Wassalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh,
Saudariku Dewi yang semoga dirahmati Allah subhanahu wa ta'ala,

Saya bermaksud memberi bahan perenungan sebagai berikut:
(1) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengajarkan umat
beliau untuk menyimpan rasa dendam. Kita harus belajar "mengikhlaskan"
apa yang telah lewat/terjadi, dengan menganggap sekadar sebagai
pelajaran atau mampu mengambil hikmah dari kejadian sebelumnya.
(2) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan bahwa
"sayang" dan "benci" diperbolehkan hanya karena Allah subhanahu wata'ala.
(3) Sebenarnya orang lain tidak akan mampu "menyakiti hati" kita (atau
tidak akan mampu menyentuh kita) apabila kita tidak mudah merasa
disakiti. Diakui bahwa usia seseorang menentukan hal ini. Dengan makin
bertambah usia seseorang, semestinya makin bijak dia dalam menyikapi
aksi dari orang lain.
(4) Allah subhanahu wata'ala mengajarkan bahwa kita "boleh (berhak)
membalas setimpal/ sepadan (tidak diperbolehkan melebihi)" dengan apa
yang orang lain lakukan terhadap kita. Namun, kita diharapkan
"memaafkan "orang tersebut karena itu sikap yang mulia. Memaafkan
adalah tindakan yang "berpahala". Dia mengajarkan "kemuliaan lahir dan
batin" kepada umatnya. Inilah "akhlak mulia" yang Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam berikan teladan sepanjang hidup beliau.
(5) Bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan agar
"mendoakan orang yang mendhalimi kita" agar Allah subhanahu wata'ala
memberinya petunjuk. Diakui bahwa sikap ini tidak mudah dilakukan oleh
kebanyakan orang, kecuali mereka yang telah berlatih keras dalam
"menata hati". Bagaimana pun kita perlu terus melatih diri agar mampu
melakukannya.
(6) Apabila kita mampu memaafkan kesalahan orang lain dan mampu
mendoakan kebaikan bagi orang tersebut, maka "sakit hati, benci,
dendam", dan semacamnya insyaAllah akan hilang dari dalam hati.
Sesungguhnya, memendam perasaan seperti ini hanya menyebabkan
"penyakit hati/kejiwaan". Kita tidak patut menyimpan penyakit ini di
dalam hati karena akan menyebabkan berbagai "kerusakan bagi diri
sendiri maupun orang lain". "Ketenangan, ketenteraman, kedamaian", dan
semacamnya tidak akan kita peroleh selama kita menyimpan perasaan
seperti ini.
(7) Kita perlu belajar "menyayangi orang lain" sebagaimana kita
menyayangi diri sendiri. Bukankah Allah subhanahu wata'ala tetap
menyayangi kita walaupun selalu salah?
(8) Kita harus banyak-banyak (bahkan mengusahakan agar terus-menerus)
"beristighfar". Ini "langkah awal bagi segala kebaikan" yang Allah
subhanahu wata'ala berikan kepada kita. Artinya, kita harus selalu
"mengaku telah melakukan dosa-dosa" dan kemudian "memohon
ampunan-Nya". Jikalau Dia tidak mengampuni kita, maka tidak ada siapa
pun yang mampu mengampuni kita.
(9) Allah subhanahu wata'ala mempunyai catatan setiap kebaikan dan
keburukan yang dilakukan oleh setiap orang. Biarlah Dia yang membuat
perhitungan sendiri kepada orang yang mendhalimi kita. Biarlah Dia
sendiri (dan bukan kita) menegur/mengingatkan orang tersebut.
"Teguran/peringatan-Nya" dapat berupa apapun. Kecuali jika subhanahu
wata'ala mengampuni kesalahan orang tersebut. Tetapi ini bukan urusan
kita. Kita harus ingat bahwa "tidak ada perbuatan di dunia ini yang
tidak berbalas". Istilah "karma" berasal dari luar Islam.
(10) Tidak ada "kesalahpahaman" yang berasal semata-mata dari salah
satu pihak karena pasti "ada andil dari dua belah pihak". Yang berbeda
hanya kadar penyebabnya dari masing-masing pihak tersebut. Dengan kata
lain, pasti kita punya andil dalam kesalahpahaman tersebut. Oleh
karena itu, kita wajib meminta ampun kepada Allah subhanahu wata'ala
dan wajib "meminta maaf kepada orang lain" atas (andil) kesalahan
kita. Boleh jadi pada waktu itu, kita belum menyadari ataupun bahkan
belum mengakui kesalahan kita.
(11) Jika Allah subhanahu wata'ala berkehendak, orang yang terbiasa
mendahalimi orang lain dapat saja menyadari kesalahannya, bertaubat,
lalu berubah menjadi orang baik. Hanya Dia yang Mahatahu apa yang
bakal terjadi.
(12) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan kita untuk
selalu "berbaik sangka" (berpikir positif), selalu memiliki semangat
tinggi untuk menghadapi masa depan, dan bukan terkurung pada masa lalu.
(13) Kita sangat perlu membaca buku-buku tentang perjalanan hidup
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga beliau, sahabat,
tabi'in, tabi'ut tabi'in, dan ulama-ulama yang mengikuti jalan
beliau-beliau tersebut. Dengan demikian, kita harus pintar "memetik
hikmah keteladanan" beliau-beliau tersebut guna kita "terapkan dalam
kehidupan keseharian" kita.
(14) Setiap muslimin/muslimat wajib "mengaji dan mengkaji Al Qur'an
dan As Sunnah" karena merupakan pedoman hidup. Kedua pedoman inilah
yang menuntun akhlak/keluhuran budi kita. Marilah kita buktikan bahwa
umat Islam lebih luhur budi dibandingkan umat lainnya. Marilah kita
wujudkan "Islam sengaja diturunkan ke dunia untuk menjadi rahmat
(kasih-sayang, anugerah) bagi seisi alam", sebagaimana Allah subhanahu
wata'ala telah jelas-jelas menyatakan dalam kitab-Nya nan Mulia.
(15) Secara ringkas, yang perlu dilakukan ialah "melatih diri
terus-menerus" (mestinya selama bertahun-tahun) agar mampu untuk
antara lain:
a. selalu mengikhlaskan segala yang telah terjadi dan menjadikannya
pelajaran;
b. siap meminta maaf atas kesalahan kita kepada orang lain;
c. siap memaafkan kesalahan orang lain kepada kita;
d. selalu memohon ampun atas dosa kita, yang telah dan akan kita lakukan;
e. selalu mendoakan kebaikan bagi diri kita sendiri maupun segenap
muslimin/muslimat, termasuk orang yang mendhalimi kita;
f. selalu menyayangi orang lain;
g. selalu berbaik sangka;
h. selalu melihat ke masa depan dan tidak terkurung pada masa lalu.
Itulah obat bagi kebersihan hati yang terkotori oleh berbagai perasaan
yang menyakitkan.

Maaf, saya tidak mengutip dalil/dasar hukum. Saya sekadar
memudahkannya untuk dicerna. Saudariku Dewi dapat mencari sendiri pada situs 
web http://www.almanhaj.or.id Assunnah, dan situs-situs bermanhaj salaf lain 
yang banyak tersedia.

Semoga Allah subhanahu wa ta'ala senantiasa memberi kemudahan kepada
kita agar mampu meneladani Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
dan menjadikannya penyebab kebaikan bagi sesama.

Wassalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh,
Abu Farhan



Website anda: http://www.assunnah.or.id & http://www.almanhaj.or.id
Website audio: http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : http://www.assunnah.or.id/ragam/aturanmilis.php 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke