Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuhu

Kalau antum bertanya tentang boleh tidaknya, ya pasti boleh. Memangnya ada
nash, bahwa berdakwah itu harus ditempat begini dan begini?

Akan tetapi tentu akan lebih baik jika dakwah itu melihat situasi dan
kondisi yg ada.

Dakwah itu untuk semua orang, baik muslim maupun kafir. Baik muslim yg baik
maupun fajir, semua memiliki hak yg sama untuk mendengar al haq.

Ana sarankan, sebaiknya artikel-artikel itu berurutan sebagaimana hadits
Rasulullah thd Muadz ketika beliau radliyallahu 'Anhu diutus ke Yaman (HR.
Muslim) yaitu :
1. 2 Kalimah Syahadah (Aqidah)
2. Sholat
3. Zakat
4. Puasa
5. Haji

Mengenai isu2 "sensitive" yg ukhti maksud, wallahuA'lam sepemahaman ana
adalah termasuk konsekuensi syahadah Muhammad Rasulullah.

Sebaiknya antum mulai dari masalah2 ketauhidan, karena memang inilah porsi
terbesar yg harus didakwahkan. Mulai dari makna Laa Ilaha Illallah,
penyimpangan2 makna yg terjadi dlm pengartiannya, dan tidak masalah jika
antum sebutkan sekalian pencetus arti2 sesat itu, tentu saja dengan gaya
bahasa yg lembut dan bijaksana. Kemudian mengenai pembagian Tauhid yg haq
(Rububiyah, Uluhiyah, Asma' wa Shifat) dan berbagai pembagian bid'ah yg
tersebar, missal Tauhid Hakimiyah yg dicetuskan orang HT/IM, atau pembatasan
Tauhid hanya pada Rububiyah yg dicetuskan kaum sufi dan Jamaah Tabligh dst.

Setelah itu syahadah Muhammad Rasulullah, apa maknanya, kemudian apa
perintah Rasulullah menghadari fitnah akhir zaman, dan berbagai penyimpangan
manusia dr perintah tersebut dsb.

Akhi dan ukhti sekalian, sesungguhnya prinsip dakwah Salafiyah adalah
Tafsiyah baru kemudian Tarbiyah. Pembersihan dulu dari segala bentuk
penyelewengan baru kemudian pembinaan.

Dan tidak kalah penting, sebaiknya antum konsultasikan dulu tentang artikel2
yg akan antum upload dengan ustadz2 antum, supaya bertambah ilmu dan
pemahaman antum. Dan sebaiknya antum memperhatikan tidak hanya aspek ilmiyah
tetapi juga adab dan akhlaq. Perhatikanlah betul2 artikel2 yg akan antum
upload, karena bisa jadi konteks bahasanya harus dirubah. Fatwa2 Syaikh
Rabi' misalnya yg cenderung keras, maka tidak bisa kita sekedar kopi lalu
upload, padahal audiens/pembaca yg kita tuju orang-orang yg masih sangat
awam -- bukan murid-murid Syaikh Rabi --. Maka gaya bahasanyapun harus
disesuaikan dengan kondisi/medan dakwah yg kita hadapi.

Kalau ana punya motto:

Berlemah lembutlah karena itu adalah perhiasan yg Allah berikan pada
hambanya yg beriman.

Dan janganlah berlaku lembek karena Allah tidak menyukai orang2 yg bermuka
dua (baca munafik)

Tegaslah dalam urusan agamamu, karena telah jelas yg haq dari yg bathil. Dan
tidak sepantasnya kau campurkan yg haq dengan yg bathil

Dan tinggalkanlah sifat kerasmu, karena itu hanya akan membuat orang lari
Dari engkau dan apa-apa yg engkau bawa

Allahu wa Rasuluhu A'lam

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu







Website anda: http://www.assunnah.or.id & http://www.almanhaj.or.id
Website audio: http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke