AL-JAMIL, YANG MAHA INDAH

Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA
http://almanhaj.or.id/content/3392/slash/0/al-jamil-yang-maha-indah/

DASAR PENETAPAN
Nama Allah Azza wa Jalla ini disebutkan dalam sebuah hadits yang
shahîh, dari ‘Abdullâh bin Mas'ûd Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِيْ قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ
مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ: إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُوْنَ
ثَوْبُهُ حَسَناً وَنَعْلُهُ حَسَنَةً. قاَلَ: إِنَّ اللهَ جَمِيْلٌ
يُحِبُّ الْجَمَالَ، الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan
seberat biji debu. Ada seorang yang bertanya, “Sesungguhnya setiap
orang suka (memakai) baju yang indah, dan alas kaki yang bagus,
(apakah ini termasuk sombong?). Rasulullâh bersabda: "Sesungguhnya
Allah Maha Indah dan mencintai keindahan, kesombongan itu adalah
menolak kebenaran dan merendahkan orang lain[1] .

MAKNA AL-JAMIL SECARA BAHASA
Ibnu Fâris rahimahullah menjelaskan bahwa asal kata nama ini
menunjukkan dua makna, salah satunya adalah indah/bagus [2]. Adapun
al-Fairûz Abâdi rahimahullah, beliau menjelaskan bahwa asal kata nama
ini mengandung pengertian keindahan dalam tingkah laku dan rupa.[3]
Sementara itu, pakar bahasa yang lain yang bernama Ibnul Atsîr
rahimahullah lebih lanjut menjelaskan bahwa al-Jamîl berarti Yang Maha
Indah perbuatan-perbuatan-Nya dan sempurna sifat-sifat-Nya [4].

PENJABARAN MAKNA NAMA ALLAH AL-JAMIL
Nama Allah Azza wa Jallaal-Jamîl ini menunjukkan kesempurnaan
keindahan Allah Azza wa Jalla pada semua nama, sifat, dzat dan
perbuatan-Nya.[5] Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan makna hadits di
atas dengan mengatakan, “Semua urusan Allah Azza wa Jalla itu indah
dan baik, dan Dia Azza wa Jalla memiliki nama-nama yang Maha Indah
serta sifat-sifat yang Maha Bagus dan Sempurna”.[6]

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan hal ini secara lebih
terperinci pada keterangan berikut, “Keindahan Allah Azza wa Jalla ada
empat tingkatan; Pertama: keindahan dzat, kedua: keindahan sifat,
ketiga: keindahan perbuatan dan keempat: keindahan nama. Atas dasar
itu, semua nama Allah Azza wa Jalla Maha Indah, seluruh sifat-Nya Maha
Sempurna, dan semua perbuatan-Nya mengandung hikmah, kemaslahatan
(kebaikan) dan keadilan serta rahmat (kasih-sayang). Adapun keindahan
dzat dan apa yang ada padanya, maka ini adalah perkara yang tidak bisa
dicapai dan diketahui oleh selain Allah Azza wa Jalla. Semua makhluk
tidak memiliki pengetahuan tentang itu kecuali (sedikit) pengetahuan
yang dengan itulah Dia Azza wa Jalla memperkenalkan diri-Nya kepada
hamba-hamba yang dimuliakan-Nya. Sesungguhnya keindahan-Nya itu
terjaga dari (segala bentuk) perubahan, terlindungi dengan tabir
selendang dan sarung (kemuliaan), sebagaimana hadits Rasulullâh n dari
Allah Azza wa Jalla(hadits qudsi): "Kebesaran itu adalah selendang-Ku
dan keagungan itu adalah sarung-Ku…"[7] . Maka bagaimana anggapanmu
terhadap keindahan yang dibalut dengan sifat-sifat kesempurnaan,
keagungan dan kemuliaan?

Dari makna inilah kita dapat memahami sebagian dari arti keindahan
dzat-Nya, karena seorang hamba akan terus meningkat pengetahuannya
tentang Allah Azza wa Jalla, mulai dari mengenal
perbuatan-perbuatan-Nya meningkat menjadi mengenal sifat-sifat-Nya,
dan dari mengenal sifat-sifat-Nya meningkat menjadi mengenal dzat-Nya.
Jika dia menyaksikan sesuatu (yang merupakan pengaruh baik) dari
keindahan perbuatan-Nya, dia akan menjadikannya sebagai (argumentasi)
yang menunjukkan keindahan sifat-Nya, kemudian keindahan sifat ini
dijadikannya sebagai (landasan) yang menunjukkan keindahan dzat-Nya.
Dari sini, jelaslah bagi kita bahwa segala pujian hanya milik Allah
Azza wa Jalla. Tidak ada seorang makhluk-pun yang mampu
membatasi/menghitung sanjungan bagi-Nya. Dia k adalah seperti pujian
yang ditujukan-Nya untuk diri-Nya sendiri. Dialah yang berhak
diibadahi, dicintai dan disyukuri karena dzat-Nya, dan Dia mencintai,
memuji dan menyanjung diri-Nya sendiri. Sesungguhnya kecintaan,
pujian, sanjungan dan pengesaan-Nya terhadap diri-Nya sendiri, pada
hakikatnya merupakan pujian, sanjungan, cinta dan tauhid (yang
sebenarnya). Maka Allah Azza wa Jalla adalah seperti pujian yang
ditujukan untuk diri-Nya sendiri dan di atas pujian yang ditujukan
para makhluk kepada-Nya; dan Dia Azza wa Jalla dicintai dzat,
sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya. Semua perbuatan-Nya indah dan
dicintai, meskipun di antara obyek perbuatan-Nya ada yang dibenci dan
tidak disukai-Nya. Namun, tidak ada pada perbuatan-Nya sesuatu yang
dibenci dan dimurkai. Tidak ada satu pun di alam ini yang dicintai,
dipuji karena dzatnya kecuali Allah Azza wa Jalla. Semua yang dicintai
selain Allah Azza wa Jalla, jika kecintaan tersebut mengikuti
kecintaan kepada-Nya Azza wa Jalla, yaitu mencintainya karena Allah
Azza wa Jalla, maka kecintaan ini adalah kecintaan yang benar. Adapun
selain itu adalah kecintaan yang batil (salah).

Inilah hakikat ilâhiyyah (penghambaan diri kepada-Nya). Karena itu,
dzat yang diibadahi dengan sebenarnya, dialah yang dicintai dan dipuji
dzat-Nya. Terlebih lagi, jika semua itu dihubungkan dengan (mengingat
dan menyakini) kebaikan, limpahan nikmat, kelembutan, pengampunan,
pemaafan, anugerah dan rahmat-Nya.

Untuk itu, hendaknya seorang hamba meyakini bahwa tidak ada sesembahan
yang benar kecuali Allah Azza wa Jalla, kemudian mencintai dan
memuji-Nya karena dzat dan kesempurnaan-Nya. Selanjutnya, hendaknya
dia meyakini bahwa pada hakekatnya tidak ada yang memberikan kebaikan
berupa berbagai macam kenikmatan, yang lahir maupun dan batin, kecuali
Allah Azza wa Jalla. Karena itu, dia mencintai-Nya dan serta
memuji-Nya atas semua itu. Dengan itu, dia mencintai Allah Azza wa
Jalla dari kedua segi itu secara bersamaan.

Sebagaimana tidak ada sesuatu pun yang menyerupai Allah Azza wa Jalla,
maka kecintaan kepada-Nya tidak seperti kecintaan kepada selain-Nya.
Kecintaan yang disertai ketundukan itulah (hakekat) penghambaan diri
kepada-Nya, yang merupakan tujuan penciptaan makhluk-Nya. Karena
ubûdiyyah (penghambaan diri) merupakan bentuk kecintaan yang utuh,
disertai ketundukan yang sempurna, yang tidak pantas ditujukan kecuali
kepada Allah Azza wa Jalla. Sehingga, menyekutukan Allah Azza wa
Jallatermasuk perbuatan syirik yang tidak diampuni oleh Allah Azza wa
Jalla dan tidak diterima amal perbuatan pelakunya"[8].

Di tempat lain, beliau t berkata, "Kecintaan itu memiliki dua sebab
yang membangkitkannya, yaitu keindahan dan pengagungan, dan Allah Azza
wa Jallamemiliki kesempurnaan yang mutlak pada semua itu karena Dia
Maha Indah dan mencintai keindahan, bahkan semua keindahan adalah
milik-Nya, dan semua pengagungan (bersumber) dari-Nya, sehingga tidak
ada sesuatu pun yang berhak untuk dicintai dari semua segi karena
dzatnya kecuali Allah Azza wa Jalla"[9].

PENGARUH POSITIF DAN MANFAAT MENGIMANI NAMA ALLAH AL-JAMIL
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah memaparkan, "Di antara bentuk
pengetahuan yang paling mulia adalah mengenal sifat Allah Azza wa
Jallaal-jamâl (Maha Indah). Ini adalah pengetahuan istimewa yang
dimiliki hamba-hamba Allah Azza wa Jalla. Semua dapat manusia
mengenal-Nya dengan satu sifat dari semua sifat-Nya, akan tetapi yang
paling sempurna pengetahuannya (tentang Allah Azza wa Jalla) adalah
yang mengenal-Nya dengan sifat kesempurnaan, keagungan dan
keindahan-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya dalam
semua sifat-Nya. Seandainya semua makhluk memiliki rupa yang paling
indah, kemudian keindahan mereka lahir dan batin itu dibandingkan
dengan keindahan Allah Azza wa Jalla, maka sungguh (perbandingannya)
lebih rendah daripada perbandingan pelita yang redup cahayanya dengan
(terangnya cahaya) lingkaran matahari. Cukuplah (yang menunjukkan
kesempurnaan) keindahan-Nya bahwa semua keindahan lahir dan batin di
dunia dan akhirat adalah termasuk jejak-jejak penciptaan-Nya, maka
bagaimana pula dengan dzat yang bersumber dari-Nya (semua) keindahan
ini?"[10].

Kemudian, pengaruh positif mengimani nama Allah Azza wa Jalla yang
Maha Agung ini sebenarnya dapat kita ambil melalui penjelasan makna
hadits di atas.

Sabda Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya Allah
Maha Indah dan mencintai keindahan” mengandung dua unsur landasan
Islam yang agung, yaitu pengetahuan tentang sifat Allah Azza wa
Jalladan pengamalan konsekuensi sifat tersebut. Yang pertama, kita
mengenal Allah Azza wa Jalladengan sifat Maha Indah yang tidak
diserupai oleh satu makhluk-pun, kemudian yang kedua kita beribadah
kepada Allah Azza wa Jalladengan sifat indah yang dicintai-Nya, dalam
ucapan, perbuatan dan akhlak.

Allah Azza wa Jalla mencintai seorang hamba yang menghiasi ucapannya
dengan kejujuran, menghiasi hatinya dengan keikhlasan, kecintaan,
selalu kembali dan bertawakkal kepada-Nya, menghiasi anggota badannya
dengan ketaatan kepada-Nya, dan menghiasi tubuhnya dengan
memperlihatkan nikmat yang dianugerahkan-Nya kepadanya, seperti dalam
berpakaian, membersihkan tubuh dari najis dan kotoran, memotong kuku,
dan sebagainya. Jadi, hamba yang dicintai Allah Azza wa Jalla adalah
hamba yang mengenal Allah Azza wa Jalla dengan sifat-Nya yang Maha
Indah, selanjutnya beribadah kepada-Nya dengan keindahan yang ada pada
agama dan syariat-Nya.

Pengertian hadits di atas, selain keindahan pada pakaian dan alas kaki
yang ditanyakan oleh Sahabat di atas, secara umum juga menyangkut
keindahan pada segala sesuatu. Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ يُحِبُ أَنْ يُرَى أَثَرُ نِعْمَتِهِ عَلىَ عَبْدِهِ

Sesungguhnya Allah suka melihat (tampaknya) bekas nikmat (yang
dilimpahkan-Nya) kepada hamba-Nya. [11]

Allah Azza wa Jalla suka melihat terlihatnya bekas nikmat yang
dilimpahkan-Nya kepada hamba-Nya, karena ini termasuk keindahan yang
dicintai-Nya, dan ini juga termasuk bentuk syukur kepada-Nya.
Bersyukur adalah bentuk keindahan batin. Karena itu, Allah Azza wa
Jalla suka melihat keindahan lahir yang berupa tampaknya bekas
nikmat-Nya pada diri hamba-Nya.

Oleh karena itulah, Allah Azza wa Jalla menurunkan pakaian dan
perhiasan kepada para hamba-Nya untuk memperindah penampilan lahir
mereka, dan Dia Azza wa Jalla memerintahkan mereka agar bertakwa,
karena ini akan memperindah batin mereka. Allah Azza wa Jalla
berfirman:

يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي
سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا ۖ وَلِبَاسُ التَّقْوَىٰ ذَٰلِكَ خَيْرٌ

Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan pakaian untuk
menutupi 'auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan, dan pakaian takwa
itulah yang lebih baik [al-A'râf/7:26]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman tentang keadaan penduduk surga yang
Allah Azza wa Jalla anugerahi keindahan lahiriyah dan batiniyah :

وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا

Dan Dia menganugerahkan kepada mereka kecerahan (wajah) dan
kegembiraan (hati). Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena
kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera
[al-Insân/76:11-12]

Allah Azza wa Jallamenghiasi wajah mereka dengan kecerahan, menghiasi
batin mereka dengan kegembiraan, dan menghiasi tubuh mereka dengan
pakaian sutera.[12]

Penutup
Kami akhiri tulisan ini dengan memohon kepada Allah Azza wa Jalla
dengan nama-nama-Nya yang Maha Indah dan sifat-sifat-Nya yang maha
sempurna, agar berkenan menganugerahkan kepada kita semua keindahan
lahir dan batin, di dunia dan akhirat kelak, serta memudahkan kita
untuk memahami dan mengamalkan petunjuk-Nya dengan baik dan benar.
Sesungguhnya Dia Maha Indah dan Maha Mengabulkan doa.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XIII/1431H/2010M.
Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8
Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. HR. Muslim (no. 91).
[2]. Mu'jamu Maqâyîsil Lughah (1/427).
[3]. Al-Qâmûsul Muhîth (hlm. 1266).
[4]. An-Nihâyah fi Gharîbil Hadîts wal Atsâr (1/812).
[5]. Lihat Fiqhul Asmâ-il Husnâ (hlm. 291).
[6]. Syarh Shahîh Muslim (2/90).
[7]. HR Abu Dâwud (no. 4090) dan Ibnu Mâjah (no. 4174), dinyatakan
shahih oleh Syaikh al-Albâni.
[8]. Al-Fawâid hlm. 182-183
[9]. Al-Jawâbul Kâfi hlm. 164
[10]. Al-Fawâid hlm. 181-182
[11]. HR at-Tirmidzi no. 2819 dan al-Hâkim no. 7188, dinyatakan shahîh
oleh al-Hâkim dan disepakati adz-Dzahabi, juga dinyatakan hasan oleh
at-Tirmidzi dan al-Albâni.
[12]. Lihat Fiqhul Asmâ-il Husnâ hlm. 293-294


------------------------------------

Website anda http://www.almanhaj.or.id
Berhenti berlangganan: assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com
Ketentuan posting : http://milis.assunnah.or.id/aturanmilis/
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    assunnah-dig...@yahoogroups.com 
    assunnah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke