KERUGIAN YANG HAKIKI

Oleh
Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari
http://almanhaj.or.id/content/3457/slash/0/kerugian-yang-hakiki/

Orang yang berakal pasti akan memilih sesuatu yang baik bukan yang
buruk, mengutamakan kebahagiaan yang bersifat abadi daripada
kebahagiaan sejenak. Kalaulah kita merenungi dunia dan segala isinya
ini, kita pasti akan sadar dan yakin bahwa dunia dan segala isinya ini
hanya bersifat sementara, tidak kekal. Kebahagiaan dan kesedihan di
dunia juga bersifat sementara. Bertolak belakang dengan kebahagiaan
atau kesedihan di akhirat yang semua bersifat abadi. Maka alangkah
ruginya, orang yang hanya mengejar materi dan kesenangan semu di
dunia, karena tidak lama lagi itu semua akan berakhir dengan kematian.

Ya Allah, jangan Engkau jadikan dunia sebagai pusat perhatian kami !

PERUMPAMAAN KESENANGAN DUNIA
Orang-orang yang berlomba mengejar kesenangan dunia ini ibarat
orang-orang yang berada dalam sebuah permainan yang melalaikan, tidak
lama lagi permainan itu akan berakhir dan menyisakan kelelahan yang
tidak berarti.

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ
الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Kehidupan dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan
sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa.
Maka tidakkah kamu memahaminya ? [al-An’âm/6: 32]

Imam al-Alûsi rahimahullah mengatakan, “Maksudnya adalah semua
perbuatan yang dikhususkan hanya untuk kehidupan dunia ini seperti
main-main dan senda gurau, yaitu tidak bermanfaat dan tidak tetap
(kekal). Dengan penjelasan ini, sebagaimana dikatakan oleh banyak
ulama’, amal-amal shalih yang dilakukan di dunia ini tidak termasuk
(main-main dan sendau gurau), seperti ibadah dan perbuatan yang
dilakukan untuk kebutuhan pokok dalam kehidupan.” [1]

JANGAN TERLENA !
Karena kesenangan-kesenangan duniawi itu hanya sebentar dan tidak
kekal, maka mestinya tidak ada orang yang terperdaya serta tidak
menyebabkan lupa urusan akhirat. Allâh Azza wa Jalla mengingatkan kaum
Mukminin agar jangan sampai urusan keluarga membuatnya lupa beribadah
kepada Allâh Azza wa Jalla. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا
أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ
فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan
kamu dari mengingat Allâh. Barangsiapa yang berbuat demikian maka
mereka itulah orang-orang yang merugi. [ al-Munâfiqûn/63: 9]

Imam Ibnu Katsîr rahimahullah berkata tentang ayat ini, “Allah
Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan para hambaNya yang beriman untuk
banyak mengingatNya dan melarang mereka sibuk dengan harta serta
anak-anak sampai lupa dzikir. Allâh juga memberitakan kepada mereka
bahwa barangsiapa terlalaikan oleh kesenangan kehidupan dunia dan
segala perhiasannya dari tujuan utama penciptaannya yaitu mentaati
Rabbnya dan selalu mengingatNya, maka dia termasuk orang-orang yang
merugi. Yang merugikan diri mereka sendiri beserta keluarga mereka
pada hari kiamat.” [2]

Kemudian Allâh Azza wa Jalla menganjurkan kaum Mukminin agar berinfaq
dalam rangka taat kepada Allâh Azza wa Jalla. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ
أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ
أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu
sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia
berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku
sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku
termasuk orang-orang yang shaleh?" [al-Munâfiqûn/63:10]

Ayat ini mengisyaratkan bahwa semua orang yang melalaikan kewajiban
akan menyesal pada saat ajal menjemput. Dia akan meminta perpanjangan
waktu walau sejenak untuk mencari keridhaanNya dan memperbaiki yang
telah lewat. Tetapi itu mustahil. Segala yang sudah terjadi telah
berlalu dan akan terjadi apa yang akan datang. Setiap orang akan
mengungkapkan penyesalannya sesuai dengan kadar kelalaiannya”. [3]

Allâh Azza wa Jalla memberitakan penyesalan orang-orang kafir dengan firmanNya:

وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ
ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ
وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ ۗ أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ
مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ

Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada
waktu itu) datang adzab kepada mereka, maka orang-orang yang zalim
berkata : "Ya Rabb kami, berikanlah tangguh kepada kami (kembalikanlah
kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan
mematuhi seruan-Mu dan akan mengikuti rasûl-rasûl". (Kepada mereka
dikatakan): "Bukankah dahulu (di dunia) kamu telah bersumpah bahwa
kamu sama sekali tidak akan binasa ? [Ibrâhîm/14: 44]

Juga dalam firmanNya:

حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ
لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّا ۚ إِنَّهَا
كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖ وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ
يُبْعَثُونَ

(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila kematian
mendatangi salah seorang dari mereka, dia berkata: "Ya Rabbku
kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat melakukan amal saleh pada
segala yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu
adalah perkataan yang diucapkannya saja, dan di hadapan mereka ada
dinding sampai hari mereka dibangkitkan. [al-Mukminûn/23: 99-100]

MANUSIA YANG TIDAK PERNAH RUGI
Sebagian orang mengira, bahwa dengan beriman dia telah beruntung dan
terhindar dari kerugian, meskipun tetap melalaikan kewajiban. Anggapan
seperti ini tidak benar. Karena semua manusia itu merugi, kecuali yang
memiliki empat sifat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan
saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan saling menasehati
supaya menetapi kesabaran. [ al-‘Ashr/103: 1-3]

Syaikh Abdurrahmân bin Nâshir as-Sa’di rahimahullah berkata, “Allah
Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan menggunakan waktu yaitu malam dan
siang, yang merupakan saat amal perbuatan seluruh hamba dilakukan,
bahwa semua manusia itu merugi, tidak beruntung. Kerugian itu
bertingkat-tingkat, ada rugi total, seperti orang yang rugi dunia dan
akhirat, tidak masuk surga justru masuk neraka jahim; ada yang rugi
dari satu sisi, tapi tidak dari sisi yang lain. Oleh karena itu Allah
Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan bahwa kerugian itu menimpa semua
orang, kecuali orang-orang yang memiliki empat sifat :

1. Beriman terhadap perkara yang diperintahkan oleh Allâh Azza wa
Jalla supaya diimani. Dan iman itu tidak akan ada kalau tidak ada
ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari iman. Iman tidak akan sempurna
kecuali dengan ilmu.

2. Beramal shaleh. Ini mencakup seluruh perbuatan baik, yang lahir
maupun yang batin, yang berkaitan dengan hak Allâh maupun hak para
hambaNya, yang wajib maupun yang sunat.

3. Nasehat menasehati dengan al-haq. Al-haq adalah iman dan amal
shalih. Maksudnya mereka saling menasehati, saling menganjurkan serta
saling memberikan motivasi untuk melaksanakannya.

4. Nasehat menasehati supaya tetap sabar dalam melaksanakan perbuatan
taat, sabar dalam meninggalkan perbuatan maksiat dan sabar menerima
takdir Allâh yang pedih.

Dengan dua (sifat) yang pertama, seseorang bisa menyempurnakan
dirinya, dan dengan dua (sifat) berikutnya, dia bisa menyempurnakan
orang lain. Berhasil menyempurnakan empat sifat di atas, berarti telah
selamat dari kerugian dan meraih keberuntungan yang besar.” [4]

KERUGIAN HAKIKI
Banyak orang yang bersedih dan merasa rugi ketika gagal masuk ke
sekolah favorit, gagal dalam bisnis, gagal meraih cita-cita dunia dan
lain sebagainya. Tidak bisa dipungkiri ini memang kerugian yang harus
diantisipasi. Namun jangan lupa bahwa disana ada kerugian yang
berakibat sangat fatal dengan sakit yang tak terperikan yaitu kerugian
akhirat. Kerugian yang diakibatkan oleh kekufuran, kesyirikan dan
berbagai perbuatan maksiat lainnya yang berujung di neraka dan
terhalang dari surga. Inilah kerugian hakiki.

Allâh Azza wa Jalla memerintahkan RasûlNya supaya mengumumkan kepada
manusia, bahwa agama beliau adalah mentauhidkan Allâh Azza wa Jalla
dalam ibadah.

قُلِ اللَّهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَهُ دِينِي

Katakanlah: "Hanya Allâh saja yang aku ibadahi dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku". [az-Zumar/39: 14]

Selanjutnya Allâh mengancam akan menimpakan kerugian yang nyata di
akhirat bagi orang-orang musyrik, orang-orang yang beribadah kepada
selain Allâh Azza wa Jalla . Allâh Azza wa Jalla berfirman:

فَاعْبُدُوا مَا شِئْتُمْ مِنْ دُونِهِ ۗ قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ
الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ
أَلَا ذَٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ

Maka sembahlah olehmu (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu
kehendaki selain Dia. Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang rugi
ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya
pada hari kiamat". Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang
nyata. [az-Zumar/39: 15]

Apa yang menimpa orang-orang musyrik di diakhirat merupakan kerugian
yang nyata. Allah Subhanahu wa Ta’ala melanjutkan firmanNya:

لَهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ ظُلَلٌ مِنَ النَّارِ وَمِنْ تَحْتِهِمْ ظُلَلٌ ۚ
ذَٰلِكَ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِ عِبَادَهُ ۚ يَا عِبَادِ فَاتَّقُونِ

Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah
merekapun lapisan-lapisan (dari api). Demikianlah Allâh menakut-nakuti
para hamba-Nya dengan adzab itu. Maka bertakwalah kepada-Ku Hai
hamba-hamba-Ku. [Az-Zumar/39: 16]

Masuk neraka adalah kerugian hakiki, sedangkan kesuksesan yang hakiki
adalah masuk surga serta diselamatkan dari neraka. Allâh berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ
الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ
الْغُرُورِ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari
kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari
neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah
beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan. [Ali Imrân/3: 185]

Semoga Allâh Azza wa Jalla menyelamatkan kita dari tipu daya dunia dan
menjadikan kita termasuk orang-orang meraih keberuntungan yang hakiki,
selamat dari kerugian sebenarnya. Hanya Allâh Tempat memohon
pertolongan.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIV/1431H/2010M.
Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8
Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Tafsir Rûhul Ma’âni 5/293
[2]. Tafsir Ibnu Katsîr 8/133
[3]. Tafsîr Ibnu Katsir 8/133
[4]. Tafsîr Taisîr Karîmir Rahmân, surat al-‘Ashr


------------------------------------

Website anda http://www.almanhaj.or.id
Berhenti berlangganan: assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com
Ketentuan posting : http://milis.assunnah.or.id/aturanmilis/
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    assunnah-dig...@yahoogroups.com 
    assunnah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to