وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِوَبَرَكَاتُهُ 

Lebih baik bila kita akan berdakwah, 
Langkah Paling pertama kita adalah:

Kita harus benar2 faham dahulu
akan ilmu yang akan kita Dakwahkan. 

Nasehat Syaikhul Islam
bila kita hendak Berdakwah / ber amar ma'ruf nahi mungkar

3 Bekal Amar Ma’ruf Nahi Mungkar 

( 
http://rumaysho.com/faedah-ilmu/15-faedah-ilmu/2803-3-bekal-amar-maruf-nahi-mungkar.html
 )

Sebuah faedah ilmu yang sangat berharga dari ulama besar masa silam Ahmad bin 
‘Abdul Al Haroni yang dikenal dengan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau 
memberikan nasehat bagaimana kita seharusnya beramar ma’ruf nahi mungkar yaitu 
mengajak pada kebaikan dan melarang dari kemungkaran.

Syaikhul Islam mengatakan, “Orang yang ingin beramar ma’ruf nahi mungkar 
semestinya memiliki tiga bekal yaitu: [1] ilmu, [2] lemah lembut, dan [3] 
sabar. Ilmu haruslah ada sebelum amar ma’ruf nahi mungkar (di awal). Lemah 
lembut harus ada ketika ingin beramar ma’ruf nahi mungkar (di tengah-tengah). 
Sikap sabar harus ada sesudah beramar ma’ruf nahi mungkar (di akhir). ”

Berikut rinciannya yang kami olah dari pembahasan Syaikhul Islam.

Pertama: Bekal Ilmu di Awal

‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz mengatakan,

مَنْ عَبَدَ اللهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلُحُ

“Barangsiapa yang beribadah pada Allah tanpa ilmu, maka ia akan membuat banyak 
kerusakan dibanding mendatangkan banyak kebaikan.”

Begitu pula  Mu’adz bin Jabal pernah mengatakan,

العِلْمُ إِمَامُ العَمَلِ وَالعَمَلُ تَابِعُهُ

”Ilmu adalah pemimpin amalan. Sedangkan amalan itu berada di belakang ilmu.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Ini memang benar. Yang namanya maksud 
dan amalan tanpa disertai ilmu, maka hanya mengakibatkan kebodohan, kesesatan 
dan sekedar mengikuti hawa nafsu sebagaimana telah dijelaskan. Inilah beda 
antara orang Jahiliyah dan seorang muslim. Seorang muslim haruslah membekali 
dirinya dengan ilmu dalam beramar ma’ruf nahi mungkar dan harus bisa membedakan 
mana yang baik dan mana yang buruk. Seseorang juga harus mengetahui bagaimana 
kondisi orang yang akan diajak pada kebaikan dan dilarang dari kemungkaran. Di 
antara bentuk mendatangkan kebaikan adalah melakukan amar ma’ruf nahi mungkar 
sesuatu tuntutan yang diajarkan  dalam Islam (jalan yang lurus). Jika seseorang 
membekali dirinya dengan ilmu, maka itu akan membuat lebih cepat mengantarkan 
pada tujuan.”

Kedua: Lemah Lembut di Tengah-Tengah Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

Dalam amar ma’ruf nahi mungkar hendaklah ada sikap lemah lembut. Sebagaimana 
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ 
شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ

“Sesungguhnya jika lemah lembut itu ada dalam sesuatu, maka ia akan senantiasa 
menghiasanya. Jika kelembutan itu hilang, maka pastilah hanya akan mendatangkan 
kejelekan.”[1]

Begitu pula beliau bersabda,

إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِى عَلَى الرِّفْقِ مَا لاَ 
يُعْطِى عَلَى الْعُنْفِ

“Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut. Dia menyukai kelembutan dan Dia akan 
memberi kepada kelembutan yang tidak diberikan jika seseorang bersikap 
kasar.”[2]

Ketiga: Bersabar di Akhir

Setelah melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, haruslah ada sikap sabar terhadap 
setiap gangguan. Syaikhul Islam mengatakan, “Setiap orang yang ingin melakukan 
amar ma’ruf nahi mungkar pastilah mendapat rintangan. Oleh karena itu, jika 
seseorang tidak bersabar, maka hanya akan membawa dampak kerusakan daripada 
mendatangkan kebaikan.”

Luqman pernah mengatakan pada anaknya,

وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ 
إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ

“Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari 
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. 
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” 
(QS. Luqman: 17)

Oleh karena itu, Allah memerintahkan kepada para Rasul –dan mereka adalah imam 
(pemimpin) dalam amar ma’ruf nahi mungkar- untuk bersabar, sebagaimana hal ini 
Allah perintahkan pada penutup Rasul (yakni Muhammad shallallahu ‘alaihi wa 
sallam). Bahkan perintah ini Allah sandingkan dengan penyampaian kerasulan. Hal 
ini dapat kita lihat dalam surat Al Mudatsir (surat yang merupakan tanda 
Muhammad menjadi Rasul), yang turun setelah surat Iqro’ (surat yang merupakan 
tanda Muhammad diangkat sebagai Nabi).

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ, قُمْ فَأَنْذِرْ, وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ, وَثِيَابَكَ 
فَطَهِّرْ, وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ وَلا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ, وَلِرَبِّكَ 
فَاصْبِرْ

“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan 
Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah 
berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh 
(balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, 
bersabarlah.” (QS. Al Mudatsir: 1-7)

Allah membuka surat yang merupakan pertanda beliau diangkat menjadi Rasul 
dengan perintah memberikan peringatan (indzar). Di akhirnya, Allah tutup dengan 
perintah untuk bersabar. Yang namanya memberi peringatan (indzar) adalah 
melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Maka ini menunjukkan bahwa sesudah 
seseorang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, hendaklah ia bersabar.

Demikian faedah dari Syaikhul Islam sebagai bekal bagi orang yang ingin beramar 
ma’ruf nahi mungkar.

Semoga kita dapat memperhatikan nasehat dalam setiap tindak tanduk kita ketika 
ingin memperbaiki orang lain. Hanya Allah yang memberi taufik.

 

Faedah Ilmu dari Risalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:

Al Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar, hal. 15-18, Mawqi’ Al Islam

Allohu a'lam 

-ino ibnu permadi- @inohambaAlloh

===================
          www.yufid.com
Search engine (Google nya) 
untuk
Pencarian ilmu Islam berdasarkan 
Al-Qur'an dan as-Sunnah (Hadits) yang Shahih  
Dikirim melalui BlackBerry® dari 3 – Jaringan GSM-Mu

-----Original Message-----
From: "Mohamad Wahyudi" <moh.wahy...@ymail.com>
Sender: assunnah@yahoogroups.com
Date: Tue, 29 Nov 2011 08:03:29 
To: As Sunnah<assunnah@yahoogroups.com>
Reply-To: assunnah@yahoogroups.com
Subject: [assunnah] Tanya : Memforward artikel milis assunnah

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 

Ikhwah mohon nasihat apakah pelajaran2 agama yg seperti saat ini di posting 
milis assunnah boleh ana sharing ke beberapa ikhwan di kantor dengan cara 
memforward email di bawah ke email teman2 ana di kantor ? 

Apakah hal yg ana lakukan salah ? Apakah sharing masuk ke dalam hukum berdakwah 
? Apakah hukumnya yg jatuh kepada ana karena ana sendiri masih sedikit ilmu 
agamanya sehingga bila ada pertanyaan yg lebih jauh atau ada sanggahan, ana 
mungkin belum bisa menjawab. Padahal ana berfikir ilmu agama baik untuk disebar 
luaskan.

Mohon pencerahan dan nasihat ustadz.

Jazaakallahu khairan

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 

Abu Rachel

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

SHALAT BERJAMA'AH
Oleh
Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi
http://almanhaj.or.id/content/1260/slash/0

Kirim email ke