afwan tambahan, mengenai silaturahmi silahkan dikaji artikel berikut, bagaimana 
semestinya kita bersilaturahmi.

 
Silaturahmi 



Oleh : Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas hafizhahullaH 



 
Imam Ibnu Manzhur rahimahullaH berkata tentang silaturahmi, 



"Al Imam Ibnul Atsir, berkata, ‘Silaturahmi adalah ungkapan mengenai perbuatan 
baik kepada karib kerabat karena hubungan senasab atau karena perkawinan, 
berlemah lembut kepada mereka, menyayangi mereka, memperhatikan keadaan mereka, 
meskipun mereka jauh dan berbuat jahat.  Sedangkan memutus silaturahmi, adalah 
lawan dari hal itu semua’" (Lisaanul ‘Arab XV/318) 



 
Dari pengertian di atas, maka silaturahmi hanya ditujukan pada orang-orang yang 
memiliki hubungan kerabat dengan kita, seperti kedua orang tua, kakak, adik, 
paman, bibi, keponakan, sepupu dan lainnya yang memiliki hubungan kerabat 
dengan kita. 



Sebagian besar kaum muslimin salah dalam menggunakan kata silaturahmi.  Mereka 
menggunakannya untuk hubungan mereka dengan rekan-rekan dan kawan-kawan 
mereka.  Padahal silaturahmi hanyalah terbatas pada orang-orang yang memiliki 
hubungan kekerabatan dengan kita.  Adapun kepada orang yang bukan kerabat, maka 
yang ada hanyalah ukhuwah Islamiyyah. 



 
Silaturahmi yang hakiki bukanlah menyambung hubungan baik dengan orang yang 
telah berbuat baik kepada kita, namun silaturahmi yang hakiki adalah menyambung 
hubungan kekerabatan yang telah retak dan putus dan berbuat baik kepada kerabat 
yang berbuat jahat kepada kita.  Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam 
bersabda, 



"Orang yang menyambung kekerabatan bukanlah orang yang membalas kebaikan, 
tetapi orang yang menyambungnya adalah orang yang menyambung kekerabatannya 
apabila diputus" (HR. al Bukhari no. 5991, Abu Dawud no. 1697 dan at Tirmidzi 
no. 1908, dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallaHu ‘anHu) 



 
Imam ar Raghib al Asfahani rahimahullaH menyatakan bahwa rahim berasal dari 
kata rahmah yang berarti lembut, yang memberi konsekuensi  berbuat baik kepada 
orang yang disayangi (Mufraadaat al Faazhil Qur’aan, hal. 347) 



 
Ar Rahim adalah salah satu nama Allah Ta’ala.  Rahim (kekerabatan), Allah 
Ta’ala letakan di ‘Arsy.  Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam bersabda, 



"Rahim itu tergantung di ‘Arsy.  Dia berkata, ‘Siapa yang menyambungku, Allah 
akan menyambungnya.  Dan siapa yang memutuskanku, Allah akan memutuskannya’" 
(HR. al Bukhari no. 5989 dan Muslim no. 2555, dari ‘Aisyah radhiyallaHu ‘anHu, 
lafazh ini milik Imam Muslim) 



 
Allah Ta’ala berfirman, 



"Dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan" (QS. Al 
Baqarah : 27) 



Dalam menafsirkan ayat di atas, Imam Ibnu Jarir ath Thabari rahimahullaH 
berkata, 



"Pada ayat di atas, Allah menganjurkan hamba-Nya agar menyambung hubungan 
kerabat dan orang yang memiliki hubungan rahim, serta tidak memutuskannya" 
(Tafsir ath Thabari I/221) 



 
Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam mengaitkan antara menyambung 
silaturahmi dengan keimanan terhadap Allah Ta’ala dan Hari Akhir, beliau 
besabda, 



"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia menyambung 
silaturahmi" (HR. al Bukhari no. 6138, dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallaHu 
‘anHu) 



Dengan bersilaturahmi, Allah Ta’ala akan melapangkan rezeki dan memanjangkan 
umur kita, sebagaimana sabda Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam, 



"Barangsiapa yang suka diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka 
hendaklah ia menyambung tali silaturahmi" (HR. al Bukhari no. 5986 dan Muslim 
no. 2557) 



Sebaliknya, orang yang memutus silaturahmi, Allah Ta’ala akan sempitkan 
rizkinya atau tidak diberikan keberkahan pada hartanya.  Adapun haramnya 
memutuskan silaturahmi telah dijelaskan oleh Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa 
sallam, 



"Laa yadkhulul jannata qaathi’un" yang artinya "Tidak masuk surga orang yang 
memutus silaturahmi" (HR. al Bukhari no. 5984 dan Muslim no. 2556, dari sahabat 
Anas bin Malik radhiyallaHu ‘anHu) 



 
Sumber Bacaan : 



Wasiat Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam Kepada Abu Dzar al Ghifari, 
Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Majalah as Sunnah, Edisi Ramadhan, 
06-07/Tahun XI/1428 H/2007M. 

--- On Thu, 10/16/08, Dian Ambarawati <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Dian Ambarawati <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [assunnah] Tanya: Silaturahmi
To: assunnah@yahoogroups.com
Date: Thursday, October 16, 2008, 9:47 AM







Assalamu'alaykum warohmatulloohi wabarokaatuh.
 
Afwan akh, hal ini tergantung dengan sudah seberapa jauh pemahaman anta tentang 
Dien yang mulia ini.
Jika aqidah anta sudah matang, dan dapat berdakwah lewat sikap, akhlak, apalagi 
dengan lisan... maka dekatilah paman anta, dakwahi perlahan2 dengan kelembutan 
akhlak.
 
Namun jika aqidah anta masih lemah, dan pemahaman masih lemah, sebaiknya jaga 
jarak. 
 
Shahih dari Rasulullah Sholalloohu alaihi wa salam, bahwa beliau bersabda,

"Seseorang itu tergantung agama temannya, maka hendaklah salah seorang dari 
kalian memperhatikan kepada siapa berteman." (HR. Abu Daud dalam al-Adab, no. 
4833; at-Tirmidzi dalam az-Zuhd, no. 2378; Ahmad, no. 8212).

Beliau bersabda,

"Perumpamaan teman yang shalih dan teman yang buruk ialah seperti pembawa 
minyak wangi dan pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan memberi minyak 
kepadamu, kamu membeli darinya, atau kamu mencium baunya yang harum. Sedangkan 
pandai besi mungkin akan membakar pakaianmu atau kamu mencium bau yang tidak 
sedap." (HR. Al-Bukhari dalam al-Buyu’, no. 2101; Muslim dalam al-Birr wa 
ash-Shilah, no. 2628). 
 
Maksud ana, kalau aqidah kita lemah, khawatir malah kita yang pusing sendiri , 
bukankah Allah melarang kita berbicara tentang-Nya tanpa ilmu?
dan kekhawatiran tingkat tinggi lainnya adalah kita terkena syubhat2...
 
maka terus meneruslah menuntut ilmu sambil diamalkan.. Syubhat2 dapat 
disembuhkan dengan ILMU...
 
Semoga Allah memberikan hidayah ilmu & taufik kepada kita, keluarga dan paman 
akhi..
Amin
 
Wassalamu'alaykum warohmatulloohi wabarokaatuh


--- On Fri, 9/19/08, fariz_elfu <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: fariz_elfu <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [assunnah] Tanya: Silaturahmi
To: assunnah@yahoogroups.com
Date: Friday, September 19, 2008, 5:42 PM






Saya punya paman yang kalau bertemu saya sering melecehkan islam dan 
sunnah seperti memelihara jenggot, sholat berjamaah di masjid dan 
lainnya. Pertanyaan saya bolehkah saya menghindar dari bertemu paman 
saya ini? apakah tindakan ini tidak termasuk memutuskan silaturahmi? 
mohon bantuannya

Fariz
 















      

Reply via email to