Normal   0         false   false   false                             
MicrosoftInternetExplorer4             /* Style Definitions */  
table.MsoNormalTable  {mso-style-name:"Table Normal";  
mso-tstyle-rowband-size:0;  mso-tstyle-colband-size:0;  mso-style-noshow:yes;  
mso-style-parent:"";  mso-padding-alt:0mm 5.4pt 0mm 5.4pt;  
mso-para-margin:0mm;  mso-para-margin-bottom:.0001pt;  
mso-pagination:widow-orphan;  font-size:10.0pt;  font-family:"Times New Roman"; 
 mso-ansi-language:#0400;  mso-fareast-language:#0400;  
mso-bidi-language:#0400;}    Minggu, 27 Agustus 2006 03:20:32 WIB
  DERAJAT HADITS-HADTS TENTANG BACAAN WAKTU BERBUKA PUASA DAN KELEMAHAN 
BEBERAPA HADITS TENTANG KEUTAMAAN/FADLILAH FADHILAH PUASA
 
 oleh Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
 
 
 Hadits Pertama
 
 "Artinya : "Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Adalah Nabi Shallallahu 'alaihi wa 
sallam apabila berbuka (puasa) beliau mengucapkan : Allahumma Laka Shumna wa 
ala Rizqika Aftharna, Allahumma Taqabbal Minna Innaka Antas Samiul 'Alim 
(artinya : Ya Allah ! untuk-Mu aku berpuasa dan atas rizkqi dari-Mu kami 
berbuka. Ya Allah ! Terimalah amal-amal kami, sesungguhnya Engkau Maha 
Mendengar, Maha Mengetahui)". [Riwayat : Daruqutni di kitab Sunannya, Ibnu 
Sunni di kitabnya 'Amal Yaum wa-Lailah No. 473. Thabrani di kitabnya Mu'jamul 
Kabir]
 
 Sanad hadits ini sangat Lemah/Dloif
 
 Pertama : 
 Ada seorang rawi yang bernama : Abdul Malik bin Harun bin 'Antarah.
 Dia ini rawi yang sangat lemah.
 [1]. Kata Imam Ahmad bin Hambal : Abdul Malik Dlo'if 
 [2]. Kata Imam Yahya : Kadzdzab (pendusta) 
 [3]. Kata Imam Ibnu Hibban : Pemalsu hadits 
 [4]. Kata Imam Dzahabi : Dia dituduh pemalsu hadits 
 [5]. Kata Imam Abu Hatim : Matruk (orang yang ditinggalkan riwayatnya) 
 [6]. Kata Imam Sa'dy : Dajjal, pendusta.
 
 Kedua :
 Di sanad hadits ini juga ada bapaknya Abdul Malik yaitu : Harun bin 'Antarah. 
Dia ini rawi yang diperselisihkan oleh para ulama ahli hadits. Imam Daruquthni 
telah melemahkannya. Sedangkan Imam Ibnu Hibban telah berkata : "Munkarul 
hadits (orang yang diingkari haditsnya), sama sekali tidak boleh berhujjah 
dengannya".
 
 Hadits ini telah dilemahkan oleh Imam Ibnul Qoyyim, Ibnu Hajar, Al-Haitsami 
dan Al-Albani dan lain-lain
 
 Periksalah kitab-kitab :
 [1]. Mizanul I'tidal 2/666 
 [2]. Majmau Zawaid 3/156 oleh Imam Haitsami 
 [3]. Zaadul Ma'ad di kitab Shiyam/Puasa oleh Imam Ibnul Qoyyim 
 [4]. Irwaul Ghalil 4/36-39 oleh Muhaddist Al-Albani.
 
 
 Hadits Kedua.
 
 "Artinya : Dari Anas, ia berkata : Adalah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam 
apabila berbuka beliau mengucapkan : Bismillahi, Allahumma Laka Shumtu Wa Alla 
Rizqika Aftartu (artinya : Dengan nama Allah, Ya Allah karena-Mu aku berbuka 
puasa dan atas rizqi dari-Mu aku berbuka)". [Riwayat : Thabrani di kitabnya 
Mu'jam Shagir hal 189 dan Mu'jam Awshath]
 
 Sanad hadits ini Lemah/Dlo'if
 
 Pertama :
 Di sanad hadist ini ada Ismail bin Amr Al-Bajaly.
 Dia seorang rawi yang lemah.
 [1]. Imam Dzahabi mengatakan di kitabnya Adl-Dhu'afa : Bukan hanya satu orang 
saja yang telah melemahkannya. 
 [2]. Kata Imam Ibnu 'Ady : Ia menceritakan hadits-hadits yang tidak boleh 
diturut. 
 [3]. Kata Imam Abu Hatim dan Daruquthni : Lemah ! 
 [4]. Saya berkata Dia inilah yang meriwayatkan hadits lemah bahwa imam tidak 
boleh adzan (lihat : Mizanul I'tidal 1/239).
 
 Kedua :
 Di sanad ini juga ada Dawud bin Az-Zibriqaan.
 [1]. Kata Al-Albani : Dia ini lebih jelek dari Ismail bin Amr Al-Bajaly. 
 [2]. Kata Imam Abu Dawud, Abu Zur'ah dan Ibnu Hajar : Matruk. 
 [3]. Kata Imam Ibnu 'Ady : Umumnya apa yang ia riwayatkan tidak boleh diturut 
(lihat Mizanul I'tidal 2/7) 
 [4]. Saya berkata : Al-Ustadz Abdul Qadir Hassan membawakan riwayat Thabrani 
ini di kitabnya Risalah Puasa akan tetapi beliau diam tentang derajat hadits 
ini ?
 
 Hadits Ketiga
 
 "Artinya : Dari Muadz bin Zuhrah, bahwasanya telah sampai kepadanya, 
sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, apabila berbuka (puasa) beliau 
mengucapkan : Allahumma Laka Sumtu ....." [Riwayat : Abu Dawud No. 2358, 
Baihaqi 4/239, Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Sunniy]
 
 Lafadz dan arti bacaan di hadits ini sama dengan riwayat/hadits yang ke 2 
kecuali awalnya tidak pakai Bismillah.
 
 Dan sanad hadits ini mempunyai dua penyakit.
 
 Pertama :
 "Mursal, karena Mu'adz bin (Abi) Zur'ah seorang Tabi'in bukan shahabat Nabi 
Shallallahu 'alaihi wa sallam. (hadits Mursal adalah : seorang tabi'in 
meriwayatkan langsung dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, tanpa perantara 
shahabat).
 
 Kedua :
 "Selain itu, Mu'adz bin Abi Zuhrah ini seorang rawi yang Majhul. Tidak ada 
yang meriwayatkan dari padanya kecuali Hushain bin Abdurrahman. Sedang Ibnu Abi 
Hatim di kitabnya Jarh wat Ta'dil tidak menerangkan tentang celaan dan pujian 
baginya".
 
 Hadits Keempat
 "Artinya : Dari Ibnu Umar, adalah Rasulullah SAW, apabila berbuka (puasa) 
beliau mengucapkan : 
  ذَهَبَ 
الظَّمَأُ 
وَابْتَلَّتِ
 الْعُرُوْقُ 
وَثَبَتَ 
اْلأَجْرُ 
إِنْ شَاءَ 
اللهُ.
  DZAHABAZH ZHAAMA-U WABTALLATIL 'URUQU WA TSABATAL AJRU INSYA ALLAH (artinya : 
Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan/urat-urat, dan telah tetap 
ganjaran/pahala, Inysa allah). [Hadits HASAN, riwayat : Abu Dawud No. 2357, 
Nasa'i 1/66. Daruquthni dan ia mengatakan sanad hadits ini HASAN. Hakim 1/422 
Baihaqy 4/239]
 
 Al-Albani menyetujui apa yang dikatakn Daruquhni.!
 
 Saya berkata : Rawi-rawi dalam sanad hadits ini semuanya kepercayaan (tsiqah), 
kecuali Husain bin Waaqid seorang rawi yang tsiqah tapi padanya ada sedikit 
kelemahan (Tahdzibut-Tahdzib 2/373). Maka tepatlah kalau dikatakan hadits ini 
HASAN.
 
 Kesimpulan.
 [1]. Hadits yang ke 1,2 dan 3 karena tidak syah (sangat dloif dan dloif) maka 
tidak boleh lagi diamalkan. 
 
 [2]. Sedangkan hadits yang ke 4 karena riwayatnya telah syah maka bolehlah 
kita amalkan jika kita suka (karena hukumnya sunnat saja).
 
 
 BEBERAPA HADITS LEMAH TENTANG KEUTAMAAN PUASA
 
 Hadits Pertama
 
 "Artinya : Awal bulan Ramadhan merupakan rahmat, sedang pertengahannya 
merupakan magfhiroh (ampunan), dan akhirnya merupakan pembebasan dari api 
neraka". [Riwayat : Ibnu Abi Dunya, Ibnu Asakir, Dailami dll. dari jalan Abu 
Hurairah]
 
 Derajat hadits ini : DLAIFUN JIDDAN (sangat lemah).
 Periksalah kitab : Dla'if Jamius Shagir wa Ziyadatihi no. 2134, Faidhul Qadir 
No. 2815.
 
 Hadits Kedua :
 
 "Artinya : Dari Salman Al-Farisi, ia berkata : Rasulullah Shallallahu alaihi 
wa sallam. Pernah berkhutbah kepada kami di hari terakhir bulan Sya'ban. Beliau 
bersabda : "Wahai manusia ! Sesungguhnya akan menaungi kamu satu bulan yang 
agung penuh berkah, bulan yang didalamnya ada satu malam yang lebih baik dari 
seribu bulan, bulan yang Allah telah jadikan puasanya sebagai suatu kewajiban 
dan shalat malamnya sunat, barang siapa yang beribadat di bulan itu dengan satu 
cabang kebaikan, adalah dia seperti orang yang menunaikan kewajiban di bulan 
lainnya, dan barangsiapa yang menunaikan kewajiban di bulan itu adalah dia 
seperti orang yang menunaikan tujuh puluh kewajiban di bulan lainnya. Dia 
itulah bulan shabar, sedangkan keshabaran itu ganjarannya surga.... dan dia 
bulan yang awalnya rahmat, dan tengahnya magfiroh (ampunan) dan akhirnya 
pembebasan dari api neraka..." [Riwayat : Ibnu Khuzaimah No. hadits 1887 dan 
lain-lain]
 
 Sanad Hadits ini DLAIF. Karena ada seorang rawi bernama : Ali bin Zaid bin 
Jud'an. Dia ini rawi yang lemah sebagaimana diterangkan oleh Imam Ahmad, Yahya, 
Bukhari, Daruqhutni, Abi Hatim, dan lain-lain.
 
 Dan Imam Ibnu Khuzaimah sendiri berkata : Aku tidak berhujah dengannya karena 
jelek hafalannya.
 
 Imam Abu Hatim mengatakan : Hadits ini Munkar !!
 
 Periksalah kitab : Silsilah Ahaadits Dloif wal Maudluah No. 871, At-Targhib 
Wat-Tarhieb jilid 2 halaman 94, Mizanul I'tidal jilid 3 halaman 127.
 
 Hadits Ketiga
 
 "Artinya : Orang yang berpuasa itu tetap didalam ibadat meskipun ia tidur di 
atas kasurnya". [Riwayat : Tamam]
 
 Sanad Hadits ini DLA'IF. Karena di sanadnya ada : Yahya bin Abdullah bin 
Zujaaj dan Muhammad bin Harun bin Muhammad bin Bakkar bin Hilal. Kedua orang 
ini gelap keadaannnya karena kita tidak jumpai keterangan tentang keduanya di 
kitab-kitab Jarh Wat-Ta'dil (yaitu kitab yang menerangkan cacat/cela dan pujian 
tiap-tiap rawi hadits). Selain itu di sanad hadits ini juga ada Hasyim bin Abi 
Hurairah Al-Himsi seorang rawi yang Majhul (tidak dikenal keadaannya dirinya). 
Sebagaimana diterangkan Imam Dzahabi di kitabnya Mizanul I'tidal, dan Imam 
'Uqail berkata : Munkarul Hadits !!
 
 Kemudian hadits yang semakna dengan ini juga diriwayatkan oleh Dailami di 
kitabnya Musnad Firdaus dari jalan Anas bin Malik yang lafadnya sebagai berikut 
:
 
 "Artinya :"Orang yang berpuasa itu tetap di dalam ibadat meskipun ia tidur 
diatas kasurnya".
 
 Sanad hadits ini Maudlu'/Palsu. Karena ada seorang rawi yang bernama Muhammad 
bin Ahmad bin Suhail, dia ini seorang yang tukang pemalsu hadits, demikian 
diterangkan Imam Dzahabi di kitabnya Adl-Dluafa.
 
 Periksalah kitab : Silsilah Ahaadist Dla'if wal Maudl'uah No. 653, Faidlul 
Qadir No. hadits 5125.
 
 Hadits Keempat.
 
 "Artinya : Tidurnya orang yang berpuasa itu dianggap ibadah, dan diamnya 
merupakan tasbih, dan amalnya (diganjari) berlipat ganda, dan do'anya mustajab, 
sedang dosanya diampuni" [Riwayat : Baihaqy di kitabnya Su'abul Iman, dari 
jalan Abdullah bin Abi Aufa]
 
 Hadits ini derajadnya sangat Dla'if atau Maudlu. Karena di sanadnya ada 
Sulaiman bin Umar An-Nakha'i, salah seorang pendusta (baca : Faidlul Qadir No. 
9293).
 
 Hadits Kelima.
 
 "Artinya : Puasa itu setengah dari pada sabar" [Riwayat : Ibnu Majah].
 
 Kata Imam Ibnu Al-Arabi : Hadits (ini) sangat lemah !
 
 Hadist Keenam.
 
 "Artinya : Puasa itu setengah dari pada sabar, dan atas tiap-tiap sesuatu itu 
ada zakatnya, sedang zakat badan itu ialah puasa" [Riwayat : Baihaqy di 
kitabnya Su'abul Iman dari jalan Abu Hurairah].
 
 Hadits ini sangat lemah !
 [1]. Ada Muhammad bin Ya'kub, Dia mempunyai riwayat-riwayat yang munkar. 
Demikian diterangkan oleh Imam Dzahabi di kitabnya Adl-Dluafa
 [2]. Ada Musa bin 'Ubaid. Ulama ahli hadits. Imam Ahmad berkata : Tidak boleh 
diterima riwayat dari padanya (baca : Faidlul Qodir no. 5201).
 
 Itulah beberapa hadits lemah tentang keutamaan puasa dan bulannya. Selain itu 
masih banyak lagi hadits-hadits lemah tentang bab ini. Hadits-hadits di atas 
sering kali kita dengar dibacakan di mimbar-mimbar khususnya pada bulan 
Ramadhan oleh para penceramah.[1]
 
 [Disalin dari kitab Al-Masaa-il (Masalah-Masalah Agama)- Jilid ke satu, 
Penulis Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, Terbitan Darul Qolam - Jakarta, 
Cetakan ke III Th 1423/2002M]
 _________
 Foote Note
 [1]. Ditulis tanggal 7-11-1986
  Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1927&bagian=0
  
       

Kirim email ke