wa'alaikumsalam wa rohmatullohi wa barokatuhu
 
sekedar menambahkan  

HUKUM SYUKURAN PINDAH RUMAH

Tanya : Apakah hukumnya melakukan syukuran ketika akan pindah rumah dan hal2 
apa yg perlu dilakukan ketika akan pindah rumah menurut tuntunan rasulullah ? 
(Ibnu Sarbini)

Jawab : Syaikh Al-Fauzan ditanya mengenai masalah ini, maka beliau menjawab, 
"Tidak mengapa mengadakan pesta (undangan makan) ketika pindah ke rumah baru, 
dengan mengundang teman-teman dan karib kerabat, jika dia mengerjakannya 
semata-mata untuk mengungkapkan kesenangan dan kegembiraannya. Adapun jika 
acara itu disertai dengan keyakinan bahwa acara itu bisa mencegah kejelekan 
jin, maka mengerjakan amalan ini tidak boleh, karena itu adalah kesyirikan dan 
keyakinan yang rusak. Adapun jika dikerjakan karena adat, maka tidak masalah."
[Dinukil dari Al-Muntaqa jilid 5 no. 444] 

Dan Syaikh Ibnu Utsaimin ditanya dengan teks soal sebagai berikut: Telah 
membudaya di tengah-tengah manusia, bahwa siapa saja yang pindah ke rumah baru 
atau membeli rumah baru atau dia mendapat pekerjaan atau dia naik jabatan atau 
yang semisalnya, maka dia mengadakan semacam acara makan-makan. Apa hukum 
amalan ini?
Beliau menjawab, "Ini termasuk dari pesta-pesta yang mubah, maka boleh bagi 
seseorang untuk mengadakan acara ketika dia pindah ke rumah baru atau ketika 
dia lulus -misalnya-. Yang jelas, jika pestanya diadakan karena adanya moment 
tertentu, maka tidak ada masalah."
[Dinukil dari Fatawa Muhimmah li Muwazhzhifil Ummah]

Wallahu A'lam

----- Original Message ----- 
From: hafzie_79 <mailto:[EMAIL PROTECTED]>  
Sent: Thursday, December 06, 2007 9:47 AM
--- In [EMAIL PROTECTED] <mailto:assunnah@yahoogroups.com> s.com,
"Danny Harly S." <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>Assalamualaikum 
> Pertanyaan saya masih ada hubungannya dengan pertanyaan saudara 
kholiq bebarapa waktu yang lalu mengenai diganggu hantu. 
> 1. Apakah adab-adab menempati rumah baru di tinjau dari hubungan 
masyarakat?
> 2. Amalan-amalan apa saja yang dianjurkan sesuai sunnah ketika awal kita 
> memasuki rumah baru, agar terhindar dan jauh dari gangguan syetan ataupun jin?
> 3. Apakah ada tuntunannya memasang kaligrafi di tembok dalam rumah, misalkan 
> lafadz Allah, Muhammad, Bismillah dll?
> Mohon maaf jika pertanyaan diatas sudah pernah ditanyakan 
sebelumnya. 
> Terima kasih
> Wassalamualaikum
> Danny
Wa'alaikumsalam 
Saya akan coba bahas sedikit apa yang saya tahu,
Adab menempati rumah baru ditinjau dari hubungan masyarakat, 
sebaiknya kita sebagai orang baru alangkah baiknya untuk 
memperkenalkan diri,langkah awal kita bisa ke ketua RT setempat 
sebagai perwakilan, selanjutnya kalau ada rizqi lebih bisa diadakan 
makan-makan sekaligus ajang silahturahmi antar tetangga.

Demikian apa yang bisa saya sampaikan, mungkin lebih banyak lagi 
kajian dari rekan yang lain.

Adapun untuk pasang kaligrafi di tembok, penjelasannya dari almanhaj.or.id
Wasalamu'alaikum Wr.Wb.
hafzie

HUKUM MENGGANTUNGKAN AYAT-AYAT AL-QUR'AN DI DINDING

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
http://www.almanhaj <http://www.almanhaj.or.id/content/1738/slash/0> 
.or.id/content/1738/slash/0

Segala puji hanya milik Allah, dengan pujian yang banyak sesuai apa yang 
diperintahkanNya. Saya bersyukur kepadaNya, sedangkan Dia telah mengumumkan 
janji tambahan rahmat bagi orang yang bersyukur. Dan saya bersaksi bahwa tidak 
ada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagiNya, 
meskipun ini dibenci oleh setiap orang musyrik dan kafir, dan saya bersaksi 
bahwa Muhammad itu hamba dan utusanNya, sayyid seluruh manusia, yang memberi 
syafa'at dan yang diizinkan untuk memberi syafa'at di Mahsyar. Semoga Allah 
melimpahkan shalawat dan salam kepadanya, keluarganya dan para sahabatnya yang 
merupakan sebaik-baik sahabat dan golongan, juga kepada para tabi'in yang 
mengikuti mereka dengan cara yang baik, selama fajar masih tampak dan 
bercahaya, amma ba'du.

Sesungguhnya saya ingin memperingatkan dua hal yang berhubungan dengan 
Al-Qur'an Al-Karim.

Pertama.
Bahwa kebanyakan orang menggantungkan ayat-ayat yang mulia. Mereka 
menggantungkannya pada dinding di tempat-tempat duduk mereka dan penggantungan 
(ayat-ayat) ini termasuk perbuatan bid'ah yang tidak pernah dilakukan oleh para 
sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan cara yang baik. Saya tidak 
mengetahui untuk apa orang-orang itu menggantungkan ayat-ayat ini !?

Apakah mereka menggantungkan ayat-ayat ini untuk penolak bala ? (Jika ini 
tujuannya) maka sesungguhnya penggantungan itu bukan wasilah (sarana, cara) 
untuk menolak bahaya. Yang hanya bisa dijadikan wasilah penolak bahaya adalah 
seseorang membaca dengan lisannya (ayat-ayat atau surah-surah) yang dinyatakan 
dalam As-Sunnah, bahwa hal itu bisa menolak bala, sebagaimana sabda Nabi 
Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Barangsiapa membaca ayat kursi di suatu malam, maka senantiasa Allah 
memberi penjagaan bagi orang itu dan tidak didekati setan hingga pagi hari" [1]

Dan ayat Kursi adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Artinya : Allah, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang 
Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhlukNya), tidak mengantuk dan tidak 
tidur. KepunyaanNya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi 
sya'faat di sisi Allah tanpa izinNya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan 
mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu 
Allah, melainkan apa yang dikehendakiNya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. 
Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi 
Maha Besar" [Al-Baqarah : 255]

Maka menempelkan ayat ini atau yang lainnya tidak bisa melindungi mereka 
sedikitpun.

Apakah mereka hendak ber-tabarruk dengan menempelkan Al-Qur'an pada dinding itu 
? Padahal tabarruk dengan Al-Qur'an menggunakan cara seperti ini tidak 
disyari'atkan, bahkan itu bid'ah dan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam 
bersabda.

"Artinya : Setiap bid'ah itu sesat"

Ataukah mereka menginginkan dengan hal itu agar orang mengingat Al-Qur'an 
tatkala mereka mengangkat kepala kearahnya ? Namun hal ini bila kau terapkan 
pada kenyataan yang ada tentu engkau tidak menemukan sedikitpun pengaruh. 
Sesungguhnya pada semua majelis-mejelis (tempat duduk) itu, engkau tidak 
melihat seorangpun dari kalangan orang-orang yang duduk mengangkat kepalanya 
untuk membaca ayat ini atau untuk mengingat pelajaran-pelajaran dan 
rahasia-rahasia yang tekandung di dalamnya. Para ulama salaf berbeda pendapat : 
Apakah boleh bagi orang yang sakit jiwa atau sakit jasmani menggangtungkan ayat 
Al-Qur'an di dadanya atau meletakkannya di bawah bantalnya dengan tujuan 
penyembuhan dengannya, karena cara macam ini tidak pernah bersumber dari Nabi 
Shallallahu 'alaihi wa sallam

Ataukah mereka (orang-orang) yang menempelkan ayat-ayat yang mulia ini hanya 
menginginkan menempelkannya dengan sia-sia dan sekedar pemandangan ? 
Sesungguhnya Al-Qur'an tidak layak dijadikan permainan sia-sia dan pemandangan 
yang menjadi hiasan saja. Sesungguhnya Al-Qur'an lebih tinggi kedudukannya dan 
lebih agung derajatnya dari sekedar dijadiakn hiasan dinding.

Oleh sebab itu, saya menyerukan kepada semua saudara-saudara kita yang telah 
menggantungkan agar segera melenyapkannya karena semua kemungkinan-kemungkinan 
yang telah kalian dengar. Seluruhnya menunjukkan bahwa menggantungkan ayat-ayat 
itu adalah sesuatu yang tidak layak.

Kedua.
Adapun hal yang ke dua yang ingin saya ingatkan dan saya mengkhususkannya 
kepada para khaththah (ahli tulisan Arab) yang suka menuliskan untuk orang lain 
tulisan-tulisan di atas kertas atau lainnya, yaitu apa yang dilakukan oleh para 
khaththah. Mereka menulis ayat-ayat yang mulia dengan selain khat Utsmani dan 
membentuk tulisan-tulisan ini seperti rekaan, sampai saya mendengar bahwa 
sebagian mereka hendak menulis firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Artinya : Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam" 
[Az-Zumar : 5]

Dia menulis hurup "wawu" bagaikan lingkaran, ia hendak menulis Al-Qur'an sesuai 
dengan makna yang dikandungnya, sedangkan hal ini tidak ragu lagi diharamkan, 
karena sesungguhnya lafadz-lafadz Al-Qur'an Al-Karim tidak selayaknya dibentuk 
dengan bentuk yang menunjukkan kehebatan penulisnya atau menarik pandangan 
dengan ukirannya itu, sebab Al-Qur'an diturunkan bukan untuk hiasan atau 
rekaan. Dan barangsiapa yang memiliki barang-barang seperti itu, maka hendaknya 
dia membakarnya atau menghapusnya supaya ayat Al-Qur'an tidak dijadikan sebagai 
permainan.

Para ulama berbeda pendapat apakah boleh Al-Qur'an ditulis dengan bukan khath 
Utsmani, meskipun bagi anak-anak ? Ada tiga pendapat di antara mereka tentang 
masalah ini.

Adapun menulisnya dengan di reka-reka, maka tidak diragukan lagi keharamannya.

Maka kewajiban kita wahai saudara-saudara adalah menghormati dan mengangungkan 
Kitab Allah serta menggunakannya sesuai dengan maksud diturunkannya, yaitu 
sebagai pelajaran dan obat penyakit hati dan sebagai petunjuk serta rahmat bagi 
kaum mukminin, dengarlah hikmah penurunannya di dalam firman Allah Subhanahu wa 
Ta'ala.

"Artinya : Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadaMu penuh dengan 
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat peljaran 
orang-orang yang mempunyai pikiran" [Shaad : 29]

Al-Qur'an turun bukan untuk digantung di tembok dan direka-reka dalam 
penulisannya.

Sebagaimana dalam penggantungan di tembok, maka ada keharaman lain yang saya 
kira tidak seorangpun yang tidak mengetahuinya. Sesungguhnya majelis-majelis 
yang ada ayat-ayat Al-Qur'an di dindingnya terkadang menjadi majelis permainan 
haram, terkadang ada ghibah, bohong, makian-makian, dan perbuatan-perbuatan 
haram lainnya. Maka semua ini kenyataan sebagai pengolok-olokan terhadap Kitab 
Allah yang ada di atas kepala mereka, orang-orang yang hadir, sedangkan mereka 
sedang bermaksiat kepada Allah di depan ayat-ayat Kitab Allah.

Dan ketahuilah -semoga Allah merahmati kalian- sesungguhnya sebaik-baik 
perkataan adalah kitab Allah dan sebaik-baik tuntunan adalah tuntunan Muhammad 
Shallallahu 'alaihi wa sallam, sedangkan seburuk-buruk urusan adalah yang 
diada-adakan, dan setiap yang diada-adakan adalah bid'ah dan setiap bid'ah 
adalah sesat, sedangkan setiap kesesatan (tempatnya) di Neraka.

[Disalin dari kitab 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur'an edisi Indonesia 70 Fatwa 
Tentang Al-Qur'an, Penulis Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq]
__________
Foote Note
[1]. Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu 
no. 3211, Fathul Bari 4/568, Kitab Al-Wikalah, bab 10 


Website anda: http://www.assunnah.or.id & http://www.almanhaj.or.id
Website audio: http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : http://milis.assunnah.or.id/mlbios.php/aturanmilis/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke