Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Berikut ana sertakan artikel mengenai HOME SCHOOLING.
Mudah-mudahan bermanfaat.

Syamsul

Homeschool di Tahun Pertama

Tahun pertama selalu saja menjadi tahun tersulit bagi keluarga yang baru 
memulai homeschooling. Apa yang terjadi di tahun pertama ini biasanya akan 
sangat menentukan apakah sebuah keluarga akan terus melakukan homeschooling 
atau menyerah di tengah jalan. Ada beberapa hal yang sering kali dibuat 
orangtua (ehm..iya orang tua bukan anak- anak) yang menyebabkan homeschooling 
hancur lebur di tahun pertama dan menjadi mimpi buruk dalam keluarga seumur 
hidup.

1. Homeschooling dianggap sebagai "memindahkan sekolah ke rumah"

Homeschooling dibuat sebagai replika sekolah dan kadang tanpa sadar karena 
merasa kewalahan, orangtua mulai memperlakukan anak seperti sebagian besar guru 
memperlakukan murid murid di sekolah. Orangtua cuma memberikan tugas bertumpuk 
tumpuk dan berharap anak bisa dengan segera menguasainya. Orangtua tidak pernah 
lagi memotivasi, mengapresiasi, menggugah hati, menginspirasi, menjadi teman 
diskusi atau bahkan sekedar teman curahan hati.

2. Anak hanya dinilai dari kemampuannya menghafal dan mengerjakan matematika. 
Walaupun dalam homeschooling anak lebih memiliki kebebasan untuk merasakan 
menjadi manusia yang utuh dengan segala kelebihan dan kekurangannya, bukan 
"half human" karena ketidakmampuannya, orang tua cenderung cuma menghargai anak 
kalau mereka cepat menghafal, pandai mengerjakan matematika dan kalau mereka 
bisa mengerjakan soal-soal dengan baik. Natural interest anak-anak misalnya 
pada binatang, sepak bola, bersepeda, atau bahkan memasak tidak dipupuk malah 
diremehkan.

3. Ijasah menjadi satu satunya tujuan

Orangtua yang telah melakukan homeschoolingpun banyak yang tidak percaya bahwa 
apabila kita sebagai orang tua menciptakan lingkungan dimana anak bisa tumbuh 
menjadi "independent learner" maka ujian macam apapun juga dari dalam atau luar 
negeri tidak akan menjadi kendala. Orangtua yang hanya menganggap ujian dan 
ijasah sebagai hal terpenting melupakan banyak hal yang seharusnya lebih 
penting ditanamkan misalnya, tanggung jawab, determinasi, persistensi dalam 
berkarya, sikap tidak menyerah, percaya diri, mampu menerima kegagalan, bangkit 
dari depresi, dll. Orangtua yang hanya menanamkan bahwa ijasah adalah satu 
satunya tujuan pembelajaran akan memangkas segala potensi yang dimiliki anak 
dan menghapus cakrawala berpikir mereka.

4. Melakukan homeschooling hanya karena sekolah mahal

Walaupun memang dengan homeschooling banyak sekali biaya yang bisa dihemat 
tanpa mengurangi kualitas belajar anak, orangtua yang melakukan homeschooling 
dengan "mentality" bahwa "seandainya saya punya uang saya tidak akan 
homeschooling" tanpa sadar menanamkan rasa rendah diri kepada anak-anak. 
Anak-anak akan melihat homeschooling sebagai tanda ketidakberdayaan, dan 
ketidakmampuan dan selama mereka masih di-homeschool selama itu pula mereka 
tahu mereka adalah masyarakat KELAS DUA. Ini sangat TIDAK BENAR. Jangan 
tanamkan "Kita homeschooling karena kita tidak punya uang" tetapi "Kita 
homeschooling karena kita sadar bahwa pendidikan yang berkualitas tidak ada 
hubungannya dengan seberapa banyak kita menghambur hamburkan uang"

5. Melakukan homeschooling dengan obsesi menjadikan anak 'SUPER KID'

Setiap anak lahir baik dan memiliki talenta yang berbeda beda. Orangtua yang 
terobsesi menjadikan anaknya yang "TER-" dengan homeschooling biasanya tidak 
akan bertahan di tahun pertama dan homeschooling akan menjadi sejarah. Karena 
bukannya 'celebrating my child as a unique human being with his own strengths 
and weaknesses' orangtua akan menghabiskan hari demi hari marah, tidak puas dan 
frustasi.

6. Mengaitkan homeschooling dengan cinta dan perhatian

Cinta dan perhatian adalah hak anak betapapun buruknya kinerja mereka di mata 
orangtua. Orangtua yang tidak menyadari ini dan malah mengancam /mengucilkan / 
merendahkan anak apabila tidak bisa mengerjakan soal tertentu misalnya, akan 
mempercepat bubarnya homeschooling. Sebaliknya orang tua yang tetap menunjukkan 
cinta, penerimaan dan perhatiannya kepada anak meskipun mereka gagal akan terus 
bertahan.

7. Tidak menerima anak apa adanya

Setiap anak belajar tetapi tidak pada waktu yang sama, kecepatan yang sama atau 
hal yang sama. Ada anak yang membaca pada usia 2 tahun ada yang baru mulai 
membaca umur 9 tahun. Ada anak yang sangat mencintai bermain musik tetapi 
merasa tersiksa kalau harus melukis. Ada anak yang tidak menyukai matematika di 
usia SD tetapi sangat menonjol matematikanya di usia SMU. Ada anak yang 
memiliki kemampuan bermain bola tetapi tidak menyukai science. Orangtua yang 
ingin bertahan dalam homeschooling harus belajar menerima anak-anak seperti 
adanya mereka, memupuk dan menumbuh kembangkan apa yang ada di diri mereka 
bukannya malah mencekoki mereka dengan berbagai hal yang sebenarnya hanya untuk 
memuaskan ego orang tua .

8. Mengharapkan kesempuranaan

Homeschooling seperti segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita sangat jauh 
dari kesempurnaan. Orangtua yang berharap terlalu besar bahwa dalam 
homeschooling segalanya adalah indah dan sempurna akan lebih mudah putus asa. 
Harus disadari bahwa baik orangtua dan anak-anak tidak terhindar dari 
perasaan-perasaan negatif seperti capai, stress, bosan, marah, sedih, kecewa, 
dll. Orangtua yang lebih terbuka dengan perasaan-perasaan tersebut akan lebih 
berhasil dalam homeschooling.

Happy Homeschooling!
http://freehomeschoolindonesia.blogspot.com





Website anda: http://www.assunnah.or.id & http://www.almanhaj.or.id
Website audio: http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke