TIDAK ADA BENDA KERAMAT DI DALAM AGAMA ISLAM

Oleh
Ustadz Ali Musri Semjan Putra
http://almanhaj.or.id/content/3352/slash/0/tidak-ada-benda-keramat-di-dalam-agama-islam/

Segala puji bagi Allah Azza wa Jalla, Rabb semesta alam. Tiada yang
berhak diibadahi kecuali Dia semata, yang telah mengutus para rasul
dan menurunkan kitab-kitab demi kebahagian manusia di dunia dan di
akhirat kelak. Dia-lah tempat meminta dan bergantung dalam segala
keadaan. Baik di saat suka maupun duka, di saat senang maupun susah,
di saat sehat maupun sakit. Dia-lah yang memberi kesembuhan atas
segala penyakit.

Salawat beserta salam kita ucapkan untuk Nabi kita Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Nabi pembawa rahmat untuk seluruh
alam. Nabi yang amat mencintai umatnya, yang telah menyuruh umatnya
untuk memohon dan meminta pertolongan hanya kepada Allah Azza wa
Jalla.

Semoga salawat juga terlimpah buat keluarga, para sahabat beliau dan
orang-orang yang berjalan di atas jalan mereka sampai hari kemudian.

Para pembaca yang kami muliakan, pada kesempatan kali ini kita akan
membahas peristiwa menyedihkan yang melanda negeri kita; yang bila
dilihat dari sisi syar'i lebih dahsyat dari tsunami atau gempa yang
memporak-porandakan gedung-gedung. Peristiwa itu adalah musibah
kehancuran dan robohnya aqidah umat dilindas batu para dukun cilik.
Betapa tidak, fitnah ini korbannya jauh lebih dahsyat dari segala
bencana. Betapa rapuhnya aqidah umat kita, yang hanya dengan tiga batu
kerikil milik tiga anak cilik saja mampu merobohkannya. Bagaimana
seandainya mereka dihadapkan kepada fitnah Dajjal yang mampu
menyuburkan bumi yang kering kerontang; menghidupkan orang mati dan
lainnya ? Tentu tidak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi dengan
umat ini. jika mereka dihadapkan kepada fitnah yang dimiliki Dajjal
itu. Kita memohon kepada Allah Azza wa Jalla untuk mengembalikan umat
kepada agama yang lurus.

Perbuatan syirik itu telah menjadi berita hangat dan tontonan serta
menyita perhatian berbagai tokoh nasional. Amat sedikit sekali yang
mengomentari peristiwa tersebut dengan nilai-nilai aqidah dan sebagian
besar malahan menyalahkan pemerintah terutama departemen kesehatan.

Di tengah-tengah kemajuan teknologi dan keilmuan, ternyata dalam hal
agama, kita masih primitif. Seharusnya yang perlu menjadi perhatian
pertama adalah pendidikan umat dengan ilmu agama dan aqidah yang
lurus. Agar mereka tidak dapat dihanyutkan oleh berbagai kesyirikan
yang diungkapkan dengan istilah-istilah yang menyesatkan. Semoga
kejadian ini menjadi pertimbangan berbagai pihak dalam menentukan
kebijakan sistem pendidikan kita ke depan. Sudah terbukti bahwa
ilmu-ilmu yang bersumber dari penelitian manusia tidak mampu
mengeluarkan dari keprimitifan dalam beragama.

Memang Nabi kita Shallallahu ’alaihi wa sallam dari jauh-jauh hari
sudah memperingatkan bahwa umat ini akan kembali terjerumus ke dalam
kesyirikan dan kesesatan umat-umat yang lalu

« لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ
وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ
لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ ». متفق عليه

"Sesunguhnya kalian akan mengikuti kebiasaan umat-umat sebelum kalian,
sejengkal demi sejengkal, sedepa demi sedepa, sehingga seandainya
mereka masuk lubang Dhab (sejenis kadal), niscaya akan kalian ikuti".
[HR. Bukhâri dan Muslim]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda bahwa Allah
Azza wa Jalla sangat membenci orang yang melakukan kebiasaan
jahiliyah:

عَن ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَ صَلَى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ((أَبْغَضُ النَّاسِ إِلَى اللهِ ثَلاَثَة
مُلْحِدٌ فِي الْحَرَمِ وَمُبْتَغٍ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةَ
الْجَاهِلِيَّةِ وَمُطْلِبُ دَمِ امْرِئٍ بِغَيْرِ حَقٍّ لِيُرِيْقَ
دَمَهُ)). رواه مسلم

"Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhu bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Manusia yang paling dibenci
Allah Azza wa Jallaada tiga; orang melakukan dosa di tanah haram,
orang yang mencari kebiasaan jahiliyah dalam Islam dan orang yang
mengincar darah seseorang tanpa hak untuk ia tumpahkan (membunuhnya)".
[HR. Muslim]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengubur kebiasaan
jahiliyah itu di bawah telapak kakinya, sebagaimana beliau nyatakan :

((أَلاَ كُلُّ شَيْءٍ مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ تَحْتَ قَدَمِيْ
مَوْضُوْعٌ)) رواه مسلم

"Ketahuilah segala sesuatu dari urusan jahiliah terkubur di bawah
telapak kakiku "[HR. Muslim]

Di antara kebiasaan jahiliyah yang dilakukan manusia di abad modern
ini adalah kepercayaan kepada benda-benda mati. Di zaman jahiliyah
manusia sering menggantungkan harapannya kepada benda-benda mati. Jika
mereka menemukan sebuah batu yang amat besar atau berbentuk menyerupai
makhluk hidup, atau memiliki warna yang agak asing atau bentuknya agak
aneh, maka mereka meyakini bahwa batu-batu itu memiliki keistimewaan.
Jika ukurannya kecil mereka membawanya pulang, jika tidak mereka
mendatangi tempat batu itu. Mereka berkeyakinan bahwa batu-batu itu
dapat menangkal sihir, menghentikan aliran darah atau memudahkan
kelahiran. Ada yang digantungkan di leher atau diikatkan di tangan dan
di kaki wanita yang akan melahirkan. Ada lagi batu yang disebut ”batu
akik”, mereka yakini dapat membuat diam seseorang yang mau marah, atau
bahkan obat bagi penyakit ain (mata jahat). Ada pula yang disebut batu
zamrud, mereka yakini dapat mengobati penyakit ayan. Padahal semua itu
adalah khurafat dan khayalan belaka.

Sebagaimana halnya al-Lâta adalah batu berhala yang dianggap berkah
atau sakti. Mereka juga mempertuhankan batu; jika mereka menghadapi
paceklik, kekurangan pangan, hujan tidak turun, atau ditimpa wabah
penyakit, mereka datang ke tempat batu-batu yang mereka anggap berkah
atau sakti.

Ibnu Katsîr berkata: "Al Lâta" adalah batu besar berwarna putih yang
diukir; di atasnya dibangun rumah yang dihiasi kelambu dan dijaga; di
sekelilingnya lapangan luas yang dimuliakan oleh penduduk Thâif.
Mereka membanggakannya di atas suku-suku Arab lain [1].

Demikian pula jika mereka menemukan pohon besar yang rindang daunnya,
mereka menganggap sakti dan mereka duduk di bawahnya, atau membawa
sesajian ke sana, atau menggantungkan pedang mereka pada
dahan-dahannya. Menurut khayalan mereka, pohon itu dapat memberi
keberkahan dan kekuatan tertentu pada diri mereka atau senjata-senjata
mereka, sebagaimana diceritakan dalam sebuah hadits berikut ini:

عَنْ أَبِيْ وَاقِدٍ اللَّيْثِيْ، قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَىْ حُنَيْنٍ وَنَحْنُ حُدَثَاءُ
عَهْدٍ بِكُفْرٍ، وَلِلْمُشْرِكِيْنَ سِدْرَةٌ يَعْكُفُوْنَ عِنْدَهَا
وَيَنُوْطُوْنَ بِهَا أَسْلِحَتَهُمْ، يُقَالُ لَهَا: ذَاتُ أَنْوَاطٍ،
فَمَرَّرْناَ بِسِدْرَةٍ فَقُلْنَا: ياَ رَسُوْلَ اللهِ إجْعَلْ لَناَ
ذَاتَ أَنْوَاطٍ كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاطٍ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (اللهُ أَكْبَرُ! إِنَّهَا السُّنَنُ،
قُلْتُمْ ـ وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ ـ كَمَا قَالَتْ بَنُوْ
إِسْرَائِيْلُ لِمُوْسَى: (إجْعَلْ لَنَا إلهاً كَماَ لَهُمْ آلِهَةٌ
قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُوْنَ) لَتَرْكَبُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ
قَبْلَكُمْ". [رَوَاهُ التِّرْمِذِيْ وَصَحَّحَهُ]. هَذاَ حَدِيْثٌ
حَسَنٌ صَحِيْحٌ.

Dari Abu Waqid Al Laysie, ia berkata: “Kami keluar bersama Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ke Hunain, saat itu kami baru saja
keluar dari kekufuran. Orang-orang musyrikin memiliki sebatang pohon
yang besar, mereka duduk di sisinya dan menggantungkan senjata-senjata
mereka padanya. Pohon itu disebut pohon Dzâtu Anwâth. Lalu kami
melewati sebatang pohon yang besar pula. Maka kami berkata:”Ya
Rasulullâh jadikanlah untuk kami pohon Zatu Anwâth, sebagaimana mereka
memiliki pohon Dzâtu Anwâth!” Rasululâh n pun bertakbîr (Allâhu Akbar)
Demi Zat yang jiwaku berada ditangannya sesungguhnya ucapan kalian ini
sebagaimana ucapan Bani Israil kepada Musa Alaihissallam: "Jadikanlah
untuk kami sembahan sebagaiman mereka memiliki sesembahan! Musa
berkata: sesungguhnya kalian kaum yang bodoh". Sesungguhnya kalian
akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang sebelum kalian"[HR Tirmidzi]

Sebagaimana halnya berhala mereka "Al-'Uzza", Ibnu Katsîr berkata:
"Al-'Uzza" adalah pohon yang dibangun rumah di bawahnya dan dihiasi
kelambu. Orang-orang Quraisy mengagungkannya [2].

Banyak kisah tentang batu di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam , tapi beliau maupun sahabat tidak menjadikan ajimat maupun
benda sakti seperti kisah-kisah berikut ini:

1. Kisah Batu Khandak.
Berkata Amru bin 'Auf: Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menggariskan kepada kami khandak (parit yang dalam) pada waktu perang
Ahzâb. Lalu ditemukan sebuah batu besar putih yang bulat. Batu
tersebut tidak bisa dihancurkan bahkan membuat alat-alat kami patah.
Maka kami menyebutkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
. Lalu Rasulullâh n menggambil linggis dari Salmân Al Fârisi dan
beliau memukul batu tersebut dengan sekali pukul. Maka, batu tersebut
terbelah dan mengeluarkan cahaya yang menyinari kota Madinah, bagaikan
sinar lampu di malam hari yang gelap gulita. Lalu Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir dan kaum Muslimin pun ikut
bertakbîr. Kemudian dipukul lagi untuk yang kedua kali, maka batu
tersebut terbelah dan mengeluarkan cahaya yang menyinari kota Madinah.
Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir dan kaum
Muslimin pun ikut bertakbîr. Maka Rasulullâh memukul lagi untuk yang
ketiga kali, maka batu tersebut terbelah hancur dan mengeluarkan
cahaya yang menyinari kota Madinah. Lalu Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bertakbir dan kaum Muslimin pun ikut bertakbîr[3].

Para sahabat tidak menganggap sakti batu itu, atau menjadikannya
sebagai ajimat, penangkal dan sebagainya.

2. Kisah Batu Yang Memberi Salam Kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Semasa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih di Mekah sebelum
diangkat menjadi nabi; ada batu yang memberi salam kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliau masih mengetahui batu tersebut,
tetapi beliau maupun para sahabat tidak pernah memungutnya atau
membawanya pulang untuk dijadikan penangkal atau alat terapi jika
beliau sakit.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut:

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنِّيْ َلأَعْرِفُ حَجَرًا بِمَكَّةَ كَانَ
يُسَلِّمُ عَلَيَّ قَبْلَ أَنْ أُبْعَثَ إِنِّيْ َلأَعْرِفُهُ الآنَ".
رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari sahabat Jabîr bin Samrah, ia berkata bahwa Rasulullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam telah bersabda: "Sesungguhnya aku mengetahui sebuah
batu di Mekah memberi salam kepadaku sebelum aku diangkat menjadi
nabi. Sesungguhnya aku mengetahuinya sampai sekarang" [HR. Muslim]

3. Batu Hajar Aswad.
Seluruh umat Islam sepakat bahwa Hajar Aswad adalah batu yang paling
mulia dari segala batu. Tapi tidak ada seorangpun dari para sahabat
yang menganggap sakti, apalagi minta kesembuhan kepadanya. Oleh sebab
itu Amirul Mukminin Umar bin Khatâb Radhiyallahu anhu saat menciumnya
di hadapan para kaum Muslimin, beliau berkata:

"إِنِّيْ أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ وَلَوْلاَ
أَنِّيْ رَأَيْتُ النَّبِيْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ
يُقَبِّلُكِ مَا قَبَّلْتُكِ". رَوَاهُ الْبُخَارِيْ

"Sesungguhnya aku mengetahui bahwa engkau adalah batu yang tidak
memiliki mudharat dan tidak pula memberikan manfaat. Jika seandainya
aku tidak melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, tentu
aku tidak akan menciummu"[HR Bukhari]

Hukum mencium Hajar Aswad hanya sekedar mengikuti sunnah Rasul
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang disebutkan oleh
sahabat Umar Radhiyallahu anhu. Tidak sebagaimana yang diyakini oleh
kebanyakan orang-orang yang berebutan untuk menciumnya, bahwa Hajar
Aswad dapat menyembuhkan penyakit, memurahkan rezki, dan dugaan-dugaan
khurafat lainnya.

4. Ka'bah Dan Maqâm Ibrâhîm.
Banyak anggapan dari sebagian orang-orang yang pergi haji dan umrah,
bahwa Ka'bah dan Maqâm Ibrâhîm memililki berbagai kesaktian, sehingga
mereka mengusab-usab bangunan Ka'bah dan Maqâm Ibrâhîm dengan tangan
dan kain mereka. Padahal tidak ada anjuran dalam agama tentang
perbuatan tersebut. Apalagi meyakini dapat memberikan berbagai
keistimewaan kepada manusia.

Syaikh al-'Utsaimin rahimahullah berkata: "Amat disayangkan, sebagian
orang menjadikan segala ibadahnya hanya untuk bertabarruk (mencari
berkah) semata. Seperti apa yang terlihat bahwa sebagian manusia
mengusap rukun (tiang) yamani lalu mengusapkan ke muka atau dada.
Artinya mereka menjadikan mengusap rukun yamani sebagai tabarruk bukan
untuk berta'abud (beribadah). Ini adalah sebuah kebodohan" [4]. Lalu
beliau menukil ungkapan Amîrul Mukminîn Umar bin Khatab yang kita
sebutkan di atas.

Tidak dipungkiri bahwa Ka'bah atau Masjidil haram memiliki berkah.
Tetapi mengambil berkah bukan dengan mengusap-ngusap dinding masjid
atau Ka'bah. Tetapi beribadah pada tempat tersebut sesuai dengan
ketentuan agama, seperti shalat, i'tikaf, tawaf, atau berhaji dan
umrah.

Demikian pula tentang kisah pohon kayu di masa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam , beliau maupun para sahabat tidak menjadikannya
sebagai tempat sakti yang dapat menyembuhkan penyakit, seperti
kisah-kisah berikut ini:

1. Kisah pohon yang merunduk ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berhenti dalam perjalanan beliau ke Syam bersama paman beliau.
Para ulama sîrah (sejarah nabi) menyebutkan bahwa saat Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perjalanan ke negeri Syam bersama
paman beliau Abi Thâlib, beliau selalu dinaungi awan. Ketika berhenti
di sebuah tempat di negeri itu, di dekat rumah seorang Rahib
(pendeta), beliau Shallallahu ’alaihi wa sallam disuruh paman beliau
untuk menunggu barang dagangannya di pinggir jalan. Tiba-tiba Rahib
itu melihat sebatang pohon merunduk ke arah Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan menaunginya dari panas terik matahari. Saat melihat hal
tersebut, Rahib berkata dalam hatinya: ”Sesungguhnya ini tidaklah
terjadi kecuali pada seorang Nabi.” Lalu Rahib itu mengajak mampir ke
rumahnya, dan menyuruh Abu Thâlib membawa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam cepat-cepat pulang ke Mekah. Ia berkata: ”Anak ini akan
memiliki kemulian, jika orang-orang Yahudi mengetahuinya maka mereka
akan membunuhnya.” Rahib itu mengetahui hal itu dari kitab Taurât dan
Injîl yang dimilikinya [5].

Demikian kisah tersebut. Namun, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
para sahabat tidak menganggap pohon itu keramat atau sakti.

2. Pohon Hudaibiyah.
Allah Azza wa Jallaberfirman dalam al-Qur'an:

لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ
الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ
عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا

"Sesungguhnya Allah Azza wa Jallatelah ridha terhadap orang-orang
Mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon. Maka
Allah Azza wa Jallamengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu
menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka
dengan kemenangan yang dekat (waktunya)".[al-Fath/48:18]

Tatkala Amîrul Mukminîn Umar bin Khatâb melihat sebagian orang
mendatangi tempat tersebut dan shalat di situ, beliau menebang pohon
tersebut untuk menentang perbuatan syirik[6].

3. Kisah Tangis Tiang Masjid Dari Batang Korma.

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَطَبَ يَسْتَنِدُ إِلَىْ جِذْعِ
نَخْلَةٍ مِنَ سِوَارِي الْمَسْجِدِ فَلَمَّا صُنِعَ الْمِنْبَرُ
وَاسْتَوَى عَلَيْهِ اضْطَرَّبَتْ تِلْكَ السَّارِيَةُ كَحَنِيْنِ
النَّاقَةِ حَتَّى سَمِعَهَا أَهْلُ الْمَسْجِدِ حَتَّى نَزَلَ إِلَيْهَا
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاعْتَنَقَهَا
فَسَكَتَتْ . رَوَاهُ النَّسَائِيْ وَصَحَّحَهُ الشَّيْخُ اْلأَلْبَانِيْ

"Dari Jâbir bin Abdillâh ia berkata: "Jika Rasulullâh berkhutbah
beliau bersandar kepada batang kurma di salah satu tiang masjid.
Tatkala mimbar telah dibuat dan beliau duduk di atasnya, tiang
tersebut menangis bagaikan rintihan seekor onta, semua orang yang ada
dalam masjid mendengarnya. Lalu Rasulullâh turun dan mengusapnya,
barulah ia diam".

Dalam hadits ini disebutkan bahwa tiang tersebut sedih karena tidak
lagi menjadi sandaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Suara
tersebut terdengar oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta
para sahabat. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap tiang
itu, agar berhenti dari kesedihannya; bukan karena untuk mencari
berkah. Sebagaimana saat musim haji, betapa banyaknya orang yang
mengusap-ngusap dan berebut untuk shalat dekat tiang tempat mu'adzin
mengumadangkan azan di masjid Nabawi.

4. Kisah Pohon Yang Berjalan Kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits berikut:

عَنْ يَعْلَى بْنِ مُرَّةَ الثَّقَفِيْ قَالَ: بَيْنَا نَحْنُ نَسِيْرُ
مَعَهُ النَّبِيُ فَنَـزَلْنَا مَنْـِزلاً فَناَمَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَتْ شَجَرَةٌ تَشُقُّ اْلأَرْضَ حَتَّى
غَشِيَتْهُ ثُمَّ رَجَعَتْ إِلَى مَكَانِهَا فَلَمَّا اسْتَيْقَظَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَتْ لَهُ فَقَالَ
هِيَ شَجَرَةٌ اسْتَأْذَنَتْ رَبَّهَا عَزَّ وَجَلَّ أَنْ تُسَلِّمَ
عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَذِنَ لَهَا
...)). رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالْبَغَوِيْ فِيْ شَرْحِ السُّنَّةِ. وَقَالَ
الشَّيْخُ اْلألْبَانِيْ: صَحِيْحٌ لِشَوَاهِدِهِ [7].

Dari Ya'la bin Murrah ats-Tsaqafy, ia berkata: “Ketika kami bersama
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan, kami
berhenti di suatu tempat, lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
tidur. Tiba-tiba datang sebatang pohon berjalan membelah bumi sampai
menaungi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Kemudian ia kembali lagi
ke tempatnya semula. Tatkala Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bangun, aku sebutkan hal tersebut kepada beliau. Beliau berkata:”Ia
adalah pohon yang meminta izin pada tuhannya untuk memberi salam
padaku, lalu Allah Azza wa Jalla mengizinkannya[8] ".

Nabi dan para shahabat tidak mengkeramatkan pohon tersebut sebagaimana
kebiasaan orang-orang terhadap pohon-pohon yang biasa mereka anggap
sakti, padahal pohon tersebut tidak memiliki keluarbiasaan. Hanya
karena sudah berumur ratusan tahun, tidak tumbang ditiup kangin
kencang, maka seolah-olah sering terdengar suara-suara ghaib di situ.
Atau berbagai kepercayaan khurafat lainnya yang mereka buat-buat
sendiri. Mereka tidak mengetahui bahwa suara ghaib itu bisa suara jin
yang tinggal di atas pohon itu.

5. Kisah Onta Yang Berbicara Kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits berikut:

عَنْ يَعْلَى بْنِ مُرَّةَ الثَّقَفِيْ قَالَ بَيْناَ نَحْنُ نَسِيْرُ
مَعَ النَّبِيْ إِذْ مَرَرْنَا بِبَعِيْرٍ يُسْنَى عَلَيْهِ فَلَمَّا
رَآه ُالْبَعِيْرُ جَرْجَرَ فَوَضَعَ جِرَانَهَ فَوَقَفَ عَلَيْهِ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَيْنَ صَاحِبُ
هَذَا اْلبَعِيْرِ فَجاَءَهُ فَقَالَ بِعْنِيْهِ فَقَالَ بَلْ نَهِبُهُ
لَكَ يَارَسُوْلَ اللهِ وَإِنَّهُ ِلأَهْلِ بَيْتٍ مَا لَهُمْ مَعِيْشَةٌ
غَيْرَهُ قَالَ أَمَّا إِذَا ذُكِرَتْ هَذَا مِنْ أَمْرِهِ فَإِنَّهُ
شَكَا كَثْرَةَ الْعَمَلِ وَقِلَّةَ الْعَلَفِ فَأَحْسِنُوْا
ِإَليْهِ...)).

Dari Ya'la bin Murrah Ats Tsaqafy, ia berkata:”Ketika kami bersama
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan. Kami
melewati seekor onta yang sedang diberi minum. Tatkala onta tersebut
melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ia mengeluh dan
meletakkan lehernya. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri
dekatnya dan bertanya:”Mana pemilik onta ini?” Lalu datanglah
pemiliknya, dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:”Juallah ia
padaku!” Lalu pemiliknya menjawab:”Kami hadiahkan padamu ya
Rasulullâh. Ia adalah milik keluarga yang tidak memiliki mata
pencaharian selain onta ini.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata: “Sesungguhnya ia telah mengadukan tentang banyak bekerja dan
kekurangan makanan, maka berbuat baiklah kamu kepadanya".

Onta tersebut tidak pernah disaktikan oleh pemiliknya, atau diambil
kotorannya untuk penangkal atau pelaris dagangan, apalagi dianggap
sebagai wali/syaikh.

Dengan memperhatikan contoh-contoh di atas, sangat nyata perbedaannya
dengan sebagian manusia abad modern dewasa ini. Meskipun disebut
manusia modern, namun mereka mengangap sakti berbagai macam barang
seperti, keris, batu, pohon tua, kuburan, sungai atau laut. Termasuk
perabot rumah tangga, peningalan kuno, binatang ternak, batu kali,
kayu di hutan, bahkan kuburan sekalipun.

Demikian juga seandainya contoh-contoh di atas terjadi di zaman
sekarang, tidak bisa dibayangkan akibatnya. Sebagian besar orang yang
menyaksikan tentu akan mengkeramatkan batu, pohon atau binatang itu
dan menjadikannya sebagai tempat berundi nasib, menyembuhkan penyakit,
mencari jodoh, dan seterusnya.

Dan seandainya peristiwa-peristiwa itu terjadi di hadapan orang-orang
yang mengidap penyakit “TBK” (tahyul, bid'ah dan khurafat), sangat
mungkin mereka akan melakukan pemujaan atau penyembahan

Maka sungguh amat mengherankan dan menyedihkan kita, jika baru-baru
ini, hanya sebuah batu kecil milik seorang bocah cilik dapat melindas
tauhid sebagian umat ini.

Demikian bahasan kita kali ini semoga bermanfaat bagi penulis dan
pembaca serta segenap kaum muslimin. Wallâhu A'lam.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ ِإلاَّ
أَنْتَ وَأَسْتَغْفَرك وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIII/Rabiul Tsani
1430/2011M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl.
Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197
Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Tafsîr Ibnu Katsîr: 7/455.
[2]. Ibid.
[3]. Kisah ini diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad, Ibnu Jarîr, Ibnu Abi
Hâtim, Al-Baihaqi dll. Lihat "Ad Dûrur Mantsûr"6/574.
[4]. Al-Qaulul Mufîd: 1/129.
[5]. Lihat "Târikhuth Thabary: 1/520 dan "Al-Bidâyah wan Nihâyah": 2/284.
[6]. Lihat "Al bida' Wannahyu 'anha" Ibnu Wadhah: 26.
[7]. "Misykâtul Mashâbîh": 3/287.
[8]. Lihat; Musnad imam Ahmad: 29/106, Syarhussunnah: 6/454, Misykâtul
Mashâbîh: 3/287.


------------------------------------

Website anda http://www.almanhaj.or.id
Berhenti berlangganan: assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com
Ketentuan posting : http://milis.assunnah.or.id/aturanmilis/
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    assunnah-dig...@yahoogroups.com 
    assunnah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke