From: erlang_bhar...@yahoo.com
Date: Sat, 26 Jan 2013 05:03:41 +0000
Afwan jiddan, bagaimanakah sunnahnya membaca Al-fatihah pada saat sholat malam 
sendirian tsb ? Di Jahr-kan atau di sirr-kan ?
Syukron; jazakumullahu khoyron katsiroon atas kesediaan waktunya menjawab...
-erlang abu muhammad-
Sent from my BlackBerry®
>>>>>>>>>>>>>>>>>
 
1. Adapun terkait bacaan-bacaan dalam shalat-shalat sunnah, apakah dibaca jahr 
(dengan suara keras) atau sir (tidak terdengar jelas) ? Dalam masalah ini ada 
keterangan sebagai berikut : 

Dalam hadits A'isyah Radhiyallahu anhuma ketika beliau ditanya oleh Gudhaif bin 
Harits Radhiyallahu anhu :

عَنْ غُضَيْفِ بْنِ الْحَارِثِ قَالَ أَتَيْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ أَكَانَ رَسُولُ 
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْهَرُ بِالْقُرْآنِ أَوْ يُخَافِتُ 
بِهِ قَالَتْ رُبَّمَا جَهَرَ وَرُبَّمَا خَافَتَ قُلْتُ اللَّهُ أَكْبَرُ 
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَ فِي هَذَا الْأَمْرِ سَعَةً

Dari Ghudhaif bin al-harits Radhiyallahu anhu , dia mengatakan, "Aku mendatangi 
A'isyah Radhiyallahu anhuma , lalu aku bertanya, 'Bagaimana bacaan Rasûlullâh 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, apakah suaranya di keraskan atau di kecilkan ?' 
A'isyah menjawab, 'Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang mengeraskan 
bacaannya dan terkadang di kecilkan.' Aku berkata, 'Allahu akbar, Alhamdulillâh 
(segala puji hanya milik Allâh) yang telah memberikan kemudahan dalam masalah 
ini.[2] 

Sebagian Ulama ada yang berpendapat bahwa shalat nafilah (shalat sunat) di 
siang hari lebih afdhal (lebih baik) bacaannya dibaca dengan suara lirih (sir), 
sedangkan bacaan shalat nafilah di malam hari, bisa dibaca dengan suara keras 
(jahr) atau lirih (sir), tergantung mana yang lebih besar manfaatnya dan mana 
yang lebih bisa mendatangkan kekhusyuan .[3] 

Syaikh Ibnu Baz rahimahullah ketika ditanya tentang masalah ini, beliau 
rahimahullah menjawab, "Apabila seseorang melakukan shalat nafilah sendirian di 
malam hari maka dia boleh memilih yang paling baik antara jahr dan sir untuk 
(kekhusyuan) hatinya, dengan syarat tidak mengganggu orang lain, kalau 
bacaannya dibaca jahr, adapun shalat sunnah di siang hari seperti shalat sunnah 
Dhuha, shalat sunnah rawatib, maka di syari'atkan untuk dibaca dengan sir 
(suara lirih)…"[4] Wallahu'alam.
 
2. Abu Qatâdah berkata: 

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ لَيْلَةً فَإِذَا هُوَ 
بِأَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يُصَلِّي يَخْفِضُ مِنْ صَوْتِهِ قَالَ 
وَمَرَّ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ وَهُوَ يُصَلِّي رَافِعًا صَوْتَهُ قَالَ 
فَلَمَّا اجْتَمَعَا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ 
يَا أَبَا بَكْرٍ مَرَرْتُ بِكَ وَأَنْتَ تُصَلِّي تَخْفِضُ صَوْتَكَ قَالَ قَدْ 
أَسْمَعْتُ مَنْ نَاجَيْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَقَالَ لِعُمَرَ مَرَرْتُ 
بِكَ وَأَنْتَ تُصَلِّي رَافِعًا صَوْتَكَ قَالَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ 
أُوقِظُ الْوَسْنَانَ وَأَطْرُدُ الشَّيْطَانَ زَادَ الْحَسَنُ فِي حَدِيثِهِ 
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَبَا بَكْرٍ ارْفَعْ 
مِنْ صَوْتِكَ شَيْئًا وَقَالَ لِعُمَرَ اخْفِضْ مِنْ صَوْتِكَ شَيْئًا

Bahwasanya suatu malam Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam keluar rumah dan 
mendapati Abu Bakar Radhiyallahu anhu shalat malam dengan merendahkan suaranya. 
Dan beliau melewati 'Umar bin al-Khaththab ketika sedang shalat dengan 
meninggikan suaranya. Ketika keduanya telah berkumpul di dekat Nabi Shallallahu 
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Wahai Abu Bakar, aku melewatimu ketika 
engkau sedang shalat dengan merendahkan suaramu". Abu Bakar berkata: "Wahai 
Rasulullah, aku memperdengarkan kepada (Allah) yang aku berbisik kepada-Nya". 
Beliau juga bersabda kepada 'Umar: "Aku melewatimu ketika engkau sedang shalat 
dengan meninggikan suaramu". 'Umar berkata: "Wahai Rasulullah, aku membangunkan 
orang yang mengantuk dan mengusir setan," maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa 
sallam bersabda: "Wahai Abu Bakar, tinggikan suaramu sedikit". Beliau juga 
bersabda kepada 'Umar: "Wahai 'Umar, rendahkan suaramu sedikit". [HR Abu Dawud, 
no. 1329, al-Hakim. Dishahîhkan oleh Syaikh al-Albâni].

Namun ketika seseorang membaca dengan keras, hendaklah ia menjaga 
keikhlasannya, dan jangan sampai mengganggu orang lain. Rasulullah Shallallahu 
‘alaihi wa sallam bersabda:

الْجَاهِرُ بِالْقُرْآنِ كَالْجَاهِرِ بِالصَّدَقَةِ وَالْمُسِرُّ بِالْقُرْآنِ 
كَالْمُسِرِّ بِالصَّدَقَةِ 

Orang yang membaca Al-Qur`ân dengan keras, ia seperti orang yang bersedekah 
dengan terang-terangan. Dan orang yang membaca Al-Qur`ân dengan pelan-pelan, ia 
seperti orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi.[1] 
 
Selengkapnya baca di 
http://almanhaj.or.id/content/2666/slash/0/bacaan-jahr-bila-shalat-sendiri-shalat-sunnah-bersama-istri-jahr-sir-ucapan-salam-di-akhir-shalat/
 
Wallahu Ta'ala A'lam





                                          

Reply via email to