SETIAP MUSLIM AKAN MENGHADAPI UJIAN DAN COBAAN

Oleh
Ustadz Sa’id Yai, Lc
http://almanhaj.or.id/content/3450/slash/0/setiap-muslim-akan-menghadapi-ujian-dan-cobaan/

لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ
الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ
أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ
مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan
(juga) kamu benar-benar akan mendengar dari orang-orang yang diberi
al-Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah,
gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan
bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang
patut diutamakan [Âli 'Imrân/3 : 186]

SEBAB TURUNNYA
Ayat ini diturunkan berhubungan dengan kisah yang terjadi di pemukiman
al-Hârits bin al-Khazraj (Madinah) sebelum perang Badar. Kaum Muslimin
ketika itu sedang berkumpul dengan kaum musyrikin dan orang-orang
Yahudi. Datanglah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ke tempat
itu dan memberi salam. Di majlis tersebut, ada 'Abdullâh bin Ubai bin
Salûl, dia berkata, "Janganlah kalian mengotori kami!" Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengajak mereka untuk masuk ke dalam
Islam dan membacakan al-Qur'ân kepada mereka. 'Abdullâh bin Ubai
menyahut, "Wahai lelaki! Apa yang engkau katakan bukanlah sesuatu yang
bagus. Jika itu adalah sesuatu yang haq, maka janganlah kamu
mengganggu kami dengan perkataan itu! Kembalilah ke hewan
tungganganmu! Barang siapa mendatangimu, maka ceritakanlah perkataan
itu!"

Perkataan itu sangat menyakitkan hati kaum Muslimin, sehingga
terjadilah pertengkaran di majlis itu antara mereka dengan orang-orang
kafir. Akhirnya, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menenangkan
mereka. Setelah mereka tenang, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam pun kembali ke tunggangannya dan pergi. Setelah itu, Allâh Azza
wa Jalla menurunkan ayat ini yang berisi perintah untuk bersabar atas
gangguan-gangguan orang-orang kafir.[1]

TAFSIR RINGKAS
Syaikh 'Abdurrahmân as-Sa'di rahimahullah berkata, "Allâh Azza wa
Jalla mengabarkan dan mengatakan kepada kaum Mukminin bahwa mereka
akan diuji pada harta mereka melalui (perintah untuk) mengeluarkan
nafkah-nafkah wajib dan yang sunat serta terancam hilang harta untuk
(berjuang) di jalan Allâh Azza wa Jalla . (Mereka juga akan diuji)
pada jiwa-jiwa mereka dengan diberi berbagai beban berat bagi banyak
orang, seperti jihad di jalan Allah atau tertimpa penyakit.

(Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang
diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan
Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati) berupa celaan
terhadap kalian, agama, Kitab dan Rasul kalian … oleh karena itu,
Allâh Azza wa Jalla berkata, 'Jika kamu bersabar dan bertakwa'
maksudnya, jika kalian bersabar atas segala kejadian pada harta dan
diri kalian berupa ujian, cobaan dan gangguan dari orang-orang zhalim,
serta kalian dapat bertakwa kepada Allâh Azza wa Jalla dalam kesabaran
itu dengan niat mengharap wajah Allâh Azza wa Jalla dan mendekatkan
diri kepada-Nya, dan kalian tidak melampaui batas kesabaran yang
ditentukan oleh syariat, maksudnya tidak boleh bersabar atau menahan
diri pada saat syari’at mengharuskan membalas perlakuan musuh-musuh
Allâh Azza wa Jalla . (Maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk
urusan yang patut diutamakan) artinya itu termasuk perkara yang harus
didahulukan dan dimeraihnya dengan berlomba-lomba. Tidak ada yang
diberi taufik untuk dapat melakukan ini kecuali orang-orang yang
memiliki tekad kuat dan semangat tinggi. Allah k berfirman, (artinya):
'Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada
orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada
orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.[2][3]' ."

Ujian Adalah Sunnah Kauniyah Pada Setiap Muslim
Allâh Azza wa Jalla berfirman:

لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ

Kamu benar-benar akan diuji pada hartamu dan dirimu [Âli 'Imrân/3: 186]

Ujian adalah sunnah kauniyah (ketetapan Allâh Azza wa Jalla yang pasti
terjadi) bagi setiap Muslim. Seorang Muslim tidak mungkin mengelak
dari ujian tersebut. Oleh karena itu, Allâh memberi penekanan pada
firman-Nya لَتُبْلَوُنَّ dengan menggunakan dua huruf (yaitu huruf lam
dan nun yang bertasydid, sehingga makna kalimat tersebut, kamu sungguh
sungguh atau benar-benar akan diuji)."[4]

Imam Ibnu Katsîr rahimahullah berkata, "Firman Allâh (yang artinya),
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu” seperti
firman-Nya (yang artinya) : Dan sungguh akan kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa
dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan 'Inna lillâhi wa innâ ilaihi râji'ûn'[5] . Seorang Mukmin
pasti akan diuji pada harta, jiwa, anak dan keluarganya."[6]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:

ذَٰلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَٰكِنْ
لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ

Demikianlah, apabila Allâh menghendaki niscaya Allâh akan membinasakan
mereka, tetapi Allâh hendak menguji sebagian kamu dengan sebagian yang
lain [Muhammad/47: 4]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمُرَّ
الرَّجُلُ عَلَى الْقَبْرِ فَيَتَمَرَّغُ عَلَيْهِ وَيَقُولُ: يَا
لَيْتَنِي كُنْتُ مَكَانَ صَاحِبِ هَذَا الْقَبْرِ وَلَيْسَ بِهِ
الدِّينُ إِلَّا الْبَلَاءُ

Demi yang jiwaku berada di tangannya! Dunia ini tidak akan fana,
kecuali setelah ada seseorang yang melewati sebuah kuburan dan
merenung lama di dekatnya seraya berkata, 'Seandainya aku dulu seperti
penghuni kubur ini.” Bukan agama yang mendorong dia melakukan ini
namun hanya ujian saja" [7]

Kekokohan Iman Dan Kadar Ujian Selalu Berbanding Lurus
Semakin kuat iman seseorang, maka ujian yang akan diberikan oleh Allâh
akan semakin besar. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
ditanya oleh Sa'd bin Abî Waqqâsh Radhiyallahu anhu :

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً قَالَ الأَنْبِيَاءُ
ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ
دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ
فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ

“Ya Rasûlullâh! Siapakah yang paling berat ujiannya?" Beliau menjawab,
"Para Nabi kemudian orang-orang yang semisalnya, kemudian orang yang
semisalnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar (kekuatan) agamanya.
Jika agamanya kuat, maka ujiannya akan bertambah berat. Jika agamanya
lemah maka akan diuji sesuai kadar kekuatan agamanya” [8]

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda:

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا
أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ
سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian.
Sesungguhnya, apabila Allâh mencintai suatu kaum, maka Dia akan
mengujinya. Siapa yang ridha dengan ujian itu, maka ia akan mendapat
keridhaan-Nya. Siapa yang membencinya maka ia akan mendapatkan
kemurkaan-Nya[9]

Mengapa Allâh Azza wa Jalla Mengabarkan Bahwa Ujian Ini Pasti Akan Terjadi?
Ada beberapa faedah yang bisa dipetik dari berita tentang kepastian
ujian pada kita, di antaranya:

1. Kita akan mengetahui bahwa ujian tersebut mengandung hikmah Allâh
Azza wa Jalla . Yakni, dapat dibedakan siapa Muslim yang imannya benar
dengan yang tidak.
2. Kita akan mengetahui bahwa Allâhlah yang menakdirkan semua ini.
3. Kita bisa bersiap-siap untuk menghadapi ujian itu dan akan bisa
bersabar serta akan merasa lebih ringan dalam menghadapinya.[10]

Ujian Tidak Hanya Dengan Sesuatu Yang Buruk
Allâh Azza wa Jalla tidak hanya menguji seseorang dengan sesuatu yang
buruk. Akan tetapi, juga menguji seseorang dengan sesuatu yang baik.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ
فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).
Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan [al-Anbiyâ'/21 : 35]

Terkadang seorang Muslim apabila ditimpa dengan musibah dan kesusahan,
ia sanggup bersabar.Namun, begitu diberi kenikmatan yang berlebih,
terkadang ia tidak bisa lulus dari ujian tersebut. 'Abdurrahmân bin
'Auf Radhiyallahu anhu pernah berkata:

ابْتُلِينَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بِالضَّرَّاءِ فَصَبَرْنَا ثُمَّ ابْتُلِينَا بِالسَّرَّاءِ بَعْدَهُ
فَلَمْ نَصْبِرْ

Kami diuji dengan kesusahan-kesusahan (ketika) bersama Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kami dapat bersabar. Kemudian kami
diuji dengan kesenangan-kesenangan setelah beliau wafat dan kami pun
tidak dapat bersabar[11]

Ujian Adalah Rahmat Dari Allâh Azza Wa Jalla
Ujian yang diberikan oleh Allâh Azza wa Jalla adalah rahmat (kasih
sayang) Allah Azza wa Jalla kepada seluruh manusia terlebih lagi untuk
kaum Muslimin.

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ
وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ

Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami
mengetahui orang-orang yang berjihad dan yang bersabar di antara kamu,
dan agar kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu [Muhammad/47:31]

Dengan adanya ujian itu, akan tampak orang yang benar-benar beriman
dengan yang tidak. Ini adalah rahmat dari Allâh Azza wa Jalla . Allâh
Azza wa Jalla berfirman:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
'Kami Telah beriman', sedang mereka tidak diuji lagi?
[al-'Ankabût/29:2]

Ujian Lain Yang Lebih Berat
Ternyata ada ujian yang lebih berat dari ujian pada harta dan jiwa.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ
وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا

Dan (juga) kamu benar-benar akan mendengar gangguan yang banyak yang
menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan
dari orang-orang yang mempersekutukan Allâh [Âli 'Imrân/3 : 186]

Dengan penggalan ayat di atas, dapat diketahui ujian yang lebih berat
daripada ujian yang telah disebutkan. Ujian yang lebih berat dari
hal-hal tersebut adalah ujian yang menimpa agama (keyakinan) kita.
Kalau kita memperhatikan makna ayat yang kita bahas ini, maka kita
akan menemukan bahwa Allâh Azza wa Jalla telah mengurutkan ujian-ujian
tersebut mulai dari yang cobaan yang lebih ringan dan dilanjutkan ke
cobaan yang lebih berat. Ujian pada harta lebih ringan daripada ujian
pada jiwa. Ujian pada jiwa lebih ringan daripada ujian pada agama.
Seseorang bisa saja memiliki harta yang melimpah dan badan yang sehat,
tetapi jika dia keluar dari agama Islam karena tidak tahan menghadapi
cemoohan, gangguan serta teror orang-orang kafir. Ini merupakan satu
bentuk kerusakan yang sangat besar baginya, baik di dunia maupun di
akhirat.

Orang-Orang Kafir Tidak Akan Berhenti Mengganggu Kaum Muslimin
Gangguan dari orang-orang kafir, baik berupa ejekan maupun gangguan
fisik, pasti akan terus ada. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ
إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ
مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ

Sebagian besar Ahli kitab karena kedengkian mereka menginginkan agar
mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman,
setelah nyata bagi mereka kebenaran. [al-Baqarah/2:109] [12]

Cara Menghadapi Segala Ujian
Allâh Azza wa Jalla tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya
terbengkalai, tidak terurus. Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla
mengajarkan kepada kaum Muslimin bagaimana cara menghadapi ujian
tersebut. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu
termasuk urusan yang patut diutamakan [Âli 'Imrân/3 : 186]

Menghadapi semua ujian harus dengan kesabaran dan ketakwaan. Hukum
bersabar dan bertakwa dalam menghadapi ujian bukan sunat, tetapi
sesuatu yang wajib dikerjakan oleh seluruh orang Muslim. Setidaknya,
dalam al-Qur'ân ada enam tempat di mana Allâh Azza wa Jallak
menggabungkan kata kesabaran dan ketakwaan dalam konteks yang sama.
Yaitu, dalam surat Ali 'Imrân ayat 118, 125, dan 186, dalam surat
Yûsuf ayat 90, dalam surat an-Nahl ayat 125 hingga 128 dan surat Thâhâ
ayat 132.[13] Ini menunjukkan bahwa kesabaran memiliki hubungan yang
sangat erat dengan ketakwaan.

Hasil Yang Didapatkan Dengan Bersabar
Orang yang dapat bersabar menghadapi semua ujian akan memperoleh
hal-hal yang terpuji, di antaranya [14] :

1. Dia akan mendapatkan pahala seperti para nabi yang memiliki
keteguhan hati (ulul-'azm).[15]

2. Dia akan mendapatkan keberkatan yang sempurna, rahmat dan petunjuk
dari Allah. Allâh Azza wa Jalla berfirman yang artinya: "Mereka itulah
yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." [al-Baqarah/2:157]

3. Dia akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Allâh Azza wa
Jalla berfirman yang artinya: "Sifat-sifat yang baik itu tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan
yang besar" [Fushshilat/41: 35]

4. Dia akan mendapatkan pahala tanpa batas. Allâh Azza wa Jalla
berfirman yang artinya: "Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." [az-Zumar/39 :
10]

5. Dosa-dosanya akan diampuni oleh Allâh Azza wa Jalla. Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى
الْأَرْضِ وَمَا عَلَيْهِ مِنْ خَطِيئَةٍ

Ujian itu akan selalu menimpa seorang hamba sampai Allâh membiarkannya
berjalan di atas bumi dengan tidak memiliki dosa [16]

KESIMPULAN DAN FAIDAH DARI AYAT
1. Ujian pada harta, diri dan agama adalah sunnah kauniyahpada setiap Muslim.

2. Orang-orang kafir akan selalu mengganggu kaum Muslimin, baik dengan
perkataan ataupun perbuatan

3. Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kaum Muslimin agar mereka
bersabar dan bertakwa untuk menghadapi seluruh ujian tersebut.

4. Ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) berbeda dengan kaum musyrikin.
Meski demikian, mereka memiliki kesamaan, yaitu kekufuran dan tempat
kembali mereka di akhirat nanti adalah neraka. Na'ûdzu billâh min
dzâlik.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIV/1431H/2010M.
Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8
Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Penulis meringkas dengan bahasa bebas dari Shahîh al-Bukhâri no.
4577 (Kitabut Tafsîr, surat Âli 'Imrân)
[2]. Fushshilat/41 : 35
[3]. Taisîrul Karîmir Rahmân fî Tafsîr Kalâmil Mannân hlm. 160
[4]. Syaikh Ibnu 'Âsyûr rahimahullah berkata, "Allah Azza wa Jalla
memberi penekanan pada kata kerja ini dengan lâm al-qasam dan nûn
at-taukîd asy-syadîdah untuk menunjukkan bahwa ujian itu akan
benar-benar terjadi. Karena nûn at-taukîd asy-syadîdah (bertasydid)
lebih kuat dari segi pendalilan daripada (nûn) at-taukîd alkhafîfah
(yang sukun)." (at-Tahrîr wat Tanwîr IV/189)
[5]. al-Baqarah/2:155-156
[6]. Tafsîr al-Qur'ân al-'Azhîm II/179
[7]. HR. Muslim no. 7302
[8]. HR. at-Tirmidzi no. 2398, an-Nasâi no. 7482, Ibnu Mâjah no. 4523
(ash-Shahîhah no. 143)
[9]. HR. at-Tirmidzi no. 2396 dan Ibnu Mâjah no. 4031 (Ash-Shahîhah no. 146).
[10]. Lihat Taisîr Al-Karîm Ar-Rahmân fî Tafsîr Kalâm Al-Mannân hal. 160.
[11]. HR. at-Tirmidzi no. 2464 (Hadits hasan. Shahih wa Dha'îf Sunan
at-Tirmidzi V/464)
[12]. Lihat juga surat al-Baqarah/2:120
[13]. Lihat Daqâiqut Tafsîr al-Jâmi' li Tafsîr Ibni Taimiyah II/299-300.
[14]. Poin ke-2 sampai ke-4 dari Adhwâ'ul Bayân I/187
[15]. Lihat at-Tahrîr wat Tanwîr IV/190
[16]. HR. at-Tirmidzi no.2398 , an-Nasâ'i di as-Sunan al-Kubrâ no.
7482 dan Ibnu Mâjah no. 4523 (Hadits shahîh. Ash-Shahîhah no. 143)


------------------------------------

Website anda http://www.almanhaj.or.id
Berhenti berlangganan: assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com
Ketentuan posting : http://milis.assunnah.or.id/aturanmilis/
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    assunnah-dig...@yahoogroups.com 
    assunnah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke