzahaby, tahqiq: ‘Ali Muhammad 
al-Bajaawy, cet. Daarul Fikr.
[12]. Al-Mashnu’ fii Ma’rifatil Haditsil Maudhu’, oleh Syaikh Ali al-Qary 
al-Makky.
[13]. Al-Fawaa-idul Majmu’ah fil Ahaadits Maudhu’at oleh asy-Syaukany, 
tahqiq: Syaikh ‘Abdurrahman al-Ma’allimy, cet. Al-Maktab al-Islamy, th. 1407 
H.
[14]. Tanziihus Syari’ah al-Marfu’ah ‘anil Akhbaaris Syanii’ah al-Maudhu’at, 
oleh Abul Hasan ‘Ali bin Muhammad bin ‘Araaq al-Kinani.
[15]. Taqriibut Tahdziib, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqa-lany, cet. 
Daarul Kutub al-‘Ilmiyyah.
[16]. Adh-Dhu’afa wa Matrukin, oleh Imam an-Nasa-i.
[17]. At-Taghib wat Tarhib, oleh Imam al-Mundziri.
[18]. Silsilah Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah, oleh Imam Muhammad 
Nashiruddin al-Albany.
[19]. Al-Laali al-Mashnu’ah, oleh al-Hafizh as-Suyuthy.
[20]. Adh-Dhu’afa wal Matrukin, oleh Imam an-Nasa-i.
[21]. Al-Jarhu wat Ta’dil, oleh Imam Ibnu Abi Hatim ar-Razy.
[22]. As-Sunan wal Mubtada’at, oleh Muhammad Abdus Salam Khilidhir.
[23]. Asnal Mathaalib fii Ahaadits Mukhtalifatil Maraatib, oleh Muhammad 
Darwisy al-Huut.
[24]. Majmu’ Fataawa, oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.
[25]. Al-Manaarul Muniif fis Shahih wadh Dha’if, oleh Syaikhul Islam Ibnu 
Qayyim al-Jauziyyah.
[26]. Tabyiinul ‘Ajab bimaa Warada fiii Fadhli Rajab, oleh al-Hafizh Ibnu 
Hajar al-‘Asqalany.
[27]. Ihya’ ‘Uluumuddin, oleh Imam al-Ghazzaly.
[28]. At-Tahdziir minal Bida’, oleh Imam ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin 
Baaz.
[29]. Misykaatul Mashaabih, oleh Imam at-Tibrizy, takhrij: Imam Muhammad 
Nashiruddin al-Albany.

_________________________________________________________________
FREE pop-up blocking with the new MSN Toolbar - get it now! 
http://toolbar.msn.click-url.com/go/onm00200415ave/direct/01/






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Check out the new improvements in Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/6pRQfA/fOaOAA/yQLSAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Website anda: http://www.assunnah.or.id & http://www.almanhaj.or.id
Website audio: http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke