100 Dzikir jika ditinjau dari jumlah bilangannya terbagi menjadi dua macam. Yang pertama adalah yang tidak disebutkan jumlahnya secara rinci oleh syariat sebagaimana firman Allah Taala, Supaya kami banyak bertasbih dan banyak mengingat-Mu (QS. Thaahaa : 33). Berkata Imam Ibnu Katsir rahimahullaH tentang ayat di atas, Mujahid mengatakan, Tidaklah seorang hamba termasuk orang-orang yang berdzikir kepada Allah sehingga dia mengingat Allah baik dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring (Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5, hal. 379) Maka dzikir yang demikian tidak boleh ditentukan jumlahnya, kecuali terdapat dalil yang shahih berkenaan dengan hal tersebut.. Banyaknya dzikir yang seperti itu adalah sesuai dengan kesanggupan bagi yang membaca dan tidak perlu dihitung jumlah bacaannya. Yang kedua adalah dzikir yang jumlahnya telah ditentukan oleh syariat. Mengenai hal ini, berkata Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullaH, Karena sesungguhnya sebanyak-banyak bilangan (dzikir tertentu) yang terdapat di dalam sunnah yang shahih hanya seratus (al Masaail Jilid 1, hal. 163) Berikut beberapa hadits yang berkenaan dengan jumlah bilangan dzikir yang seratus, Dari Abu Hurairah radhiyallaHu anHu, RasulullaH ShallallaHu alayHi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang mengucapkan, SubhaanallaHi wa bihamdiH, dalam satu hari seratus kali niscaya dihapuskan dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di lautan (HR. al Bukhari dan Muslim) Dari Saad bin Abi Waqaash radhiyallaHu anHu, ia berkata, Kami pernah duduk di sisi RasulullaH ShallallaHu alaiHi wa sallam, lalu beliau bersabda, Lemahkah salah seorang kamu untuk mengerjakan setiap hari seribu kebaikan ?, maka bertanya seorang yang ada di majelis itu kepada beliau, Bagaimanakah salah seorang dari kami mengerjakan seribu kebaikan ?, beliau bersabda, Yaitu ia bertasbih seratus kali tasbih, niscaya akan ditulis baginya seribu kebaikan dan dihapuskan darinya seribu kesalahan (HR. Muslim) WallaHu alam Sumber Bacaan : Al Masaail Jilid 1, Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, Darus Sunnah Press, Jakarta, Cetakan Ketujuh, 1429 H/2008 M. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5, Dr. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Pustaka Imam asy Syafii, Cetakan Ketiga, Rabiul Akhir 1428 H/Mei 2007 M. Mudah-mudah Bermanfaat. Jumadil Akhir 1429 H/Juni 2008 M.
Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar" (QS. An Nisaa' : 48) Dari Abu Dzar radhiyallaHu 'anHu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Jibril berkata kepadaku, 'Barangsiapa diantara umatmu yang meninggal dunia dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka pasti dia masuk surga'" (HR. al Bukhari) [Hadits ini terdapat pada Kitab Shahih Bukhari]