Kemuliaan dan Keutamaan 
Aisyahhttp://kisahmuslim.com/kemuliaan-dan-keutamaan-aisyah/


Beliau adalah Ummul Mukminin Ummu Abdillah Aisyah binti Abu Bakr, Shiddiqah 
binti Shiddiqul Akbar, istri tercinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. 
Beliau lahir empat tahun setelah diangkatnya Muhammad menjadi seorang
Nabi. Ibu beliau bernama Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Abdi
Syams bin Kinanah yang meninggal dunia pada waktu Rasulullah shallallahu 
‘alaihi wa sallam masih hidup yaitu tepatnya pada tahun ke-6 H.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Aisyah dua tahun sebelum 
hijrah melalui sebuah ikatan suci yang mengukuhkan gelar Aisyah menjadi ummul 
mukminin, tatkala itu Aisyah masih berumur enam tahun. Dan Rasulullah 
shallallahu ‘alaihi wa sallam membangun rumah tangga dengannya setelah 
berhijrah, tepatnya pada bulan Syawwal tahun ke-2 Hijriah dan ia sudah berumur 
sembilan tahun. Aisyah
menceritakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku pasca 
meninggalnya Khadijah sedang aku masih berumur enam
tahun, dan aku dipertemukan dengan Beliau tatkala aku berumur sembilan
tahun. Para wanita datang kepadaku padahal aku sedang asyik bermain
ayunan dan rambutku terurai panjang, lalu mereka menghiasiku dan
mempertemukan aku dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
(Lihat Abu Dawud: 9435). Kemudian biduk rumah tangga itu berlangsung
dalam suka dan duka selama 8 tahun 5 bulan, hingga Rasulullah shallallahu 
‘alaihi wa sallam meninggal dunia pada tahun 11 H. Sedang Aisyah baru berumur 
18 tahun.

Aisyah adalah seorang wanita berparas cantik berkulit putih, sebab itulah ia 
sering dipanggil dengan “Humaira”. Selain cantik, ia juga dikenal sebagai 
seorang wanita cerdas yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mempersiapkannya 
untuk menjaid pendamping Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam 
mengemban amanah risalah yang akan menjadi penyejuk mata dan
pelipur lara bagi diri beliau. Suatu hari Jibril memperlihatkan (kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) gambar Aisyah pada
secarik kain sutra berwarna hijau sembari mengatakan, “Ia adalah calon
istrimu kelak, di dunia dan di akhirat.” (HR. At-Tirmidzi (3880), lihat
Shahih Sunan at-Tirmidzi (3041))

Selain menjadi seorang pendamping setiap yang selalu siap memberi
dorongan dan motivasi kepada suami tercinta di tengah beratnya medan
dakwah dan permusuhan dari kaumnya, Aisyah juga tampil menjadi seorang
penuntut ilmu yang senantiasa belajar dalam madrasah nubuwwah di mana
beliau menimba ilmu langsung dari sumbernya. Beliau tercatat termasuk
orang yang banyak meriwayatkan hadits dan memiliki keunggulan dalam
berbagai cabang ilmu di antaranya ilmu fikih, kesehatan, dan syair Arab. 
Setidaknya sebanyak 1.210 hadits yang beliau riwayatkan telah
disepakati oleh Imam Bukhari dan Muslim dan 174 hadits yang hanya
diriwayatkan oleh Imam Bukhari serta 54 hadits yang hanya diriwayatkan
oleh Imam Muslim. Sehingga pembesar para sahabat kibar tatkala mereka
mendapatkan permasalahan mereka datang dan merujuk kepada Ibunda Aisyah.
Kedudukan Aisyah di Sisi Rasulullah
Suatu hari orang-orang Habasyah masuk masjid dan menunjukkan atraksi permainan 
di dalam masjid, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil 
Aisyah, “Wahai Humaira, apakah engkau mau melihat mereka?” Aisyah menjawab, 
“Iya.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di depan pintu, lalu aku 
datang dan aku letakkan daguku pada pundak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa 
sallam dan aku tempelkan wajahku pada pipi beliau.” Lalu ia mengatakan, “Di
antara perkataan mereka tatkala itu adalah, ‘Abul Qasim adalah seorang
yang baik’.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Apakah 
sudah cukup wahai Aisyah?” Ia menjawab: “Jangan
terburu-buru wahai Rasulullah.” Maka beliau pun tetap berdiri. Lalu Nabi 
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulangi lagi pertanyaannya,
“Apakah sudah cukup wahai Aisyah?” Namun, Aisyah tetap menjawab, “Jangan 
terburu-buru wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Aisyah mengatakan, “Sebenarnya bukan karena aku senang melihat
permainan mereka, tetapi aku hanya ingin memperlihatkan kepada para
wanita bagaimana kedudukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadapku dan 
kedudukanku terhadapnya.” (HR. An-Nasa’i (5/307), lihat Ash Shahihah (3277))
Canda Nabi kepada Aisyah
Aisyah bercerita, “Suatu waktu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang 
untuk menemuiku sedang aku tengah bermain-main dengan gadis-gadis kecil.” Lalu 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku, “Apa ini wahai 
Aisyah.” Lalu aku katakan, “Itu adalah kuda Nabi Sulaiman yang memiliki sayap.” 
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tertawa. (HR. Ibnu Sa’ad dalam 
Thabaqat (8/68), lihat Shahih Ibnu Hibban (13/174))

Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berlomba lari dengan Aisyah 
dan Aisyah menang. Aisyah bercerita, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam 
berlari dan mendahuluiku (namun aku mengejarnya) hingga aku mendahuluinya. 
Tetapi, tatkala badanku gemuk, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak 
lomba lari lagi namun beliau mendahului, kemudian beliau
mengatakan, “Wahai Aisyah, ini adalah balasan atas kekalahanku yang
dahulu’.” (HR. Thabrani dalam Mu’jamul Kabir 23/47), lihat Al-Misykah (2.238))
Keutamaan-keutamaan Aisyah
Banyak sekali keutamaan yang dimiliki oleh Ibunda Aisyah, sampai-sampai 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan dalam sabdanya:
“Orang yang mulia dari kalangan laki-laki banyak, namun yang
mulia dari kalangan wanita hanyalah Maryam binti Imron dan Asiyah istri
Fir’aun, dan keutamaan Aisyah atas semua wanita sepeerti keutamaan
tsarid atas segala makanan.” (HR. Bukhari (5/2067) dan Muslim (2431))

Beberapa kemuliaan itu di antaranya:

Pertama: Beliau adalah satu-satunya istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam 
yang dinikahi tatkala gadis, berbeda dengan istri-istri Rasulullah shallallahu 
‘alaihi wa sallam yang lain karena mereka dinikahi tatkala janda.

Aisyah sendiri pernah mengatakan, “Aku telah diberi sembilan perkara
yang tidak diberikan kepada seorang pun setelah Maryam. Jibril telah
menunjukkan gambarku tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam 
diperintah untuk menikahiku, beliau menikahiku tatkala aku masih gadis
dan tidaklah beliau menikahi seorang gadis kecuali diriku, beliau
meninggal dunia sedang kepalanya berada dalam dekapanku serta beliau
dikuburkan di rumahku, para malaikat menaungi rumahku, Al-Quran turun
sedang aku dan beliau berada dalam satu selimut, aku adalah putri
kekasih dan sahabat terdekatnhya, pembelaan kesucianku turun dari atas
langit, aku dilhairkan dari dua orang tua yang baik, aku dijanjikan
dengna ampunan dan rezeki yang mulia.” (Lihat al-Hujjah Fi Bayan
Mahajjah (2/398))

Kedua: Beliau adalah orang yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu 
‘alaihi wa sallam dari kalangan wanita.
Suatu ketika Amr bin al-Ash bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa 
sallam, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling engkau cintai?” Beliau 
menjawab, “Aisyah.” “Dari kalangan laki-laki?” tanya Amr. Beliau menjawab, 
“Bapaknya.” (HR. Bukhari (3662) dan Muslim (2384))
Maka pantaskah kita membenci apalagi mencela orang yang paling dicintai oleh 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?!! Mencela Aisyah berarti mencela, 
menyakiti hati, dan mencoreng kehormatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa 
sallam. Na’udzubillah.

Ketiga: Aisyah adalah wanita yang paling alim daripada wanita lainnya.
Berkata az-Zuhri, “Apabila ilmu Aisyah dikumpulkan dengna ilmu
seluruh para wanita lain, maka ilmu Aisyah lebih utama.” (Lihat
Al-Mustadrak Imam Hakim (4/11))
Berkata Atha’, “Aisyah adalah wanita yang paling faqih dan
pendapat-pendapatnya adalah pendapat yang paling membawa kemaslahatan
untuk umum.” (Lihat al-Mustadrok Imam Hakim (4/11))
Berkata Ibnu Abdil Barr, “Aisyah adalah satu-satunya wanita di
zamannya yang memiliki kelebihan dalam tiga bidang ilmu: ilmu fiqih,
ilmu kesehetan, dan ilmu syair.”

Keempat: Para pembesar sahabat apabila menjumpai
ketidakpahaman dalam masalah agama, maka mereka datang kepada Aisyah dan 
menanyakannya hingga Aisyah menyebutkan jawabannya.
Berkata Abu Musa al-Asy’ari, “Tidaklah kami kebingungan tentang suatu hadits 
lalu kami bertanya kepada Aisyah, kecuali kami mendapatkan
jawaban dari sisinya.” (Lihat Shahih Sunan at-Tirmidzi (3044))

Kelima: Tatkala istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi pilihan 
untuk tetap bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengna kehidupan apa 
adanya, atau diceraikan dan akan mendapatkan
dunia, maka Aisyah adalah orang pertama yang menyatakan tetap bersama
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bagaimanapun kondisi beliau sehingga 
istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain mengikuti 
pilihan-pilihannya.

Keenam: Syari’at tayammum disyari’atkan karena sebab beliau, yaitu tatkala 
manusia mencarikan kalungnya yang hilang di suatu tempat hingga datang waktu 
Shalat namun mereka tidak menjumpai air
hingga disyari’atkanlah tayammum.
Berkata Usaid bin Khudair, “Itu adalah awal keberkahan bagi kalian wahai 
keluarga Abu Bakr.” (HR. Bukhari (334))

Ketujuh: Aisyah adalah wanita yang dibela kesuciannya dari langit ketujuh.
Prahara tuduhan zina yang dilontarkan orang-orang munafik untuk menjatuhkan 
martabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lewat istri beliau telah tumbang 
dengan turunnya 16 ayat secara
berurutan yang akan senantiasa dibaca hingga hari kiamat. Allah Subhanahu wa 
Ta’ala mempersaksikan kesucian Aisyah dan menjanjikannya dengan ampunan dan 
rezeki yang baik.
Namun, karena ketawadhu’annya (kerendahan hatinya), Aisyah
mengatakan, “Sesungguhnya perkara yang menimpaku atas diriku itu lebih
hina bila sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tetnangku melalui wahyu 
yang akan senantiasa dibaca.” (HR. Bukhari (4141))
Oleh karenanya, apabila Masruq meriwayatkan hadits dari Aisyah,
beliau selalu mengatakan, “Telah bercerita kepadaku Shiddiqoh binti
Shiddiq, wanita yang suci dan disucikan.”

Kedelapan: Barang siapa yang menuduh beliau telah
berzina maka dia kafir, karena Al-Quran telah turun dan menyucikan
dirinya, berbeda dengan istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang 
lain.

Kesembilan: Dengan sebab beliau Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyari’atkan 
hukuman cambuk bagi orang yang menuduh wanita muhShanat
(yang menjaga diri) berzina, tanpa bukti yang dibenarkan syari’at.

Kesepuluh: Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sakit, Beliau 
memilih tinggal di rumah Aisyah dan akhirnya Beliau pun meninggal dunia dalam 
dekapan Aisyah.
Berkata Abu Wafa’ Ibnu Aqil, “Lihatlah bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi 
wa sallam memilih untuk tinggal di rumah Aisyah tatkala sakit dan memilih
bapaknya (Abu Bakr) untuk menggantikannya mengimami manusia, namun
mengapa keutamaan agung semacam ini bisa terlupakan oleh hati
orang-orang Rafidhah padahal hampir-hampir saja keutamaan ini tidak
luput sampaipun oleh binatang, bagaimana dengan mereka…?!!”
Aisyah meninggal dunia di Madinah malam selasa tanggal 17 Ramadhan 57 H, pada 
masa pemerintahan Muawiyah, di usianya yang ke 65 tahun,
setelah berwasiat untuk dishalati oleh Abu Hurairah dan dikuburkan di
pekuburan Baqi pada malam itu juga. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhai 
Aisyah dan menempatkan beliau pada kedudukan yang tinggi di sisi Rabb-Nya. 
Aamiin.

Mutiara Teladan

Beberapa teladan yang telah dicontohkan Aisyah kepada kita di antaranya:
        1. Perlakuan baik seorang istri dapat membekas pada diri suami dan hal
itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi seorang suami yang akan selalu ia kenang 
hingga ajal menjemputnya.
        2. Hendaklah para wanita menjaga mahkota dan kesuciannya, karena 
kecantikan dan keelokan itu adalah amanah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang harus 
senantiasa ia jaga dan tidaklah boleh dia peruntukkan kecuali kepada yang 
berhak atasnya.
        3. Hendaklah para istri mereka belajar dan mencontoh keShalihan
suaminya. Istri, pada hakikatnya adalah pemimpin yang di tangannya ada
tanggung jawab besar tentang pendidikan anak dan akhlaknya, karena ibu
adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.
Wallahu A’lam.
Sumber: Majalah Al-Furqon, Edisi 06 Tahun kiadhan 1427 H / Oktober 2006
Artikel www.KisahMuslim.com

Kata Kunci Terkait: siti aisyah, istri nabi, aisyah, keutamaan aisyah, isteri 
nabi, ibunda aisyah

Reply via email to