Assalamu'alaikum
Ikutan komen yah, setuju dengan Mas Rizki, psikologi yg banyak
membahas jiwa manusia memang banyak masuk dalam topik-topik Islam.
Setidaknya ngga sedikit yang menulis bahasan tentang jiwa manusia
dari kalangan penulis Islam klasik maupun kontemporer.
Kalo yang membahas ulama', tentu akan banyak bersentuhan dengan sisi
sumber rujukan, yaitu Al Qur'an dan Sunnah. Sedangkan kalo yg nulis
filosof, maka landasan filosofilah yg dijadikan "pisau" untuk
membedah ilmu kejiwaan manusia ini. Maka dari sisi kita yang
berusaha menyelaraskan sesuatu dengan sumber ilahi, sebagian
kesimpulan2 yg dibangun oleh filosof memang banyak ngga sesuai
dengan tuntunan nabi.
Tapi, kayaknya bahasan psikologi kontemporer yang makin berkembang
sekarang tidak diimbangi dengan setidaknya perkembangan bahasan oleh
pemikir Islam belakangan dalam menyikapi hal yang sama.
Manfaatnya ilmu psiko ini juga banyak lho, makanya perusahaan banyak
butuh.... contohnya topik-topik psikologi karyawan, masyarakat,
keluarga, dan lain-lain.
Psikologi juga dipakai untuk menguji calon pekerja untuk menguji
kapabilitasnya, baik dengan metode wawancara maupun tes IQ.
Tentu wajar jika masalah penerimaan pegawai ini diserahkan pada ahli
psikologi, ga mungkin khan terima pegawai tanpa seleksi bibit, bobot
dan bebet.
Jika di ilmu psikologi menyimpang, maka sepertinya hal ini perlu
dirinci, toh banyak ulama yg juga membahas tentang kejiwaan, misal
Ibnul Qayyim. Kita tidak mengingkari, konsep-konsep psiko seperti
banyak diungkap pakar psiko Sigmund Freud cs banyak yg ga sesuai dg
konsep ilahi.
Tapi kalo digeneralisir, bisa2 IQ test jadi bid'ah lagi.



--- In assunnah@yahoogroups.com, "Rizki Mulyawan"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Assalaamu 'alaykum,
>
> Terima kasih kepada Akh Dhany Arifianto atas tanggapannya.
Nampaknya
> AkhDhany berkecimpung di bidang
> neuroscience, sehingga insyaa-allah mempunyai wawasan yang baik
tentang
> psikologi.
>
> Syubchat artinya rancu, atau in English disebut fuzzy, yakni suatu
hal yang
> sulit dinilai benar atau salahnya secara eksak (qath'i).
>
> Psikologi membahas tentang jiwa manusia, suatu hal yang juga
menjadi topik
> sentral dalam Islam. Dengan demikian, psikologi banyak
bersinggungan dengan
> al-Qur'an dan Sunnah, dan memerlukan keterlibatan para 'ulamaa.
>
> Ketika ana membaca buku2 psikologi, ana merasakan sebagian dari
argumen2nya
> benar (bersesuaian dengan Islam), namun ada juga yang salah
(menyelisihi
> Islam). Namun, ana bukanlah seorang 'aalim, sehingga ana tidak
mengetahui
> dalil2 yang eksak ketika menyatakan argumen2 tersebut benar atau
salah.
> Inilah yang ana maksud dengan syubhat itu. Ini mirip dengan ketika
kita
> membaca karya2 ulama dan pemikir2 Islam yang tidak kita tsiqahi.
>
> Usulan solusinya, sebagai thaalib yang masih hijau dan belum paham
benar
> tentang al Haqq, kita hanya boleh membaca karya2 psikologi yang
telah di-
> syarah oleh para 'ulamaa yang tsiqah. Hal ini untuk mencegah resiko
> pencemaran akidah dan pandangan hidup kita.
>
> Jazakallaahu khayran,
> Was salaamu 'alaykum,
> Rizki Mulyawan




Website anda: http://www.assunnah.or.id & http://www.almanhaj.or.id
Website audio: http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke