----- Original Message -----
From: "Irfan Wajidi" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <assunnah@yahoogroups.com>
Sent: Thursday, March 29, 2007 12:52 PM
Subject: [assunnah] Tanya hadits tersihirnya Nabi

> Assalamu'alaikum
>
> Setahu ana hadits tersihirnya Nabi riwayat Bukhari - Muslim, namun ada
sebagian kalangan mengingkari. Mohon bantuan informasi siapa yang
mengingkari dan kalau ada tulisan yang membantahnya.
>
> Jazakallah khair
> AbuHaidarIrfanWajidi


Penjelasan Para Ulama tentang Hadits Sihir

dari Kitab: Meluruskan Pemahaman tentang Hadits Sihir
(studi Kritis Buku: Benarkah Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wasalam Pernah 
Tersihir? karya Ali Umar Al Habsyi) Halaman : 237 - 253

Oleh: Al-Ustadz Askari Bin Jamal al-Bugisi

Ibnul Qayyim rahimahullah

Ibnul Qayyim Rahimahullah ketika menjelaskan kedudukan hadits sihir menjelaskan:
"Hadits ini Tsabit (Shahih) menurut para ahli ilmu dalam bidang hadits, mereka 
telah menerimanya dan tidak berselisih tentang keshahihannya. walaupun banyak 
kalangan ahli kalam dan selainnya yang membantahnya, mengingkari dengan keras 
bahkan menganggapnya dusta. sebagian mereka ada yang menulis karangan khusus 
tentang hal ini dan menuduh Hisyam (bin Urwah) sebagai penyebab (lemahnya). Dan 
yang maksimal (cercaan terhadap Hisyam bahwa mereka) menuduh Hisyam telah 
keliru dan tersamarkan hadits ini atasnya, padahal sedikitpun dirinya tidak 
demikian. Lalu (mereka) berkata: "Karena Nabi Shalallahu alaihi wasalam tidak 
mungkin terkena sihir, sebab hal itu akan membenarkan perkataan kaum kuffar:

"Tidaklah Kalian mengiktui kecuali seorang yang tersihir" (Q.S Al Furqon :8)

Lalu mereka berkata; dan seperti apa yang dikatakan oleh Fir'aun kepada Musa:

"Sesungguhnya aku menganggapmu-wahai Musa-orang yang tersihir" (Q.S Al-Isra:101)

Dan perkataan Kaum kepada Shaleh 'Alaihi Salam:
"Sesunguhnya engkau hanyalah termasuk orang-orang yang tersihir" (Asy-Syu' 
ara:153)

Juga seperti perkataan Kaum Syu'aib kepada Syu'aib 'Alaihi Salam:
"Sesunguhnya engkau hanyalah orang yang tersihir". (Q.S Asy'ara:185)

Mereka juga mengatakan: "para Nabi tidak mungkin di sihir, sebab yang demikian 
itu meniadakan pemeliharaan Allah subahanahu wa ta'ala terhadapnya dan 
menjaganya dari para Syaitan".

Semua yang mereka katakan tersebut tertolak menurut ahli ilmu. Sesungguhnya 
Hisyam termasuk perawi yang paling tsiqah dan berilmu, tidak seorangpun dari 
kalangan Imam mencela-nya yang mengakibatkan tertolaknya hadits (yang 
diriwayatkannya). Apa pula urusan ahli kalam ikut-ikutan membicarakan hal ini? 
Telah diriwayatkan pula dari selain Hisyam Radhiallahuanhu dari 'Aisyah 
radhiallahuanha dan telah sepakat pemilik dua Shahih (Bukhari dan Muslim) dalam 
menshahihkan hadits ini tidak seorangpun dari kalangan ahli Hadits dan Fiqih 
yang menolaknya. Kisah ini Masyhur bagi ahli tafsir, sunan, hadits, sejarah dan 
fuqaha'. Mereka lebih alim tentang keadaan Rasulullah shalallahu 'alaihi 
wasalam dan kesahariannya daripada ahli kalam. (at-Tafsir al Qayyim: 5/406-407)

Lalu Mengatakan: "Sihir yang menimpa beliau Shalallahu 'alaihi wasalam adalah 
sejenis penyakit dari penyakit-penyakit yang muncul, kemudian Allah Subahanahu 
wata'ala menyembuhkannya. Hal tersebut bukan merupakan kekurangan (bagi Rasul) 
dan tidak ada celaan sedikitpun padanya, sesungguhnya penyakit boleh menimpa 
para nabi, demikian pula pingsan. sungguh Nabi shalallahu 'alaihi wasalam 
pernah pingsan ketika sakit, pernah terjatuh hingga terluka kaki beliau 
Shalallahu 'alaihi wasalam dan tergores kulitnya. Ini termasuk bala' (cobaan) 
yang dengannya Allah subahanahu wa ta'ala mengangkat derajat beliau shallalahu 
'alaihi wasalam serta dengannya Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam mendapat 
keutamaannya. Adapun cobaan paling berat yang di rasakan oleh para Nabi adalah 
cobaan yang mereka terima dari umatnya dari berbagai macam ujian, berupa 
pembunuhan dan pemukulan, celaan dan penahanan. Maka bukanlah suatu hal yang 
baru Jika Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam mendapatkan ujian dari sebagian 
musuh-musuhnya dengan sejenis sihir, sebagaimana Beliau shalallahu 'alaihi 
wasalam telah di uji dengan lemparan panah dari musuhnya lalu panah tersebut 
melukai Beliau shalallahu 'alaihi wasalam. Rasulullah shalallahu 'alaihi 
wasalam juga pernah di uji dengan diletakannya kotoran di atas punggung Beliau 
shalallahu 'alaihi wasalam tatkala sujud, dan selain itu. (Ini semua,ed) tidak 
menunjukan kekurangan dan aib atas mereka (para nabi), bahkan menunjukan 
kesempurnaan dan ketinggian derajat mereka di sisi Allah subahanahu wata' ala. 
(Q.S At-Tafsir al Qayyim, Jilid: 5/408)

Abu Fadhl 'Iyyadh bin Musa bin "Iyyadh al Yahshubi, yang Masyhur dengan nama 
"al Qadhi bin 'Iyyadh"

Beliau Rahimahullah mengatakan dalam kitabnya "Asy-Syifa' ", ketika menjawab 
syubhat orang-orang yang meragukan hadits tentang tersihirnya Nabi shalallahu 
'alaihi wasalam.

"Ketahuilah -semoga Allah subahanahu wata'ala memberi taufik kepada kami dan 
kalian- bahwa hadits ini adalah hadits yang shahih yang di sepakati 
keshahihannya. Kaum mulhid (atheis) telah mencerca hadits ini dan hal itu 
semakin menguatkan kerendahan akal mereka-juga pengkaburan (al-haq) dari 
Orang-orang yang semisal dengan mereka untuk membuat keraguan dalam syari' at. 
Sungguh Allah subahanahu wata'ala telah mensucikan syari'at serta nabi-Nya dari 
sesuatu yang mengaburkan perkaranya (berupa wahyu). Sihir yang di maksud disini 
hanyalah sejenis penyakit yang timbul, maka Boleh menimpa Beliau shalallahu 
'alaihi wasalam sebagaimana berbagai jenis penyakit lain yang tidak mungkin di 
ingkari, dan hal itu tidaklah merusak kenabian Beliau shalallahu 'alaihi 
wasalam.

Adapun yang terdapat dalam riwayat bahwa dikhayalkan kepada Beliau shalallahu 
'alaihi wasalam telah melakukan sesuatu padahal tidak melakukannya, maka ini 
tidaklah merusak sediktpun apa yang Beliau shalallahu 'alaihi wasalam 
sampaikan, Beliau shalallahu 'alaihi wasalam syari'atkan, atau merusak 
kejujuran Beliau shalallahu 'alaihi wasalam. sebab dalil telah jelas dan 
mayoritas Ulama telah bersepakat bahwa Beliau shalallahu 'alaihi wasalam adalah 
maksum. Hal ini Hanyalah kejadian yang mungkin saja muncul dalam perkara 
duniawi-yang Beliau shalallahu 'alaihi wasalam tidak di utus karena (urusan 
dunia) dan tidak ada keutamaan padanya. Sehingga selama di Dunia, bisa saja 
Beliau shalallahu 'alaihi wasalam tertimpa berbagai penyakit halnya manusia 
lain. Maka bukanlah suatu hal yang mustahil lantas di khayalkan kepada Beliau 
shalallahu 'alaihi wasalam beberapa urusan yang pada hakekatnya tidak ada. 
Akhirnya, Beliau shalallahu 'alaihi wasalam pun terbebas darinya dan kembali 
seperti sedia kala.

Telah ditafsirkan juga bahwa perkara yang di khayalkan tersebut -dalam hadits 
yang lain- dari kalimat "sehingga dikhayalkan kepada Beliau shalallahu n'alaihi 
wasalam telah mendatangi istrinya padahal Beliau shalallahu 'alaihi wasalam 
tidak mendatanginya."
Sufyan rahimahullah mengatakan: "Tidak ada khabar lain yang di nukilkan dari 
Beliau shalallahu 'alaihi wasalam selain dari yang telah di khabarkan – Sufyan 
– bahwa Beliau shalallahu 'alaihi wasalam ingin melakukannya dan ternyata 
beliau tidak melakukannya, namun itu hanyalah bersifat goresan hati dan 
khayalan.
Adapula yang mengatakan, "Yang dimaksud dalam hadits ini adalah Beliau 
shalallahu 'alaihi wasalam membayangkan sesuatu bahwa beliau melakukannya namun 
ternyata tidak melakukannya. Namun itu adalah khayalan yang Beliau shalallahu 
'alaihi wasalam sendiri tidak meyakini kebenarannya. Maka semua keyakinan 
Beliau shalallahu 'alaihi wasalam tetaplah benar dan apa yang Beliau ucapkan 
tetaplah terjaga.

Inilah yang aku temukan dari jawaban para Ulama kita tentang Hadits ini dengan 
tambahan penjelasan dari kami tentang makna perkataan mereka serta terhadap 
beberapa isyarat yang mereka sebutkan dan setiap jawaban tersebut memuaskan.
Namun telah nampak bagiku penakwilan yang terdapat dalam hadits ini -yang lebih 
jelas dan lebih selamat dari celaan orang-orang yang sesat- yang dapat kita 
petik dari hadits itu sendiri."

Kemudian Beliau Rahimahullah menyabutkan beberapa riwayat dan lafadz hadits 
ini, lalu melanjutkan: "Dari kandungan riwayat-riwayat tersebut jelaslah bahwa 
sihir itu hanya menimpa zhahirnya Beliau shalallahu 'alaihi wasalam dan 
jasadnya, bukan hati, keyakinan dan akalnya. Dan hal itu hanya memberikan 
pengaruh pada penglihatan, mencegah dari menetubuhi istri dan makan beliau 
shalallahu 'alaihi wasalam, sehingga tubuh Beliau shlallahu 'alaihi wasalam 
lemas dan menyebabkan sakit. Maka makna perkataan "……… dibayangkan kepada 
Beliau shalallahu 'alaihi wasalam mendatangi istrinya, namun tatkala Beliau 
shalallahu 'alaihi wasalam telah mendekatinya sihir tersebut mempengaruhi 
tubuhnya (menjadi lemah), sehingga Beliau shalallahu 'alaihi wasalam tidak 
mampu melakukannya, sebagaimana sesuatu yang menimpa secara tiba-tiba sehingga 
melemahkan Beliau shalallahu 'alahi wasalam.

Adapun perkataan Aisyah, "……..dan di khayalkan kepada Beliau bahwa Beliau 
shalallahu 'alaihi wasalam melakukan sesuatu dalam penglihatannya, sebagimana 
yang di sebutka dalam hadits: "Bahwa Beliau menyangka akan mampu melihat 
seseorang dari orang lain, lalu yang ternyata tidak seperti yang beliau 
shalallahu 'alaihi wasalam bayangkan, karena apa yang menimpa pandangannya 
menyebabkan (tubuh Beliau shalallahu 'alaihi wasalam) menjadi lemah -bukan 
sesuatu yang merusak pikirannya. (Kitab Asy-Syifa', Al Qadhi Iyyadh : 
2/856-869,tahqiq Al Bijawi,Maktabah al-Iman)

Al Imam Al-Maziri rahimahullah

Beliau Rahimahullah Mengatakan: "Sebagian ahli Bid'ah telah mengingkari hadits 
ini dan menyangka hadits tersebut merendahkan kedudukan Nabi shalallahu 'alaihi 
wasalam dan membuat keragu-raguan padanya, lalu mereka berkata: "segala sesuatu 
yang mengantarkan kepada (keraguan) tersebut maka itu bathil. Mereka menyangka 
bahwa terjadinya hal tersebut pada Beliau shalallahu 'alaihi wasalam dapat 
menghilangkan kepercayaan terhadap syari'at beliau shalallahu 'alaihi wasalam 
bawa, sebab ada kemungkinan dengan kejadian ini dikhayalkan kepada beliau telah 
melihat jibril Alaihi salam padahal Jibril tidak ada disana, dan menyangka 
telah di wahyukan kepada Beliau shalallahu 'alaihi wasalam sesuatu, padahal 
tidak ada wahyu yang turun kepadanya,"

Beliau Melanjutkan: "Semua ini tertolak. sebab, dalil telah nyata menunjukan 
kejujuran Nabi shalallahu 'alaihi wasalam terhadap apa yang disampaikannya dari 
Allah subahanahu wata'ala dan terpeliharanya penyampaian Beliau shalallahu 
'alaihi wasalam. Berbagai mu'jizat menjadi saksi kejujuran Beliau shalallahu 
'alahi wasalam. Maka beranggapan terhadap sesuatu yang telah terdapat dalil 
–yang menyelisihi yang hal tersebut; adalah suatu kebatilan. Adapun yang 
berhubungan dengan sebagian perkara dunia yang Beliau shalallahu 'alaihi 
wasalam pun tertimpa apa yang menimpa manusia lainnya seperti berbagai 
penyakit, maka Bukan hal yang mustahil pula di khayalkan kepada Beliau 
shalallahu 'alaihi wasalam urusan dunia yang pada hakekatnya tidak ada, dalam 
keadaan Beliau shalallahu 'alaihi wasalam tetap terpelihara darinya dalam 
perkara agama. (di Nukilkan Oleh Al-Hafidz dalam Fathul Bari:10/237. Demikian 
pula An Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim:14/175 dan Kitab Difa' 'an as-Sunnah, 
Muhammad Abu Syahbah:26

Al Muhallab rahimahullah

Beliau rahimahullah berkata: Terjaganya Nabi shalallahu 'alaihi wasalam dari 
para syaithon tidaklah mencegah kehendak mereka untuk mengganggu Beliau 
shalallahu 'alaihi wasalam. Telah disebutkan dalam "as-Shahih" bahwa syaitan 
ingin merusak shalat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam maka Allah 
menyelamatkannya dari syaithan tersebut. Demikian pula sihir yang mendatangkan 
kemudharatan kepadanya shalallahu 'alaihi wasalam tidaklah mengurangi 
sedikitpun apa yang beliau sampaikan (dalam urusan agama), namun ini termasuk 
jenis kemudharatan berbagai penyakit apa yang beliau alami berupa kelemahan 
untuk berbicara, ketidakmampuan melakukan sebagian perbuatan, atau terjadinya 
sesuatu yang membayangkan serta tidak berkepanjangan, tetapi segera sirna dan 
Allah subahanahu wata'ala membatalkan tipu daya para syaithan. (di nukil Oleh 
Al Hafidz dalam Fathul Bari: 10/238)

Fatwa Lajnah ad-Da'imah

Fatwah lajnah da'imah di Tanya, teks pertanyaannya sebagai berikut:

Apakah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam pernah terkena Sihir, dan apakah 
memberi pengaruh padanya?

Jawab: Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam adalah seorang manusia, dapat 
menimpa Beliau shalallahu 'alaihi wasalam apa-apa yang menimpa manusia lainnya 
dari berbagai penyakit, sikap melampaui batas sebagian manusia terhadapnya dan 
tindak kedzaliman mereka terhadap Beliau shalallahu 'alaihi wasalam sebagaimana 
manusia yang lainnya. Demikian pula hal-hal lain yang berhubungan dengan 
perkara dunia yang Beliau shalallahu 'alaihi wasalam tertimpa sesuatu penyakit 
atau sikap melampaui batas orang lain terhadapnya -dengan sihir misalnya- yang 
dengan sebab itu Beliau shalallahu 'alaihi wasalam membayangkan sesuatu urusan 
dunia yang hakekatnya tidak ada. Dibayangkan kepada Beliau shalallahu 'alaihi 
wasalam menyetubuhi istrinya padahal Beliau shalallahu 'alaihi wasalam tidak 
melakukannya, atau Beliau shalallahu 'alahi wasalam memiliki kekuatan untuk 
menyetubuhinya, namun tatkala mendekati salah seorang dari mereka, tiba-tiba 
muncul kelemahan dan hilang kekuatan beliau untuk melakukannya. Tetapi musibah 
yang menimpa Beliau shalallahu 'alaihi wasalam penyakit, atau sihir tersebut 
tidaklah mempengaruhi penerimaan wahyu dari Allah subahanahu wata'ala dan tidak 
berhubungan dengan apa yang beliau sampaikan dari Allah subahanahu wata'ala 
kepada umatnya, karena telah tegaknya berbagai dalil dari Al Qur'an dan sunnah 
dan kesepakatan para pendahulu umat ini yang menunjukan kemaksumannya 
(terpeliaharanya) Beliau shalallahu 'alaihi wasalam dalam menerima wahyu, 
menyampaikan, dan semua yang berhubungan dengan perkara-perkara agama. Dan 
sihir adalah sejenis penyakit yang menimpa Beliau shalallahu 'alaihi wasalam."

Kemudian Al-Lajnah menyebutkan Hadits Aisyah radhiallahu anha, lalu 
melanjutkan: "Barang siapa yang mengingkari terjadinya hal itu, sungguh dia 
telah menyelisih dalil-dalil, ijma' para sahabat dan pendahulu umat ini. Lalu 
berpegang dengan syubhat dan prasangka yang tidak memiliki pondasi kebenaran, 
sehingga tidak bisa di jadikan sebagai sandaran. Telah dirinci masalah ini oleh 
Al-Allamah Ibnul Qayyim dalam kitabnya Zadul Ma'ad dan Al-Hafidz Ibnu Hajar 
dalam Fathul Bari."

Wabillahi at-taufiq, washalallahu ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi washabihi
wasallam

Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz
Wakil: Abdurrazzaq Afifi
Anggota: Abdullah bin Qu'ud
Abdullah bin Ghudyyan

(Fatawa al Lajnah ad-Da'imah: No.4015)

Fatwa Syaikh bin Baz rahimahullah

Beliau rahimahullah menjawab pertanyaan seputar Hadits tentang tersihirnya Nabi 
shalallahu 'alaihi wasalam: "Ini benar adanya, terdapat dalam hadits yang 
shahih dan hal itu terjadi di madinah. tatkala wahyu telah turun (secara 
berangsur) dan telah tegak tonggak risalah (yang beliau sampaikan), telah 
tampak berbagai tanda kenabian Beliau shalallahu 'alaihi wasalam dan kebenaran 
risalahnya, serta Allah subahanahu wata'ala menolong nabi-Nya mengalahkan kaum 
musyrikin dan menghinakan mereka; seorang dari Yahudi yang bernama Labid bin 
Al-A'sham ingin mengganggu Beliau shalallahu 'alahi wasalam. Dia pun membuat 
simpul sihir pada sisir, rontokan rambut, dan mayang kurma jantan, sehingga di 
bayangkan kepada beliau shalallahu 'alaihi wasalam melakukan sesuatu terhadap 
keluarganya padahal ternyata tidak melakukannya. Namun tetap 
-walhamdulillah-akalnya, perasaannya, dan pemahamannya terhadap Beliau 
shalallahu 'alaihi wasalam beritakan kepada manusia tidaklah terganggu. Beliau 
shalallahu alaihi wasalam tetap memberitakan kepada manusia kebenaran yang 
telah Allah subahanahu wata'ala wahyukan kepadanya, namun beliau shalallahu 
'alaihi wasalam merasakan sesuatu yang memberikan sebagian pengaruh dalam 
hubungannya dengan Istrinya, sebagaimana yang di katakan aisyah radhiallahu 
anha bahwa di bayangkan kepada beliau shalallahu 'alaihi wasalam melakukan 
sesuatu bersama keluarganya di rumah dan ternyata Beliau shalallahu 'alaihi 
wasalam tidak melakukannya. Maka datanglah wahyu kepada Beliau shalallahu 
'alaihi wasalam dari Rabb-Nya subahanahu wata'ala melalui Jibril 'alaihi salam 
mengabarkan apa yang telah telah terjadi pada Beliau shalallahu 'alaihi 
wasalam. Diutuslah (sebagian sahabat) untuk mengeluarkan (simpul sihir) dari 
sumur milik salah seorang Anshar tersebut dan melenyapkan (pengaruh sihir)-nya. 
akhirnya hilanglah pengaruh tersebut -segala puji bagi Allah- Allah menurunkan 
kepada Beliau shlallahu 'alaihi wasalam dua surat: almu'awwidzatain (al Falaq 
dan An-Nas, pen), Lalu Beliau shalallahu 'alahi wasalam membacanya. Maka 
hilanglah setiap gangguan tersebut. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam 
bersabda: "tidak ada seorang yang berita'awwudz yang menandingi keduanya". (HR. 
Abu Dawud dari 'Ugbah bin Amir dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih 
al-Jami' : 7949,pen)

Dan (hal itu) tidaklah mengakibatkan sesuatu yang memudharatkan manusia, atau 
merusak risalah atau wahyu yang Beliau shalallahu 'alaihi wasalam bawa. Allah 
subahanahu wata'ala telah memeliharanya dari manusia atas sesuatu yang mencegah 
terhalanginya risalah yang Beliau bawa, atau tercegah dari menyampaikannya.

Adapun yang menimpa para rasul berupa jenis-jenis gangguan, Beliau shalallahu 
'alaihi waslam pun tidak terpelihara darinya, hal itu pun menimpa Rasulullah 
shalallahu 'alaihi wasalam. Diantaranya juga, terlukanya Beliau shalallahu 
'alaihi wasalam pada perang Uhuhd, kepala Beliau di Pukul dengan alat pelinfung 
kepala hingga sebagian besinya masuk kedalam dua pipi Beliau shlallahu 'alaihi 
waslam, serta terjatuh pada sebagian lubang yang terdapat di sana. Dan mereka 
(Rasulullah dan para sahabat) telah disempitkan kehidupannya sewaktu di Makkah, 
Beliau shalallahu 'alaihi wasalam mengalami sesuatu yang telah menimpa para 
rasul sebelumnya. Inilah Sunatullah, dengannya Allah subahanahu wata'ala 
mengangkat derajat Beliau shalallahu 'alaihi wasalam meninggikan kedudukannya, 
dan melipatgandakan kebaikan-kebaikannya. Namun Allah senantiasa memelihara 
Beliau shalallahu 'alaihi wasalam dari sisi bahwa mereka tidak mampu 
membunuhnya, dan tidak mampu mencegahnya menyampaikan risalah. Tidak satupun 
yang mampu menghalagi apa saja yang wajib beliau sampaikan, sungguh Beliau 
shalallahu 'alaihi wasalam telah menyampaikan risalah, menunaikan amanah, 
mudah-mudahan shalawat dan salam Allah subahanahu wata'ala senantiasa tercurah 
atas Beliau shalallahu 'alaihi wasalam. (Fatwa Syaikh bin Baz :1/6.Bab. Al-llaj 
Li Man bihi Sharf aw 'Athf aw Sihr)


Website anda: http://www.assunnah.or.id & http://www.almanhaj.or.id
Website audio: http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : http://www.assunnah.or.id/ragam/aturanmilis.php 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke