TA'ZIYAH KEPADA ORANG KAFIR

Untuk lebih lengkapnya, silakan klik link
berikut ini: http://almanhaj.or.id/content/3067/slash/0/fiqih-taziyah/

Ada perbedaan pendapat dalam masalah
melayat kepada orang kafir dzimmi (orang kafir dalam perlindungan). Sebagian
ulama Hanafiyah dan Syafi’iyah memperbolehkannya [Hasyiyah Radd al Mukhtar
(1/604), al Muhadzdzab –dicetak bersama al Majmu- (5/304)]. Adapun Imam Ahmad
bersikap tawaqquf, beliau tidak berpendapat apa-apa dalam masalah ini.[Al
Mughni (3/486), Ahkam Ahl adz Dzimmah (1/204)].

Sedangkan para sahabat Imam Ahmad memandang
ta’ziyah sama dengan ‘iyadah (menengok atau besuk). Dan dalam masalah ini,
mereka memiliki dua pendapat:

Pertama: Menengok dan melayat orang kafir
hukumnya terlarang atau haram [Al Inshaf (2/566), Kasysyaf al Qina (2/161)].
Dalil yang mereka pergunakan ialah:

لَا تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلَا النَّصَارَى
بِالسَّلَامِ فَإِذَا لَقِيتُمْ أَحَدَهُمْ فِي طَرِيقٍ فَاضْطَرُّوهُ إِلَى
أَضْيَقِهِ
Janganlah memulai salam kepada Yahudi dan
Nasrani. Apabila kalian berpapasan dengan salah seorang dari mereka, pepetlah
ke tempat yang sempit. [HR Muslim, 7/5].
Dalam hal ini, ta’ziyah disamakan dengan
memulai salam kepada mereka.

Kedua : Membolehkan ta’ziyah dan menengoknya,
dengan dalil hadits berikut ini: 

قَالَ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ غُلَامٌ يَهُودِيٌّ
يَخْدُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَرِضَ فَأَتَاهُ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُهُ فَقَعَدَ عِنْدَ رَأْسِهِ
فَقَالَ لَهُ أَسْلِمْ فَنَظَرَ إِلَى أَبِيهِ وَهُوَ عِنْدَهُ فَقَالَ لَهُ
أَطِعْ أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْلَمَ فَخَرَجَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقُولُ الْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِي أَنْقَذَهُ مِنْ النَّارِ

Dahulu ada seorang anak Yahudi yang
membantu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Suatu ketika si anak ini sakit.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menengoknya. Beliau duduk di dekat
kepalanya, dan berkata: “Masuklah ke dalam Islam”.
Anak tersebut memandang bapaknya yang hadir di
dekatnya. Bapaknya berkata,”Patuhilah (perkataan) Abul Qasim Shallallahu
'alaihi wa sallam ,” maka anak itupun masuk Islam. Setelah itu Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam keluar seraya berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah
menyelamatkan anak itu dari siksa neraka”. [HR Bukhari, 2/96].

Pendapat yang rajih, yaitu tidak boleh melayat
orang kafir dzimmi, terkecuali apabila membawa kemaslahatan -menurut dugaan
yang rajih- misalnya mengharapkannya masuk Islam. Wallahu a’lam.


________________________________
 From: IWAN JATIKUSUMO <iwan_desig...@yahoo.co.id>
To: "assunnah@yahoogroups.com" <assunnah@yahoogroups.com>
Sent: Tuesday, 13 November 2012 12:55 PM
Subject: [assunnah] Melayat ke orang non Muslim


 
Assalamu'alaykum

apa hukumnya melayat ke orang non muslim (nasrani) dan menghadiri ke 
pemakamannya?

Jazaakallahu Khairan

Iwan (Abu Hibban)

 

Kirim email ke