assalamualaikum warahmatullah

Ilmu dan Akhlak Pemiliknya, Nasehat dari Samahatusy Syaikh Ibnu Baz 
rahimahullahu
Penulis: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah

Ilmu ibarat sebuah permata yang sangat bernilai dan tak terkira 
harganya. Dengan ilmu, Adam `alaihissalam dimuliakan di atas seluruh 
makhluk, hingga para malaikat diperintah untuk sujud kepadanya.

Yang menjadi pertanyaan di sini, ilmu apakah yang paling mulia yang 
seharusnya dicari oleh seorang pencari ilmu? Jawabannya adalah ilmu 
syar'i (ilmu agama). Ilmu inilah yang disebutkan kemuliaannya oleh 
Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam. Ilmu 
syar'i ini membahas tentang Allah Subhanahu wa Ta'ala, nama-nama-
Nya, sifat-sifat-Nya, ilmu tentang hak-Nya atas hamba-hamba-Nya, dan 
tentang syariat-Nya terhadap para hamba. Sebagaimana ilmu ini 
berbicara tentang jalan yang bisa menyampaikan kepada Allah 
Subhanahu wa Ta'ala, tentang tujuan dan akhir yang akan dicapai 
seorang hamba nantinya di negeri akhirat.

Dengan demikian, ilmu syar'i inilah yang sepatutnya dicari dengan 
penuh semangat. Karena, dengannya seorang hamba bisa mengenal Allah 
Subhanahu wa Ta'ala dan dengannya seorang hamba bisa beribadah. Si 
hamba dapat mengetahui apa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala halalkan, 
apa yang diharamkan, apa yang diridhai, dan apa yang dimurkai-Nya. 
Dengan ilmu ini diketahui ke mana kehidupan ini akan berakhir; ada 
sebagian hamba yang akhirnya bersenang-senang di dalam surga dan 
sebagian besar lainnya sengsara dalam neraka.

Ilmu syar'i ini bertingkat-tingkat. Yang paling utama dan paling 
mulia adalah ilmu akidah yang pembahasannya berkaitan dengan Allah 
Subhanahu wa Ta'ala, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya. Menyusul 
setelahnya, ilmu yang berkaitan dengan hak-Nya terhadap hamba-hamba-
Nya, tentang hukum-hukum syariat-Nya dan ke mana akhir yang dituju 
oleh orang-orang yang beramal. Urutan selanjutnya adalah ilmu yang 
membantu dan mengantarkan pada ilmu syar'i, seperti ilmu tentang 
kaidah-kaidah bahasa Arab, istilah-istilah Islamiyah dalam ushul 
fiqih, dan mushthalahul hadits. Demikian pula perkara-perkara lain 
yang berkaitan dengan ilmu syar'i, yang membantu dan mendukung untuk 
memahaminya secara sempurna. Termasuk ilmu yang penting dipelajari 
adalah sirah nabawiyyah, sejarah Islam, biografi para perawi hadits, 
dan para ulama Islam.

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memuliakan pemilik ilmu syar'i ini 
dan membesarkan keberadaan mereka. Dia Yang Maha Suci berfirman:

ÔóåöÏó Çááåõ Ãóäøóåõ áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó åõæó æóÇáúãóáÇóÆößóÉõ æóÃõæáõæ ÇáúÚöáúãö 
ÞóÇÆöãðÇ ÈöÇáúÞöÓúØö áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó åõæó 
ÇáúÚóÒöíúÒõ ÇáúÍóßöíúãõ

"Allah telah mempersaksikan bahwa tidak ada sesembahan yang patut 
disembah kecuali hanya Dia, bersaksi pula para malaikat dan orang-
orang yang berilmu, dalam keadaan Allah menegakkan keadilan. Tidak 
ada sesembahan yang patut diibadahi melainkan Dia Yang Maha Perkasa 
lagi Memiliki hikmah." (Ali `Imran: 18)

Allah Subhanahu wa Ta'ala mengambil persaksian orang-orang yang 
berilmu syar'i beserta para malaikat-Nya tentang keesaan-Nya. Mereka 
mempersaksikan bahwa Dia adalah Rabb semesta alam. Dialah sesembahan 
yang haq, sementara peribadatan kepada selain-Nya adalah batil. 
Cukuplah ketetapan yang seperti ini sebagai pemuliaan terhadap orang-
orang yang berilmu.

Orang-orang yang berilmu dibedakan dari selain mereka sebagaimana 
dinyatakan Allah Subhanahu wa Ta'ala:

Þõáú åóáú íóÓúÊóæöí ÇáøóÐöíúäó íóÚúáóãõæúäó æóÇáøóÐöíúäó áÇó íóÚúáóãõæúäó 
ÅöäøóãóÇ íóÊóÐóßøóÑõ Ãõæáõæ ÇúáÃóáúÈóÇÈö

"Katakanlah (wahai Muhammad), `Apakah sama orang-orang yang 
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?' Sesungguhnya 
hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." 
(Az-Zumar: 9)

ÃóÝóãóäú íóÚúáóãõ ÃóäøóãóÇ ÃõäúÒöáó Åöáóíúßó ãöäú ÑóÈøößó ÇáúÍóÞøõ ßóãóäú åõæó 
ÃóÚúãóì ÅöäøóãóÇ íóÊóÐóßøóÑõ Ãõæáõæ 
ÇúáÃóáúÈóÇÈö

"Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan 
kepadamu dari Rabbmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah 
orang-orang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran." (Ar-Ra'd: 
19)

Jelas, tidaklah sama antara yang satu dengan yang lain. Orang yang 
mengetahui bahwa petunjuk yang Allah Subhanahu wa Ta'ala turunkan 
itu benar adanya sebagai suatu jalan keselamatan, tidaklah sama 
dengan orang-orang yang buta dari jalan tersebut dan buta tentang 
ilmu syar'i.

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga menerangkan bahwa Dia mengangkat 
derajat orang-orang yang berilmu. Hal itu tidaklah mereka capai 
melainkan karena besarnya kebaikan dan kemanfaatan yang mereka 
berikan kepada manusia. Oleh karena itulah, ada seorang alim yang 
berkata, "Alangkah bagusnya apa yang mereka berikan kepada manusia, 
namun sebaliknya alangkah jeleknya perbuatan manusia kepada mereka."

Mereka memberikan bimbingan kepada manusia menuju kebaikan, 
menunjukkan mereka kepada kebenaran dan menyampaikan mereka kepada 
petunjuk. Tokoh pemilik ilmu (ahlul ilmi) yang terdepan adalah para 
rasul. Mereka adalah pemberi petunjuk dan penyampai dakwah. Mereka 
merupakan orang yang paling tahu tentang Allah Subhanahu wa Ta'ala 
dan syariat-Nya.

Kemudian, orang yang paling utama setelah para rasul adalah yang 
paling mengikuti jejak rasul dan paling tahu apa yang mereka bawa, 
paling sempurna ajakannya kepada manusia untuk menuju agama Allah 
Subhanahu wa Ta'ala, bersabar dalam berdakwah dan memberi bimbingan. 
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

íóÑúÝóÚö Çááåõ ÇáøóÐöíúäó ÂãóäõæÇ ãöäúßõãú æóÇáøóÐöíúäó ÃõæúÊõæÇ ÇáúÚöáúãó 
ÏóÑóÌóÇÊò

"Allah mengangkat orang-orang yang beriman di antara kalian dan 
orang-orang yang memiliki ilmu dengan beberapa derajat." (Al-
Mujadalah: 11)

Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan bahwa orang-orang berilmulah 
yang benar-benar takut/khasyah kepada-Nya dengan khasyah yang 
sempurna sebagaimana dalam firman-Nya:

ÅöäøóãóÇ íóÎúÔóì Çááåó ãöäú ÚöÈóÇÏöåö ÇáúÚõáóãóÇÁõ Åöäøó Çááåó ÚóÒöíúÒñ ÛóÝõæúÑñ

"Hanyalah yang takut kepada Allah dari kalangan hamba-hamba-Nya 
adalah para ulama." (Fathir: 28)

Ulama adalah orang-orang yang kenal dengan Allah Subhanahu wa 
Ta'ala, mengenal nama dan sifat-sifat-Nya serta mengetahui syariat-
Nya yang disampaikan oleh para rasul-Nya. Karena itulah Nabi kita 
Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda kepada beberapa 
orang yang menganggap kecil ilmu yang beliau bimbingkan dengan 
mengatakan, "Kami tidak sama sepertimu, wahai Rasulullah! Allah 
telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang belakangan." Beliau 
menjawab, "Ketahuilah, demi Allah! Sungguh aku lebih takut kepada 
Allah daripada kalian dan lebih bertakwa kepadanya."

Banyak sekali hadits yang datang dari Rasulullah Shallallahu `alaihi 
wa sallam yang memuat tentang keutamaan ilmu, di antaranya hadits:

ãóäú Óóáóßó ØóÑöíúÞðÇ íóáúÊóãöÓõ Ýöíúåö ÚöáúãðÇ¡ Óóåøóáó Çááåõ áóåõ Èöåö 
ØóÑöíúÞðÇ Åöáóì ÇáúÌóäøóÉö

"Siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah akan 
mudahkan baginya dengan ilmu tersebut jalan menuju surga." (HR. 
Muslim)

Hadits di atas menunjukkan kepada kita bahwa para penuntut ilmu 
agama berada di atas kebaikan yang besar. Mereka di atas jalan 
keberuntungan dan kebahagiaan, tentunya bila benar/lurus niatnya 
dalam menuntut ilmu, karena mengharapkan wajah Allah Subhanahu wa 
Ta'ala dan ingin mengamalkannya, bukan karena riya` dan sum'ah atau 
tujuan-tujuan dunia lainnya.

Ia mempelajari ilmu hanya karena ingin mengetahui agamanya, 
mengetahui perkara yang Allah Subhanahu wa Ta'ala wajibkan 
kepadanya. Dan bermaksud mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju 
cahaya, hingga ia belajar dan mengamalkan ilmunya serta 
mengajarkannya kepada orang lain.

Setiap jalan yang ia tempuh dalam menuntut ilmu adalah jalan menuju 
surga, baik jalan tersebut secara hakiki ataupun maknawi. Perjalanan 
jauh yang ditempuhnya dari satu negeri menuju ke negeri lain, 
berpindahnya dari satu halaqah ke halaqah yang lain, dari satu 
masjid ke masjid lain, dengan tujuan mencari ilmu, ini semua 
teranggap jalan yang ditempuh guna beroleh ilmu. Demikian pula 
diskusi tentang kitab-kitab ilmu, meneliti dan menulis, semuanya pun 
teranggap jalan guna beroleh ilmu.

Dengan demikian sepantasnya bagi penuntut ilmu untuk memerhatikan 
seluruh jalan yang bisa mengantarkannya kepada ilmu dan bersemangat 
menempuhnya karena mengharapkan wajah Allah Subhanahu wa Ta'ala dan 
negeri akhirat. Ia sepantasnya berkeinginan mendalami (tafaqquh) 
agamanya, ingin tahu perkara yang diwajibkan padanya dan yang 
diharamkan, ingin mengenal Rabbnya di atas bashirah dan bayyinah, 
kemudian mengamalkannya. Ia pun ingin menyelamatkan manusia hingga 
ia berdiri sebagai orang yang mengajak kepada petunjuk dan menolong 
kebenaran, membimbing manusia kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di 
atas ilmu dan petunjuk.

Orang yang seperti ini keadaannya maka tidurnya pun ternilai jalan 
menuju surga bila ia tidur dengan tujuan agar mendapat kekuatan 
dalam menuntut ilmu, agar dapat menunaikan pelajaran dengan baik 
atau agar mendapat kekuatan untuk menghafal kitab ilmu atau untuk 
safar dalam menuntut ilmu. Tidurnya orang yang seperti ini ternilai 
ibadah, demikian pula kegiatannya yang lain bila disertai niat yang 
benar. Beda halnya dengan orang yang jelek niatnya, ia berada dalam 
bahaya yang besar. Dalam sebuah hadits Rasulullah 
Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:

ãóäú ÊóÚóáøóãó ÚöáúãðÇ ãöãøóÇ íõÈúÊóÛóì Èöåö æóÌúåõ Çááåö ÓõÈúÍóÇäóåõ 
æóÊóÚóÇáóì¡ áÇó íóÊóÚóáøóãõåõ ÅöáÇøó áöíõÕöíúÈó Èöåö 
ÚóÑóÖðÇ ãöäó ÇáÏøõäúíóÇ¡ áóãú íóÌöÏú ÚóÑúÝó ÇáúÌóäøóÉö íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö

"Siapa yang mempelajari ilmu yang seharusnya dipelajari dalam rangka 
mengharapkan wajah Allah, namun ternyata mempelajarinya karena ingin 
beroleh materi dari dunia ini, ia tidak akan mencium wangi surga 
pada hari kiamat." (HR. Abu Dawud1)

Ini merupakan ancaman yang besar bagi orang yang jelek niatannya 
dalam menuntut ilmu. Diriwayatkan dari Nabi Shallallahu `alaihi wa 
sallam, beliau bersabda:

ãóäú ØóáóÈó ÇáúÚöáúãó áöíõÌóÇÑöíó Èöåö ÇáúÚõáóãóÇÁó Ãóæú áöíõãóÇÑöíó Èöåö 
ÇáÓøõÝóåóÇÁó Ãóæú íóÕúÑöÝó Èöåö æõÌõæúåó 
ÇáäøóÇÓö Åöáóíúåö ÃóÏúÎóáóåõ Çááåõ ÇáäøóÇÑó

"Siapa yang menuntut ilmu dengan tujuan untuk mendebat ulama, atau 
untuk debat kusir dengan orang-orang bodoh, atau untuk memalingkan 
wajah-wajah manusia kepadanya (agar manusia memandang dirinya), maka 
Allah akan memasukkannya ke dalam neraka2."

Telah datang pula dalam hadits yang shahih sabda Rasulullah 
Shallallahu `alaihi wa sallam yang menyatakan bahwa ada tiga 
golongan manusia kelak pada hari kiamat, api neraka untuk pertama 
kalinya dinyalakan guna membakar mereka. Di antara tiga golongan 
tersebut adalah orang yang mencari ilmu dan membaca Al-Qur`an karena 
niat selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, ia belajar ilmu agar 
dikatakan alim, dan membaca Al-Qur`an agar dikatakan qari`.3

Oleh karena itu, wahai hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala, wahai 
penuntut ilmu, hendaknya engkau ikhlas dalam beribadah dan 
meniatkannya hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hendaknya pula 
engkau bersungguh-sungguh dan penuh semangat dalam menempuh jalan-
jalan ilmu dan bersabar di atasnya, kemudian mengamalkan apa yang 
terkandung dalam ilmu tersebut. Karena tujuan dari belajar ilmu 
adalah untuk diamalkan, bukan karena ingin dikatakan alim atau pun 
mendapatkan ijazah. Namun tujuannya adalah agar engkau dapat 
mengamalkan ilmumu dan membimbing manusia menuju kebaikan, dan agar 
engkau menjadi pengganti para rasul dalam dakwah kepada kebenaran.

Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang 
shahih:

ãóäú íõÑöÏö Çááåõ Èöåö ÎóíúÑðÇ íõÝóÞøöåúåõ Ýöí ÇáÏøöíúäö

"Siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, Allah akan faqihkan 
(pahamkan) dia dalam agamanya." (Muttafaqun `alaihi)

Hadits di atas menunjukkan keutamaan ilmu. Bila Allah Subhanahu wa 
Ta'ala menginginkan seorang hamba beroleh kebaikan, Allah Subhanahu 
wa Ta'ala akan memahamkannya dalam agama-Nya hingga ia dapat 
mengetahui mana yang benar mana yang batil, mana petunjuk mana 
kesesatan. Dengannya pula ia dapat mengenal Rabbnya dengan nama dan 
sifat-sifat-Nya serta tahu akan keagungan hak-Nya. Ia pun tahu akhir 
yang akan diperoleh para wali Allah Subhanahu wa Ta'ala dan para 
musuh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Dari keterangan yang ada tahulah kita betapa besar dan mulianya ilmu.

Ilmu merupakan sesuatu yang paling afdhal dan paling mulia bagi 
orang yang Allah Subhanahu wa Ta'ala perbaiki niatnya. Karena ilmu 
akan mengantarkan seseorang untuk mengetahui kewajiban yang paling 
utama dan paling besar, yaitu mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta'ala 
dan mengikhlaskan ibadah untuk-Nya. Ilmu juga menyampaikan seseorang 
untuk mengetahui hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala dan apa yang 
diwajibkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dengan demikian, ilmu adalah 
kewajiban besar yang akan menyampaikan kepada penunaian kewajiban-
kewajiban yang besar. Tidak ada kebahagiaan yang diperoleh para 
hamba dan tidak ada keselamatan bagi mereka kecuali dengan 
pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'ala kemudian dengan ilmu agama, 
berpegang dengan ilmu dan istiqamah di atasnya.

Ulama merupakan sebaik-baik manusia dan paling utama di muka bumi 
ini. Yang terdepan dari mereka tentunya para rasul dan para 
nabi `alaihimussalam. Mereka adalah qudwah (teladan). Mereka 
merupakan asas/fondasi dalam dakwah, ilmu dan keutamaan. Setelah 
mereka, adalah ahlul ilmi sesuai dengan tingkatannya. Yang paling 
tahu tentang Allah Subhanahu wa Ta'ala, nama dan sifat-sifat-Nya, 
yang paling sempurna dalam amal dan dakwah, maka dialah orang yang 
terdekat dengan para rasul, paling dekat derajat dan kedudukannya 
dengan para rasul di dalam surga kelak. Ahlul ilmi adalah pemimpin 
di bumi ini, cahaya dan pelita bagi bumi. Mereka membimbing manusia 
menuju jalan kebahagiaan, memberi petunjuk kepada manusia menuju 
sebab-sebab keselamatan dan menggiring mereka kepada perkara yang 
diridhai Allah Subhanahu wa Ta'ala serta menjauhkan mereka dari 
sebab-sebab kemurkaan dan adzab-Nya. (bersambung, insya Allah)

(Dinukil Ummu Ishaq Al-Atsariyyah dari kitab Al-`Ilmu wa Akhlaqu 
Ahlihi, Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullahu)

1 Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Abi 
Dawud -pent.

2 HR. At-Tirmidzi, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu 
dalam Shahih At-Tirmidzi -pent.

3 Seperti ditunjukkan dalam hadits yang panjang, diriwayatkan Al-
Imam At-Tirmidzi rahimahullahu berikut ini: Rasulullah 
Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:

Ãóäøó Çááåó ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì ÅöÐóÇ ßóÇäó íóæúãõ ÇáúÞöíóÇãóÉö íóäúÒöáõ Åöáóì 
ÇáúÚöÈóÇÏö áöíóÞúÖöíó Èóíúäóåõãú¡ 
æóßõáøõ ÃõãøóÉò ÌóÇËöíóÉò. ÝóÃóæøóáõ ãóäú íóÏúÚõæ Èöåö ÑóÌõáñ ÌóãóÚó ÇáúÞõÑúÂäó 
æóÑóÌõáñ ÞõÊöáó Ýöí ÓóÈöíúáö Çááåö 
æóÑóÌõáñ ßóËöíúÑõ ÇáúãóÇáö. ÝóíóÞõæúáõ Çááåõ áöáúÞóÇÑöÆö: Ãóáóãú ÃõÚóáöøãúßó 
ãóÇ ÃóäúÒóáúÊõ Úóáóì ÑóÓõæúáöí¿ ÞóÇáó: 
Èóáì íóÇ ÑóÈøö. ÞóÇáó: ÝóãóÇÐóÇ ÚóãöáúÊó ÝöíúãóÇ ÚõáöøãúÊó¿ ÞóÇáó: ÃóÞõæúãõ 
Èöåö ÂäóÇÁó Çááøóíúáö æóÂäóÇÁó 
ÇáäøóåóÇÑö. ÝóíóÞõæúáõ Çááåõ áóåõ: ßóÐóÈúÊó. æóÊóÞõæúáõ áóåõ ÇáúãóáÇÆößóÉõ: 
ßóÐóÈúÊó. æóíóÞõæúáõ Çááåõ: Èóáú ÃóÑóÏúÊó 
Ãóäú íõÞóÇáó: Åöäøó ÝõáÇóäðÇ ÞóÇÑöÆñ¡ ÝóÞóÏú Þöíúáó ÐóÇßó --- ÇáúÍóÏöíúËó

"Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta'ala pada hari kiamat nanti turun 
kepada hamba-hamba-Nya untuk memutuskan perkara di antara mereka. 
Maka yang pertama dipanggil adalah seseorang yang hafal Al-Qur`an, 
orang yang terbunuh di jalan Allah dan orang yang banyak hartanya. 
Allah berfirman kepada si pembaca Al-Qur`an, "Bukankah telah Aku 
ajarkan kepadamu apa yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku?" "Ya, wahai 
Rabbku," jawab si qari. "Lalu apa yang engkau amalkan dari ilmu yang 
telah diajarkan kepadamu?" tanya Allah. Ia menjawab, "Aku 
menegakkannya (mengamalkannya) malam dan siang." Allah bersabda 
kepada si qari, "Engkau dusta." Para malaikat pun berkata yang 
sama, "Engkau dusta." Allah berfirman, "Bahkan engkau ingin 
dikatakan, `Fulan seorang ahli membaca Al-Qur`an' dan sungguh orang-
orang telah mengatakan seperti itu….

Dan seterusnya dari hadits tersebut, sampai pada akhirnya Rasulullah 
Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: 

ÃõæáóÆößó ÇáËøóáÇóËóÉõ Ãóæøóáõ ÎóáúÞö Çááåö ÊõÓúÚóÑõ Èöåöãõ ÇáäøóÇÑõ íóæúãó 
ÇáúÞöíóÇãóÉö

"Tiga golongan ini merupakan makhluk Allah pertama yang api neraka 
dinyalakan untuk membakar mereka pada hari kiamat." (Dishahihkan Asy-
Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih At-Tirmidzi) –pent.

Sumber:
http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=527




> Assalamu'alaykum,
> 
> Saya mau bertanya sehubungan dengan kewajiban menuntut ilmu 
syar'i. Saya butuh dalil-dalil dari al-Quran yang menyatakan 
kewajiban buat semua manusia untuk menuntut ilmu, boleh juga 
disertakan dalil-dalil dari as-Sunnah. Di dalam dalil-dalil tersebut 
ada pernyataan tegas tentang kewajiban menuntut ilmu.
> 
> Syukron. Jazakumullah Khairan.
> 
> Wassalamu'alaykum.
>



------------------------------------

Website anda http://www.almanhaj.or.id
Download MP3 -Free kajian Islam- http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : http://milis.assunnah.or.id/mlbios2/aturanmilis.php
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke