Nasihat untuk pemuja Demokrasi dan Pemilu 
Penulis: Syaikh Muqbil Bin Haadi al Wadi'i
Manhaj, 20 Maret 2004, 21:45:09 
KATA PENGANTAR

Syaikh Abu Abdirrahman Muqbil bin Hadi Al Wadi’i Yahfadzuhullahu Ta’ala
(• Ditulis sebelum beliau meninggal dunia --rahimahullahu rahmatan
waasi’an--. (Pent.)•

Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah atas
Nabi kita Muhammad, keluarga, dan para shahabat beliau. Aku bersaksi
bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah saja
tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba
dan utusan-Nya.

Amma ba’du,
Satu di antara tanda-tanda kenabian adalah bangkitnya Ahlus Sunnah
untuk membantah ahli bid’ah dan orang-orang yang menyimpang. Dan ini
termasuk bukti benarnya sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Akan terus ada sekelomok dari umatku yang tegak di atas kebenaran,
tidak akan membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi dan
menghinakan mereka hingga datangnya urusan Allah dan mereka dalam
keadaan demikian.”
Ahlus Sunnah-lah yang membongkar kebatilan dan kedustaan khawarij,
rafidlah dan jahmiyyah. Ahlus Sunnah pula yang berdiri tegak menghadapi
kerancuan-kerancuan dan lelucon mu’tazilah.
Apabila engkau membaca sejarah niscaya akan kau dapati bahwasannya
orang-orang yang bangkit untuk membantah kebatilan-kebatilan tersebut
adalah Ahlus Sunnah. Demikian pula ketika kau membaca bantahan-bantahan
para imam kita terhadap ahli bid’ah niscaya hatimu akan menjadi sejuk.
Maha Benar Allah ketika berfirman di dalam Kitab-Nya yang mulia :
“Sesungguhnya Kami-lah yang menjaga Al Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar 
memeliharanya.” (QS. Al Hijr : 9)
Sungguh Allah telah menjaga agama-Nya dari perubahan, penggantian dan
penyimpangan. Hingga tatkala ahli bid’ah melakukan penyimpangan maka
Ahlus Sunnah pun bangkit untuk membantah mereka. Maha Benar firman
Allah Azza wa Jalla :
Dan katakanlah : “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.
Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS. Al
Isra’ : 81)

Allah Azza wa Jalla berfirman :
“Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak
itu menghancurkannya maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. Dan
kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu mensifati (Allah dengan
sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya).” (QS. Al Anbiya : 18)
Allah Azza wa Jalla berfirman :
“Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya,
adapun yang memberi manfaat kepada manusia maka ia tetap di bumi.” (QS.
Ar Ra’d : 17)

Dia juga berfirman :
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim
dengan seizin Rabb-nya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan ini untuk
manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk
seperti pohon yang buruk yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari
permukaan bumi, tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.” (QS. Ibrahim :
24-26)

Tidaklah kebatilan itu menjadi besar dan berkuasa kecuali sebentar.
Demikianlah dari zaman ke zaman. Para pengekor kebatilan akan susut
habis seiring dengan matinya kebatilan tersebut. Mereka tidak dikenang
kecuali dengan celaan dan tahdzir .
Di zaman kita sekarang ini, generasi penerus pendukung paham sekuler
dan komunis telah bergerak dengan satu baju. Dan orang yang menyingkap
kejahatan mereka adalah Ahlus Sunnah. Demikian juga telah bergerak ahli
bid’ah dari kalangan orang-orang sufi, syiah, hizbiyyun, dan jamaah
takfir. Maka orang yang menghadapi dan membantah kebatilan mereka
adalah Ahlus Sunnah. Subhanallah, orang-orang yang dihadapi Ahlus
Sunnah akan terbakar dan terbakar pula fikrahnya. Benarlah perkataan
seorang penyair :
Tidaklah orang yang mati istirahat dengan kematiannya
Tidak lain kematian adalah matinya orang yang punya kehidupan
Orang yang mati adalah orang yang hidup dalam keadaan sedih
Putus asa dan sedikit harapan
Betapa banyak seorang hizbi yang tadinya memiliki kekuasaan, kebesaran
dan dijuluki dengan gelar-gelar penghormatan namun setelah Ahlus Sunnah
menjelaskan keadaannya matilah ia beserta pemikirannya.

Di antara ulama Ahlus Sunnah masa kini yang bangkit menghadapi para
pengekor kebatilan itu adalah Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani
rahimahullah, Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah, Syaikh Rabi’ bin
Hadi dan lain-lain.

Di Yaman adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al Washabi, Syaikh
Abul Hasan Al Ma’ribi, Syaikh Abdul Aziz Al Bura’i, Syaikh Abdullah bin
Utsman Adz Dzammari, Syaikh Utsman bin Abdillah Al Utmi, Syaikh Yahya
Al Hajuri, Syaikh Ahmad bin Sa’id Al Hajuri dan Syaikh Abdurraqib Al
Ibbi.

Dan di antara mereka adalah Syaikh Ad Da’iyah Muhammad bin Abdillah Ar
Rimi yang digelari dengan Al Imam. Adalah beliau hafidzahullah
memadukan ilmu, amal dan dakwah. Murid beliau berjumlah sekitar tujuh
ratus hingga delapan ratus orang. Pada liburan musim panas tak ada yang
mengetahui jumlah mereka kecuali Allah. Sungguh madrasahnya telah
membuahkan hasil yang baik. Beliau terus mendidik, mengajar dan
bersabar menghadapi makar hizbiyyun. Sampai kemudian mereka datang
menipu murid-muridnya dengan harta. Beliau menyadari bahaya ini dan
nyaris putus asa akan kemungkinan rujuknya kebanyakan mereka. Maka
bangkitlah Syaikh Al Imam memperingatkan umat dari bahaya hizbiyyun.
Buku ini adalah buku yang barakah di mana beliau membantah hizbiyyun
dengan cara yang baik. Aku tidak melihat ada buku lain yang sama baik
dalam pembahasannya. 

Semoga Allah membalas kebaikan kepada saudara kita Syaikh Muhammad dan
memberinya taufik agar tambah bersemangat dan kian kuat membela agama
dan Ahlus Sunnah. Semoga Allah melindungi kita dan beliau dari segala
keburukan.

Abu Abdirrahman Muqbil bin Hadi Al Wadi’i
7 Sya’ban 1417 H
----------

KATA PENGANTAR

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al Abdali

Segala puji bagi Allah semata. Shalawat dan salam semoga tercurah atas Nabi 
yang tidak ada nabi sesudahnya.

Amma ba’du,
Aku telah membaca buku yang ditulis oleh saudara kita Asy Syaikh Al
Fadhil As Salafi Abu Nashr Muhammad bin Abdillah Ar Rimi yang digelari
dengan Al Imam sekitar pembahasan kerusakan-kerusakan pemilu. Aku
dapati buku ini adalah buku yang lurus dan berbicara atas nama Ahlus
Sunnah wal Jamaah. Semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik atas
nasihat yang beliau curahkan kepada kaum Muslimin secara umum, para
pejabat secara khusus dan lebih khusus lagi kepada elit-elit partai
politik. Seperti inilah hendaknya Ahlus Sunnah wal Jamaah menjadi
pemberi nasihat bagi sekalian umat Islam.

Semoga Allah memberikan taufik kepada semuanya terhadap apa yang Dia
cintai dan ridhai. Dan semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah
atas Nabi kita Muhammad, keluarga dan para shahabat beliau dengan
sebanyak-banyaknya.

Ditulis oleh
Abu Ibrahim Muhammad bin Abdul Wahhab Al Abdali
11/8/1417 H

-----------
MUKADIMAH
Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kita meminta pertolongan dan
ampunan kepada-Nya. Dan kita berlindung kepada-Nya dari kejahatan
diri-diri kita dan dari keburukan amalan-amalan kita. Barangsiapa
diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang bisa
menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan oleh Allah maka tidak ada
seorangpun yang bisa memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa
sesungguhnya tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah saja, tidak
ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan
utusan-Nya.

Allah Azza wa Jalla berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan
sebenar-benarnya takwa dan janganlah sekali-kali kamu mati kecuali
dalam keadaan Muslim.” (QS. Ali Imran : 102)

Allah juga berfirman dalam ayat yang lain :
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Allah menciptakan
istrinya dan daripada keduanya Allah mengkembang-biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain. Dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An Nisa’ : 1)

Allah Azza wa Jalla berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu
amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Barangsiapa menaati
Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang
besar.” (QS. Al Ahzab : 70-71)
Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah. Sebaik-baik
petunjuk adalah petunjuk Rasulullah. Dan seburuk-buruk perkara adalah
perkara yang diada-adakan. Dan setiap perkara yang diada-adakan adalah
bid’ah. Dan setiap bid’ah adalah sesat. Dan setiap kesesatan tempatnya
di neraka.

Amma ba’du,
Pada masa-masa belakangan ini --terlebih abad tiga belas dan empat
belas Hijriyyah-- telah terjadi serangan bertubi-tubi terhadap kaum
Muslimin lewat beragam cara khususnya lewat perang pemikiran yang
mengerikan. Orang-orang yahudi dan nasrani memerangi Islam di setiap
lini. Mereka berusaha mengurai tali Islam seutas demi seutas. Mereka
pun berusaha meracuni kaum Muslimin dengan memasukkan
kerancuan-kerancuan di dalam Al Quranul Karim, Sunnah Nabi yang shahih,
Bahasa Arab dan sejarah. Mereka menikam umat Islam ketika mayoritas
umat dalam keadaan lupa dan lalai terhadap agama mereka.

Tikaman terbesar yang ditimpakan kepada kaum Muslimin adalah makar
penyebaran perbedaan pemikiran dan madzhab (khilaf al fikri wal
madzhabi) yaitu menyangkut perkara yang berkaitan dengan penguasa dan
pemerintah kaum Muslimin yang dipasang oleh musuh-musuh Islam. Ketika
mereka berhasil menebarkan ikhtilaf pemikiran dan madzhab di antara
orang-orang tersebut mereka pun mampu meruntuhkan Khilafah Islamiyyah.
Mereka terus-menerus memperluas jurang perbedaan yang besar ini..
Kemudian mereka jadikan negeri kaum Muslimin tersekat-sekat dan
terpecah-belah. Setelah mereka sukses melakukan ini semua mereka pun
berdaya upaya memisahkan Islam dari kehidupan umat, aktivitas
pemerintahan dan yang lainnya dengan menyusun undang-undang buatan
(manusia) dan menggambarkannya seolah-olah sebagai semangat zaman dan
puncak peradaban. 

Maka muncullah musibah yang menimpa kaum Muslimin --pertama-tama-- di
dalam perihal agama mereka. Kemudian diikuti oleh musibah pada
kehidupan dunia mereka. Dan musibah demi musibah ini kian bertambah
parah dengan kemunculan demokrasi. Mereka mengatakan demokrasi inilah
yang relevan dengan situasi kekinian, norma hukum yang melestarikan
hak-hak asasi. Kenyataan ini diperkuat oleh kebodohan kaum Muslimin
sendiri terhadap agama mereka. Sehingga jadilah metodologi dan fikrah
(paham) demokrasi ini sebagai “Rabb” bagi orang-orang yang
mengimaninya, mengamalkan dan menjaganya.

Al Quran dan As Sunnah cukup untuk menyingkap dan menguak kejahatan ini.
Allah Ta’ala berfirman :
“Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al Quran (supaya jelas jalan
orang-orang shalih) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang
berdosa.” (QS. Al An’am : 55)
Ayat ini adalah penjelasan dari Rabb kita Yang Maha Mengetahui segala
yang rahasia dan tersembunyi, Yang Maha Mengetahui segala yang kasat
mata maupun yang tersimpan di dalam dada. Ayat ini datang menjelaskan
bahwa merupakan satu keharusan untuk memperingatkan manusia agar
berhati-hati dari kekufuran, kesyirikan dan kejahatan --termasuk--
demokrasi dengan berbagai tata caranya.
Demokrasi adalah kejahatan yang tidak akan tegak agama kaum Muslimin
kecuali dengan memutus dan memisahkannya dari jalan yang benar. Manusia
yang paling sempurna pengetahuannya terhadap Rabb dan agama mereka
adalah manusia yang memiliki ilmu tentang Al Kitab dan As Sunnah sesuai
dengan pemahaman Salaful Ummah yang mampu mendeteksi kekufuran yang
muncul atas nama kemajuan, peningkatan, hak-hak asasi manusia dan
perlindungan terhadap umat yang tertindas.

Allah Azza wa Jalla berfirman :
“Dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa.” (QS. Al An’am : 55)
Maka kita harus mengetahui bahwa perkara terbesar yang bisa membantu
kita menghadapi bahaya dan berbagai sarananya adalah beramal dengan
cara-cara syar’i. Di samping itu kita juga harus mengetahui hakikat
Islam dan hakikat kekufuran. Islam tidak butuh kepada seluruh hukum dan
syariat-syariat buatan. Karena di dalamnya terdapat makrifat hakikat
Islam dan kekufuran. Rabb kita Jalla Sya’nuhu sendiri telah menjelaskan
hal ini dengan tujuan agar kita dapat mengetahui yang benar dari yang
salah.

Allah berfirman kepada Nabi-Nya Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang
ganjil melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang
paling baik penjelasannya.” (QS. Al Furqan : 33)
Sesungguhnya al haq itulah yang akan menghancurkan kebatilan
sehancur-hancurnya. Sungguh Allah telah menjelaskan di dalam Kitab-Nya
yang mulia dan juga Nabi-Nya Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam tentang
keadaan orang-orang yang sesat dan membuat kerusakan di muka bumi.
Yang menambah rusak urusan adalah jika ada orang yang mengaku berilmu
dari kalangan penulis, budayawan dan para “ulama” menjulurkan lidahnya
di belakang ketamakan terhadap dunia. Mereka bangkit membantah
musuh-musuh Allah namun bantahan mereka tidak didasarkan pada kekuatan
hujjah dan kedalaman akidah yang benar. Dan mereka sangat lemah dalam
hal penguasaan ilmu syari’ah.

Belum lama mereka membantah dan meyakinkan umat tentang rusaknya
kemajuan yang dicapai Eropa tiba-tiba kini justru mereka yang mencocoki
Eropa dalam perkara-perkara yang baru saja diingkari. Tiap orang dari
mereka telah membuka satu pintu masuk bagi keburukan-keburukan.
Sebagian mereka masuk lewat pintu tabarruj dan melepas hijab. Sebagian
yang lain masuk lewat pintu riba. Sebagian lainnya masuk melalui pintu
seruan kepada westernisasi. Yang lain lagi masuk lewat pintu seruan
mengambil undang-undang mereka. Yang lain masuk lewat pintu seruan
untuk melupakan dan membuang masa lalu termasuk membuang kewajiban
berhukum dengan Al Quran dan As Sunnah yang suci. Sebagian lagi menyeru
untuk melakukan “peninjauan ulang” terhadap syariat. Sebagian menyeru
kepada persatuan agama-agama. Sebagian menyerukan pendekatan antara As
Sunnah dengan aliran-aliran sesat. Sebagian menyeru kepada hizbiyyah.
Sebagian menyeru agar menerima simbol-simbol dan esensi demokrasi.
Sebagian menyeru kepada pemilu dengan anggapan bahwa yang diharamkan
hanya demokrasinya saja. Demokrasi itu sistem kufur namun pemilu
tidaklah demikian. Begitu menurut mereka.

Ketika muncul pada diri mereka sikap tidak patuh pada kebenaran jadilah
kebenaran --yang kemarin hari masih dianggap sebagai kebenaran--
menjadi kebatilan pada hari ini. Kerancuan demi kerancuan melumuri
mereka. Sehingga mereka pun menjadi pembela pemikiran-pemikiran dan
pandangan-pandangan yang dibawa oleh musuh serta sangat bersemangat
untuk meyakinkan manusia bahwa hal itu tidak mengeluarkan seorang
Muslim dari ajaran agama. Mereka menganggap enteng hal-hal yang
diharamkan. Salah seorang di antara mereka mengatakan : “Seorang Muslim
dapat menerima undang-undang buatan dalam keadaan dia tetap berada di
atas akidahnya.”

Benarlah Umar ketika berkata kepada Ziyad bin Hudhair :
“Tahukah kamu hal-hal yang bisa menghancurkan Islam?” Ziyad berkata,
aku menjawab : “Tidak tahu.” Umar berkata : “Yang menghancurkan Islam
adalah tergelincirnya seorang alim, bantahan seorang munafik dengan
menggunakan Al Kitab dan berkuasanya para pemimpin yang menyesatkan.”
(Riwayat Ad Darimi dan Ibnu Abdil Barr di dalam Al Jami’ dan atsar ini
adalah shahih)

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Adi bahwasanya Umar radliyallahu
'anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Yang paling aku khawatirkan menimpa umatku adalah seorang munafik yang pintar 
bicara.”
Juga terdapat riwayat Ahmad dan Thabrani dari hadits Abu Darda ia berkata, 
bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan menimpa umatku adalah para pemimpin 
yang menyesatkan.”

Demikian pula yang diriwayatkan oleh Thabrani dan Baihaqi dari hadits Imran bin 
Hushain radliyallahu ‘anhu.
Yang dikhawatirkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam adalah apa
yang telah diperlihatkan oleh Allah kepada beliau dari fitnah-fitnah
yang akan terjadi pada umat ini. Sungguh Allah telah memperlihatkan dan
memberitahukan kepada beliau tentang para pelakunya. Nabi menamai
mereka sebagai “para pemimpin yang menyesatkan”. Mereka kerahkan
segenap potensi yang mereka miliki untuk membantah dan mendebat Al
Quran serta menebarkan kerancuan-kerancuan. Padahal Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Berdebat tentang Al Quran adalah kufur.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan 
Hakim dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu)
Mereka mengambil ayat-ayat yang mutasyabihat• dari Al Quran untuk
menyesatkan manusia dan memberikan kerancuan kepada kaum Muslimin.

Allah Azza wa Jalla berfirman :
Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan maka
mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan
fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya padahal tidak ada yang
mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam
ilmunya berkata : “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat,
semuanya itu dari sisi Rabb kami.” (QS. Ali Imran : 7)

Dengan sebab mereka, merebaklah perdebatan dan penyimpangan di kalangan
kaum Muslimin. Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam telah
memperingatkan kita agar berhati-hati dari golongan ini. Di dalam
riwayat Bukhari, Muslim dan Ahmad dari hadits Aisyah radliyallahu ‘anha
beliau berkata :
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam membaca :
ﻫﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﺃﻧﺰﻝ ﻋﻠﻴﻚ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻣﻨﻪ ﺁﻳﺎﺕ ﻣﺤﻜﻤﺎﺕ ﻫﻦ ﺃﻡ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ
[Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara
(isi)-nya ada ayat-ayat yang muhkamat itulah pokok-pokok isi Al Quran]
hingga firman-Nya :
ﻭﻣﺎ ﻳﺬﻛﺮ ﺇﻻ ﺃﻭﻟﻮ ﺍﻷﻟﺒﺎﺏ
[Dan tidak dapat mengambil pelajaran (darinya) melainkan orang-orang yang 
berakal] (kemudian) beliau bersabda :
“Jika kalian melihat orang-orang yang mengikuti ayat-ayat yang
mutasyabihat maka mereka itulah orang-orang yang disebutkan oleh Allah
maka berhati-hatilah terhadap mereka.”

Yaitu terus menerus waspada dari bahaya pemikiran dan talbis
(pengkaburan) mereka. Sungguh kalangan Salaf telah menjatuhkan sikap
dan sanksi yang setimpal terhadap golongan manusia seperti ini.
Mereka, Salafus Shalih berdiri menghadapi mereka karena menyadari
bahayanya golongan ini, golongan yang tidak dikaruniai ilmu yang
bermanfaat, sikap tsabat (keteguhan) dan keikhlasan hati. Bahkan mereka
selalu ditimpa keraguan dan kebimbangan. Mereka menyangka berada di
atas kebenaran dan hujjah, bersikap sombong terhadap ulama Rabbaniyyin,
menghantam setiap penyeru al haq, menentang para ulama Salaf dan
pemahaman mereka bahkan menentang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam. Sampai-sampai salah seorang di antara mereka mengatakan :
“Seandainya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam masih hidup
niscaya beliau akan berhukum dengan demokrasi. Seandainya beliau masih
hidup niscaya akan mendoakan keberkahan terhadap kami atas kemajuan
ini.”
Setiap orang yang sesat dari golongan ini menganggap benar madzhab dan
kelompoknya meski pada akhirnya yang muncul adalah penyimpangan di
kalangan manusia. Setan selalu berkata kepada mereka : “Kalian berada
di atas sirath al mustaqim!”

Ketika telah terbongkar dan tersingkap keadaan mereka yang sebenarnya
mereka pun tampil dengan wajah yang lain dan rupa yang bermacam-macam.
Akan tetapi sebanyak dan segiat apapun orang-orang yang menyimpang itu
membikin kerancuan maka sungguh Allah telah menugaskan satu kaum untuk
membongkar dan menjelaskan kesalahan mereka, melumpuhkan syubhat
mereka, menjelaskan pembelotan mereka dari kebenaran, bahaya mereka
terhadap umat dan kerusakan yang mereka lakukan terhadap Islam.
Kelompok yang diberkahi adalah Ahli Ilmu yang mendapat bimbingan dan
taufik dari Allah untuk beramal dengan Kitab-Nya dan Sunnah Rasul-Nya
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dengan pemahaman Salaful Ummah dalam
keyakinan, ucapan maupun amalan. Merekalah orang-orang yang dipilih
Allah untuk membela agama-Nya.
Telah mutawatir hadits-hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam bahwa kelompok tersebut akan senantiasa ada sepanjang masa.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Akan terus ada sekelompok dari umatku yang menampakkan kebenaran
hingga datang keputusan Allah sedang mereka dalam keadaan menang.”
(Hadits Muttafaq ‘alaihi dari Al Mughirah radliyallahu 'anhu)
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari hadits Mu’awiyah radliyallahu ‘anhu dari 
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Akan terus ada sekelompok dari umatku yang menegakkan perintah Allah,
tidak membahayakan mereka orang-orang yang menghina dan menyelisihi
mereka sehingga datang urusan Allah dan mereka dalam keadaan menang
atas manusia.”
Hadits ini juga datang secara mutawatir dari Tsauban, Ibnu Umar, Abu
Hurairah, Imran bin Hushain, Uqbah bin Amir, Qurrah bin Iyas, Jabir bin
Abdillah, Jabir bin Samurah, Sa’d bin Abi Waqqash, Abu Anbah Al
Khaulani dan lain-lain.

Sungguh Allah telah menjaga agama-Nya dengan thaifah (kelompok) yang
selalu mendapatkan pertolongan ini dahulu maupun sekarang. Dan para
ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah telah bersepakat bahwa thaifah yang
dimaksud adalah Ahlul Hadits. Sebagaimana pendapat Ahmad bin Hambal,
Ibnu Al Mubarak, Ibnu Al Madini, Yazid bin Harun, Al Bukhari dan
lain-lain. Untuk melihat riwayat perkataan mereka ini silakan merujuk
pada Kitab As Sunnah karangan Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dan
selainnya dari kitab-kitab akidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Adapun yang dilakukan para ulama umat di masa sekarang ini di dalam
membantah pelaku kebatilan merupakan kelanjutan saja dari jejak langkah
penuh berkah yang pernah ditempuh oleh para ulama Ahlus Sunnah Wal
Jamaah. Dan perkara pemilu yang akan kami jelaskan hukumya menurut
syariat adalah di antara perkara-perkara yang menjadi fitnah bagi kaum
Muslimin dan sebagian orang yang mengaku memiliki ilmu dan pemahaman.
Maka wajib bagi kami untuk menimbangnya dengan timbangan syariat
seperti yang akan pembaca dapati penjelasannya di pembahasan ini. Insya
Allah.

Aku dapati masalah pemilu ini memiliki banyak sekali mafsadat (kerusakan) 
sebagaimana tercantum di dalam Al Quran secara rinci.

Tidak ada seorang pun yang menelaah sebagian apalagi keseluruhan dari
kerusakan-kerusakan pemilu yang tidak sampai pada kesimpulan bahwa
sesungguhnya ia merupakan sistem thaghut. Pemilu diharamkan dengan
sangat keras pasti tanpa keraguan. Meskipun dulu saya akui bahwa saya
tidak mampu membahas masalah ini karena beberapa sebab di antaranya
ialah keterbatasan ilmu. Dan saya juga tidak ingin membuat kitab ini
jadi berat dengan banyak pembahasan dan kutipan dari para ulama.

Dan aku berusaha untuk tidak menyebut hadits kecuali yang shahih
lidzatihi atau lighairihi dan hasan lidzatihi atau lighairihi. Dan
inilah yang selaras dengan keyakinan kita yang mantap bahwa Islam
adalah sempurna dan universal tidak ada kekurangan di dalamnya dari
sisi manapun. Inilah ajaran yang para shahabat berada di atasnya.
Inilah yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam terhadap
mereka sebagaimana telah dimaklumi. Dan amalan ini --yaitu menjauhi
hadits munkar dan dhaif-- adalah wajib bagi kita supaya kita tidak
memasukkan ke dalam agama sesuatu yang bukan bagiannya. Inilah
perbuatan ulama Ahlul Hadits.

Aku bagi kitab ini menjadi dua pasal, kerusakan pemilu dan syubhat
serta bantahannya. Dan aku buat mukadimah yang memuat definisi dan
pengertian demokrasi dan aku akhiri dengan menjelaskan sekilas tentang
aspek dakwah kami yang kami sarikan dari Al Quran dan As Sunnah dan
manhaj Salaful Ummah sebagai nasihat untuk kaum Muslimin serta penutup
kitab.
Abu Nashr Muhammad bin Abdillah Al Imam

(Dikutip dari buku, judul Indonesia :" Menggugat Demokrasi dan Pemilu,
Menyingkap Borok-borok Pemilu dan Membantah Syubhat Para Pemujanya".
Karya Ulama dari Yaman, Syaikh Abu Nashr Muhammad bin Abdillah Al Imam,
pengantar Syaikh Muqbil bin Hadi al Wadi'i Rahimahullah, Ulama Yaman.
Judul asli Tanwir Azh-Zhulumat bi Kasyfi Mafasid wa Syubuhat
al-Intikhabaat. Penerbit : Maktabah al-Furqan, Ajman, Emirate. Sumber
http://www.assunnah.cjb.net.)


----- Original Message ----
From: Ahmad Ridha <[EMAIL PROTECTED]>
To: assunnah@yahoogroups.com
Sent: Thursday, July 31, 2008 12:06:34 AM
Subject: Re: [assunnah] tanya : tentang pemilu


2008/7/28 Dr. Salamun Sastra <[EMAIL PROTECTED] com>:
> Assalamualaikum,
>

Wa'alaykumus salaam warahmatullah,

> Catatan: seperti apa sih demokrasi Islam itu, apa anda bisa menerangkan ?
>

Tidak ada demokrasi Islam, Pak. Keduanya adalah sistem yang berbeda
karena patokan kebenarannya berbeda.

-- 
Ahmad Ridha bin Zainal Arifin bin Muhammad Hamim
(l. 1400 H/1980 M)
    


      

Reply via email to