KAUM MUSLIMIN MENCINTAI SHAHABAT NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM

http://almanhaj.or.id/content/3482/slash/0/kaum-muslimin-mencintai-shahabat-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam/

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى
الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا
يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي
وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي
التَّوْرَاةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ
شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعْجِبُ
الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ
آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا
عَظِيمًا

Muhammad itu adalah utusan Allâh dan orang-orang yang bersama dia
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka: kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allâh dan
keridhaan-Ny, pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud.
Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka
dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya lalu
tunas itu menjadikan tanaman itu kuat kemudian menjadi besar dan tegak
lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang
kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih di antara
mereka ampunan dan pahala yang besar [al-Fath/48:29]

PENJELASAN AYAT:
Ayat yang mulia ini memuat keterangan tentang keutamaan para Sahabat
Rasûlullâh dan sanjungan Allah Azza wa Jalla bagi mereka yang terdapat
dalam kitab Taurat dan Injîl. Allah menyebut mereka sebagai orang yang
tekun beribadah dan shalat saat berhubungan dengan Allah Azza wa Jalla
dan bersikap lemah-lembuh dan saling mengasihi di antara mereka serta
bersikap tegas dan teguh di hadapan kaum kafir. Apa yang melekat pada
mereka berupa ketekunan beribadah, sifat saling menyayangi antara
sesama Sahabat dan bersikap keras terhadap kaum kafir, itu mereka
lakukan dalam rangka mengharap keridhaan dari Allah Azza wa Jalla .
Sementara sifat keras dan ketegasan Sahabat dalam memerangi kaum kafir
merupakan hal yang menjengkelkan hati kaum kafir. Dan Allah Azza wa
Jalla menjanjikan bagi mereka ampunan terhadap dosa-dosa mereka dan
pahala besar yang membiaskan ketinggian dan keluhuran derajat mereka.

Kondisi saling menyayangi antara sesama dan ketegasan terhadap kaum
kafir yang dipraktekkan para Sahabat seperti kandungan firman Allah
Azza wa Jalla berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ
فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ
عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad
dari agamanya, maka kelak Allâh akan mendatangkan suatu kaum yang
Allâh mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap
lemah-lembut terhadap orang-orang mukmin, yang bersikap keras terhadap
orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allâh, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allâh,
diberikan-Nya kepada siap yang dihendaki-Nya, dan Allâh Maha Luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui [al-Mâidah/5: 54]

Syaikh kami, Syaikh Muhammad al-Amîn asy-Syinqîthi rahimahullah
berbicara tentang ayat di surat al-Mâidah tersebut dengan mengatakan,
"Dalam ayat yang mulia ini, Allah Azza wa Jalla mengabarkan kepada
kaum Mukminin bahwa bila sebagian mereka murtad (keluar dari agama),
Allah Azza wa Jalla akan menggantikan orang-orang yang murtad itu
dengan satu kaum yang diantara sifat mereka ialah berkasih sayang,
rendah hati dan lembut kepada kaum Mukminin dan bersikap keras dan
tegas terhadap kaum kafir. Ini termasuk kesempurnaan sifat kaum
Mukminin. Allah Azza wa Jalla memerintahkan Nabi-Nya untuk bersikap
lembut kepada kaum Mukminin dalam firman-Nya:

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu
orang-orang yang beriman [asy-Syuârâ/26:215]

Dan memerintahkan beliau untuk bersikap keras terhadap selain mereka
(kaum kafir) dalam firman-Nya:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ
وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ ۚ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang
munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka
adalah neraka Jahannam. Dan itulah tempat kembali yang
seburuk-buruknya. [at-Taubah/9:73]

Allah Azza wa Jalla menyanjung Nabi-Nya yang memiliki sifat lembut
kepada kaum Mukminin dalam firman-Nya.

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا
غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ

Maka disebabkan rahmat dari Allâh-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu [Ali 'Imrân/3:159]

Allah Azza wa Jalla juga menegaskan bahwa sifat lembut dengan kaum
Mukminin dan keras terhadap kaum kafir merupakan karakter Nabi dan
para Sahabat, seperti yang tercantum dalam firman Allâh:

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى
الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ

Muhammad itu adalah utusan Allâh dan orang-orang yang bersama dia
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka [al-Fath/48: 29][2]

Perintah Allah Azza wa Jalla kepada Nabi-Nya untuk bersikap lembut
kepada kaum Mukminin dan keras kepada kaum kafir dalam ayat-ayat ini
sekaligus juga merupakan perintah bagi umat beliau. Sebab hukum asal
seluruh perintah terarahkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan umatnya, kecuali ada dalil yang mengkhususkan peruntukan suatu
perintah pada diri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam saja. Sementara
Allah Azza wa Jalla telah memerintahkan kaum Mukminin untuk memerangi
kaum kafir dan bersikap keras kepada mereka. Allah Azza wa Jalla
berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قَاتِلُوا الَّذِينَ يَلُونَكُمْ مِنَ
الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوا فِيكُمْ غِلْظَةً

Hai orang-orang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar
kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan
ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa
[at-Taubah/9:123]

Firman Allah Azza wa Jalla :

سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ

tanda-tanda meraka tampak pada muka mereka dari bekas sujud

Kata سِيمَا (sîmâ) mengandung pengertian perilaku baik. Juga
ditafsirkan dengan kekhusyuan dan tawadhu. Ibnu Katsîr rahimahullah
meriwayatkan penafsiran pertama dari Ibnu 'Abbâs Radhiyallahu anhuma
dan penafsiran kedua dari Mujâhid dan lainnya. Kemudian beliau
mengutip satu riwayat dari Ibnu Abi Hâtim rahimahullah dengan sanad
shahîh dari Manshûr rahimahullah dari Mujâhid rahimahullah, ia
berkata, “(Maksudnya) yaitu khusyu”. Manshûr rahimahullah berkomentar,
“Sebelumnya aku menyangka (makna ayat tersebut adalah) bekas hitam
yang ada di wajah”. Mujâhid menampik dengan berkata, “Kalau (bekas
hitam) itu bisa saja terdapat di antara dua mata orang yang hatinya
lebih keras dari Fir’aun”.

Imam Ibnu Katsîr rahimahullah juga mengutip pendapat as-Suddi
rahimahullah yang berkata, “(Itu maksudnya) shalat memperindah wajah
mereka. Sebagian Ulama Salaf berkata: “Sesungguhnya kebaikan itu
membekaskan cahaya pada hati, wajah menjadi berseri-seri dan keluasan
pada rejeki dan kecintaan orang". Amirul Mukminin Utsmân Radhiyallahu
anhu berkata, "Barang siapa menyembunyikan suatu rahasia maka Allâh
akan menampakkannya pada raut wajah dan ucapan lidahnya”.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah meneruskan bahwa para Sahabat niat-niat
mereka bersih, amal-amal mereka baik, maka setiap orang yang
menyaksikan mereka akan takjub terhadap perilaku dan kepribadian
mereka. Imam Mâlik rahimahullah berkata, " Sampai padaku berita bahwa
kaum Nasrani -bila mereka menyaksikan para Sahabat yang menaklukkan
wilayah Syam- mereka berkata, "Demi Allâh mereka itu betul-betul lebih
baik dari kaum Hawâriyûn berdasarkan berita yang kami dengarkan
(tentang kaum Hawâriyûn). Mereka berkata tepat. Sesungguhnya umat ini
diagungkan dalam kitab-kitab terdahulu. Generasi yang terbaik dan
paling agung umat ini adalah Sahabat Rasûlullâh. Allah Azza wa Jalla
telah mengisyaratkan penyebutkan mereka dalam kitab-kitab yang
diturunkan dan berita-berita yang beredar. Oleh karena itu, Allah Azza
wa Jalla di sini berfirman:

ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ

Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat

Kemudian Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ
فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ

dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman mengeluarkan
tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu
menyenangkan hati penanam-penanamnya

فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ

karena Allâh hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan
kekuatan orang-orang mukmin)

Demikian juga para Sahabat. Mereka membela Nabi dan mendukung beliau
serta menolong beliau. Jadi mereka bak tunas yang menguatkan tanaman”.
[3]

Firman Allah Azza wa Jalla :
لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ

karena Allâh hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan
kekuatan orang-orang mukmin)

Ayat ini akan sangat keras terhadap Syiah, kaum yang membenci para
Sahabat Radhiyallahu anhum dan mencela dan antipati terhadap mereka,
terutama kebencian mereka terhadap Khalifah Abu Bakar, 'Umar dan
'Utsmân Radhiyallahu anhum. Ibnu Katsîr rahimahullah berkata, "Melalui
ayat ini, ada riwayat dari Imam Mâlik bahwa beliau memetik kesimpulan
berupa takfîr (vonis pengkafiran) terhadap kaum Syiah yang membenci
Sahabat Radhiyallahu anhum . Sebab para Sahabat Radhiyallahu anhum
membuat mereka jengkel. Barang siapa merasa jengkel terhadap Sahabat
Radhiyallahu anhum , maka ia menjadi kafir berdasarkan ayat ini.
Sejumlah Ulama sejalan dengan pendapat beliau tersebut. Hadits-hadits
tentang keutamaan Sahabat dan larangan bicara buruk tentang mereka
sangat banyak. Sanjungan dan ridha Allâh sudah cukup bagi mereka".[4]

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata dalam tafsirnya, "Abu Urwah
az-Zubairi dari putra az-Zubair: "Kami pernah bersama (Imam) Maalik
bin Anas rahimahullah. Orang-orang menceritakan tentang seseorang yang
mencela Sahabat Rasûlullâh. (Mendengar itu), lantas Imam Mâlik
rahimahullah membaca ayat :

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى
الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا
يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي
وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي
التَّوْرَاةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ
شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعْجِبُ
الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ

Muhammad itu adalah utusan Allâh dan orang-orang yang bersama dia
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka: kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allâh dan
keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas
sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat
mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya maka
tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan
tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allâh hendak menjengkelkan hati orang-orang
kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).

Setelah itu beliau berkata, "Barang siapa dalam hatinya terdapat rasa
kejengkelan terhadap Sahabat Rasûlullâh, sungguh ayat ini menyerang
dirinya. Riwayat al-Khathîb Abu Bakar". [5]

Firman Allah Azza wa Jalla :

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ
مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar

Ini adalah janji mulia bagi seluruh Sahabat, persis dengan firman
Allah Azza wa Jalla berikut:

لَا يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ ۚ
أُولَٰئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ
وَقَاتَلُوا ۚ وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَىٰ

Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan
berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya
daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah
itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang
lebih baik [al-Hadîd/57:10]

Huruf min (di antara mereka) pada firman Allah مِنْكُمْ mengandung
makna bayânul jinsi (penjelasan yang menyangkut sesuatu jenis secara
keseluruhan) bukan untuk menjelaskan pengertian sebagian (tab'idh) [6]
, seperti dalam firman Allâh berikut:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ ۘ
وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۚ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا
عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ
أَلِيمٌ

Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah
salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Ilâh (yang
berhak disembah) selain Ilâh Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari
apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara
mereka akan ditimpa siksaan yang pedih [al-Mâidah/5:73]

Min (di antara mereka) pada firman Allah مِنْهُمْ mencakup seluruh
orang yang mengatakan bahwasanya Allâh salah satu dari yang tiga,
bukan sebagian mereka saja. Dalam kitab Mughnil Labîb (2/15), Ibnu
Hisyâm rahimahullah mengungkap, "Dalam kitab al-Mashâhif karya Ibnul
Anbâri rahimahullah, disebutkan bahwa sebagian orang zindîq (hatinya
penuh kekufuran) memegangi firman Allâh yang artinya Allâh menjanjikan
kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di
antara mereka ampunan dan pahala yang besar untuk mencela sebagian
Sahabat [7] . Padahal yang benar bahwa huruf min tersebut untuk
menjelaskan seluruh individu Sahabat, bukan sebagian individu semata.
Artinya orang-orang yang beriman adalah mereka. Hal ini persis dalam
firman Allah Azza wa Jalla berikut ini:

الَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِلَّهِ وَالرَّسُولِ مِنْ بَعْدِ مَا
أَصَابَهُمُ الْقَرْحُ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا مِنْهُمْ وَاتَّقَوْا
أَجْرٌ عَظِيمٌ

(Yaitu) orang-orang yang menta'ati perintah Allah dan Rasul-Nya
sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang
yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertaqwa ada pahala
yang besar (Ali 'Imrân/3:172). Mereka semua adalah orang yang telah
berbuat baik dan bertakwa

Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ ۘ
وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۚ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا
عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ
أَلِيمٌ

Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah
salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Ilah (yang
kelak berhak disembah) selain Ilah Yang Esa. Jika mereka tidak
berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang
kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.
[al-Mâidah/5:73].

Yang dibicarakan dalam ayat-ayat tersebut semuanya adalah orang kafir".

Wallahu a'lam

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XIII/1431/2010M.
Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8
Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Dialihbahasakan oleh Muhammad Ashim secara bebas-dengan
penambahan beberapa footnote- dari Min Kunûzil Qur`ânil Karîm Tafsîru
Ayâtin Minal Kitâbil 'Azîz, Syaikh 'Abdul Muhsin al-Abbâd dari
kumpulan makalah beliau yang berjudul Kutub wa Rasâil 'Abdil Muhsin
bin Hamd al-Abbâd al-Badr Dâr at-Tauhîd Cet. I Th1428H. Hlm. 304-307
[2]. Adhwâul Bayân 2/102
[3]. Tafsîrul Qur`ânil 'Azhîm 7/361-362 Maktabah Thaibah. Syaikh
Muhammad al-Amîn asy-Syinqîthi rahimahullah berkata, "Demikian pula
kondisi Nabi dan para Sahabatnya di permulaan perkembangan Islam,
mereka dalam kondisi lemah dan berjumlah sedikit. Kemudian jumlah
mereka senantiasa berkembang dan bertambah kuat sampai akhirnya
mencapai kekuatan yang besar (Adhwâul Bayân 7/609)
[4]. Ibid 7/362
[5]. al-Jâmi' li Ahkâmil Qur`ân 16/252
[6]. Artinya janji ampunan dan pahala besar yang disebutkan dalam ayat
berlaku bagi setiap Sahabat Rasûlullâh.
[7]. Karena beranggapan min dalam ayat tersebut menunjukkan pengertian
sebagian Sahabat saja. Meskipun ini tampak hanyalah merupakan
akal-akalan mereka saja untuk menguatkan keyakinan mereka perihal
murtadnya sebagian besar Sahabat Radhiyallahu anhum sepeninggal
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam


------------------------------------

Website anda http://www.almanhaj.or.id
Berhenti berlangganan: assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com
Ketentuan posting : http://milis.assunnah.or.id/aturanmilis/
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    assunnah-dig...@yahoogroups.com 
    assunnah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke