Problema Ketiga:

Permasalahan selanjutnya adalah adanya perbedaan hati.
Inilah sebab terbesar yang membuat umat Islam semakin rendah. Mereka
semakin lemah di hadapan musuh-musuh mereka. Kekuatan mereka pun sirna,
begitu pula dengan kekuasaan mereka pun hilang. Hal ini sebagaimana
difirmankan oleh Allah Ta’ala,

وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ
“Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar 
dan hilang kekuatanmu.” (QS. Al Anfal: 46)


Jika engkau melihat umat Islam saat ini di berbagai penjuru dunia,
mereka menyembunyikan permusuhan dan kebencian satu dan lainnya, namun
senyatanya keramahan yang ada pada mereka hanyalah pura-pura saja.
Mereka mungkin terlihat saling ramah, namun dalam hati mereka
sebenarnya terdapat perselisihan.

Allah Ta’ala telah menerangkan hal ini dalam Surat Al Hasyr bahwa
sebab penyakit perpecahan di tengah-tengah umat ini terjadi karena
kurangnya akal. Allah Ta’ala berfirman,
تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّى
“Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah.” Kemudian 
setelah itu, Allah menyebutkan sebab kenapa hati mereka bisa terpecah 
(berselisih) yaitu dalam firman-Nya,
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ
“Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengerti.” 
(QS. Al Hasyr: 14)

Telah kita ketahui bersama bahwa penyakit lemahnya akal yang menimpa
kaum muslimin, membuat mereka menjadi lemah dalam memahami hakikat,
juga sulit membedakan antara yang benar dan yang bathil, yang manfaat
dan yang membahayakan, serta membedakan antara yang baik dan yang
jelek. Tidak ada obat untuk penyakit ini selain cahaya wahyu. Cahaya
wahyu inilah yang nanti akan menghidupkan hati-hati yang mati dan
menerangi jalan jika berpegang dengannya. Akhirnya dengan cahaya wahyu
seseorang akan terbuka matanya, sehingga dia dapat melihat yang benar
itu nampak benar, yang keliru itu nampak keliru, yang bermanfaat itu
nampak bermanfaat, yang bahaya itu akan nampak berbahaya.

Allah Ta’ala berfirman,
أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا
يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ
بِخَارِجٍ مِنْهَا
“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan
Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia
dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang
yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat
keluar dari padanya?” (QS. Al An’am: 122)

Allah Ta’ala juga berfirman,
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آَمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari 
kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman).” (QS. Al Baqarah: 257)
Barangsiapa keluar dari kegelapan menuju cahaya, maka dia akan
melihat kebenaran. Karena cahaya inilah yang akan membuat seseorang
melihat kenyataan sehingga dia dapat mengetahui yang benar itu benar
dan yang bathil itu bathil.

Allah Ta’ala berfirman,
أَفَمَنْ يَمْشِي مُكِبًّا عَلَى وَجْهِهِ أَهْدَى أَمْ مَنْ يَمْشِي سَوِيًّا 
عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu
lebih banyak mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di
atas jalan yang lurus?” (QS. Al Mulk: 22)
وَمَا يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ (19) وَلَا الظُّلُمَاتُ
وَلَا النُّورُ (20) وَلَا الظِّلُّ وَلَا الْحَرُورُ (21) وَمَا
يَسْتَوِي الْأَحْيَاءُ وَلَا الْأَمْوَاتُ
“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat.
dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya, dan tidak (pula) sama
yang teduh dengan yang panas, dan tidak (pula) sama orang-orang yang
hidup dan orang-orang yang mati.” (QS. Fathir: 19-22)
مَثَلُ الْفَرِيقَيْنِ كَالْأَعْمَى وَالْأَصَمِّ وَالْبَصِيرِ وَالسَّمِيعِ هَلْ 
يَسْتَوِيَانِ مَثَلًا
“Dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati.” (QS. 
Hud: 24)
Masih banyak ayat lainnya yang menunjukkan bahwa dengan iman,
seseorang bisa memperoleh kehidupan sebagai ganti dari kematian dan
bisa memperoleh cahaya sebagai ganti dari kegelapan. (Lihat Adhwaul Bayan, 3/54)

Selanjutnya komentar dan penjelasan mengenai permusuhan Yahudi dan
kaum muslimin di Palestina, kami sampaikan dalam beberapa point berikut
ini:

Pertama: marilah seluruh kaum muslimin kembali kepada agama mereka, menyerahkan 
setiap urusan kepada Allah, menghilangkan perselisihan
dan mendo’akan mereka kaum muslimin, juga menolong mereka sesuai dengan
kemampuan dengan harta dan obat-obatan. Inilah ajakan yang lebih tepat
yang ada dalam Al Qur’an dan ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam 
karena sebab-sebab tadi disebabkan oleh maksiat.

Kedua: ajakan yang serampangan yang diarahkan pada
kepentingan-kepentingan Yahudi di dunia ini tidak ragu lagi adalah
ajakan yang tidak bertanggung jawab yang muncul dari orang-orang yang
tidak memiliki hikmah dan tidak tahu aturan. Bahkan terkadang perbuatan
semacam ini berakibat buruk kepada kaum muslimin khususnya di Saudi
Arabia. Akhirnya berbaliklah tuduhan yang tidak menyenangkan dari
negara adikuasa dengan tuduhan teroris yang negeri Saudi sendiri telah
terselamatkan dari tuduhan semacam ini selama beberapa tahun yang
silam. Seruan-seruan tadi tidaklah jauh dari seruan-seruan yang ingin
memecah belah Ahlus Sunnah dan menginginkan Ahlus Sunnah seperti saat
ini. Seruan taktik semacam ini sebenarnya karena tidak paham dengan
tujuan-tujuan syari’at dan kaedah syariat yang umum.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Orang yang pemberani
bukanlah dengan kuatnya badan. Boleh jadi seseorang kuat badannya,
namun hatinya lemah. Orang yang pemberani adalah yang kuat dan kokoh
hatinya. Kekuatan dalam peperangan adalah dengan kuatnya badan dan
kemampuan untuk berperang, juga kuatnya, disertai pula dengan
pengalaman. Yang terpuji di antara orang yang kuat hatinya dan yang
kuat badannya tadi adalah orang yang berada di atas ilmu, bukan orang
yang sering serampangan yang tidak mau berpikir manakah perkara yang
terpuji dan tercela. Oleh karena itu, orang yang kuat adalah orang yang
mampu menahan dirinya ketika marah. Orang seperti ini akan melakukan
perkara yang baik baginya bukan yang membahayakannya. Orang yang tidak
mampu menahan amarahnya bukanlah orang yang pemberani dan bukanlah
orang yang kuat.” (Al Istiqomah, 2/271)

Ketiga: ajakan yang diserukan kepada pemerintah Saudi untuk
mengeluarkan Yahudi dari Palestina adalah ajakan yang terburu-buru dan
jauh dari memahami kenyataan kaum muslimin dalam agama maupun strategi,
juga karena tidak mengetahui kedudukan orang yang dihadapi yang begitu
kuat.

Akhirnya, saya mengajak kepada saudaraku para da’i dan juga para
penuntut ilmu, marilah kita tertarik untuk mengkaji Al Kitab dan As
Sunnah serta melihat jalan hidup salafush sholeh. Dan ketahuilah bahwa
di alam ini, Allah memiliki ketetapan (sunnah) yang tidak mungkin
berubah dan tergantikan sebagaimana yang terjadi pada ketetapan
kauniyah (sunnah kauniyah),

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ
مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى
يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا
فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.” (QS. Ar Ra’du: 11).
 Hendaklah kita mengambil pelajaran dari kajian-kajian yang telah lewat, lalu 
pahamilah.
Perlu diketahui pula bahwa syari’at ini datang untuk mendatangkan
berbagai macam maslahat dan menolak berbagai macam bahaya atau
menguranginya sesuai dengan kemampuan. Saya akan menjelaskan pula pada
kalian mengenai kaedah syariat ini, bagaimana jika ada maslahat yang
bertentangan, atau ada mafsadat yang saling bertentangan atau bagaimana
jika ada maslahat dan mafsadat saling bertentangan.
Ketahuilah bahwa kebaikan dan keburukan itu bertingkat-tingkat.
Orang yang berakal pasti akan menolak kejelekan yang lebih besar dengan
kejelekan yang lebih sedikit dan akan merasa puas jika mendapatkan
kebaikan yang sedikit dan tidak mendapatkan kebaikan yang banyak. Kalau
tidak memperhatikan hal ini pasti kita akan menderita peperangan yang
lebih besar.

Semoga Allah memperbaiki keadaan kaum muslimin, menyatukan hati-hati
mereka di atas petunjuk, tauhid dan sunnah. Semoga Allah melindungi
kaum muslimin dari tipu daya dan kejelekan orang kafir dan munafik
sebagai musuh-musuh mereka. Shalawat dan salam kepada Nabi kita
Muhammad, keluarga dan seluruh sahabatnya.
***
Itulah fatwa dari Syaikh Abdullah Al Ubailan. 

Inti dari penjelasan beliau adalah:
Kaum muslimin –termasuk yang berada di Palestina- bisa menang dalam
peperangan, jika mereka memiliki keimanan yang kokoh. Sebab lemahnya
kaum muslimin saat ini adalah karena imannya yang lemah dan lebih
senang berbuat maksiat dan mendurhakai Allah. Lihatlah di Perang Uhud,
karena kedurhakaan kepada Allah dan Rasul-Nya, kaum muslimin menjadi
kalah.

Seorang alim mengatakan:

“Siapakah yang mengatakan bahwa batu bisa menghancurkan tank-tank?
Siapa yang mengatakan bahwa ketapel bisa mengalahkan rudal, sedangkan
Engkau dan musuhmu sama-sama berbuat maksiat kepada Allah Ta’ala?”

Alim tersebut menceritakan bahwa ada seseorang mengunjungi para
korban perang yang terluka. Orang tadi mengataka bahwa dari 32 orang
yang dia temui, 30 orang di antara mereka tidak shalat. Orang yang
terluka tersebut mengatakan: Siapa saja yang ikut revolusi maka dia
pasti syahid. Biarpun orang tersebut berbuat syirik, berzina dan sering
mabuk-mabukan, asalkan dia ikut revolusi, pasti dia mati syahid.

Palestina tidak akan menang hanya dengan angan-angan. Palestina
tidak akan bebas hanya dengan slogan-slogan. Modal utama untuk meraih
kemenangan tersebut adalah dengan iman dan bukan dengan bermaksiat pada
Allah.

Marilah saat ini kita benahi keimanan, memperbaiki aqidah kita dan
marilah kita bersatu di atas aqidah yang benar sehingga hati dan badan
kita pun benar-benar bersatu.
Semoga dengan petunjuk Allah, kita dapat dikembalikan kepada agama
kita dengan baik dan semoga berbagai kehinaan diangkat dari kita.
Semoga Allah menolong kaum muslimin di berbagai negeri atas
musuh-musuhnya.

Alhamdulillahilladzi  bi ni’matihi tatimmush sholihat.
Pangukan, Sleman, 11 Muharram 1430 H

Yang selalu mengharapkan ampunan dan rahmat Rabbnya

Muhammad Abduh Tuasikal, S.T.
***
Oleh: Syaikh Abdullah Al ‘Ubailan hafizhohullah

Diterjemahkan oleh: Muhammad Abduh Tuasikal, S.T.

Sumber: http://www.islamancient.com/fatawa

Artikel www.muslim.or.id


      
___________________________________________________________________________
Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

Kirim email ke