*Yang Kadang Terlupakan Oleh Kedua Orang Tua :

Ternyata Mencium Anak-Anak Mendatangkan Rahmat Allah !!*

http://www.firanda.com/index.php/artikel/keluarga/246-ternyata-mencium-anak-anak-mendatangkan-rahmat-allah
-


Sering kita dapati seseorang yang mendidik anaknya dengan cara yang
keras…dengan menggunakan pukulan..bahkan tendangan…

Bahkan jika tangannya telah lelah memukul maka iapun menggunakan tongkat
atau cambuk untuk memukul anaknya. Sementara jika bertemu dengan
sahabat-sahabatnya jadilah ia orang yang paling lembut dan ramah.


Memang benar bahwa boleh bagi seorang ayah atau ibu untuk mendidik anaknya
dengan memukul, akan tetapi hal itu keluar dari hukum asal. Karena hukum
asal dalam mendidik…bahkan dalam segala hal adalah dengan kelembutan. Kita
–sebagai orang tua- tidak boleh berpindah kepada metode pemukulan kecuali
jika kondisinya mendesak. Itupun tidak boleh dengan pemukulan yang
semena-mena, semau kita, seperti pukulan yang menimbulkan bekas…terlebih
lagi yang mematahkan tulang…

Sering syaitan menghiasi para orang tua dengan  menjadikan mereka menyangka
bahwa metode kekerasan dalam mendidik anak-anak adalah metode yang terbaik
dan praktis serta metode yang singkat dan segera mendatangkan keberhasilan.
Karena dengan kekerasan dalam sekejap sang anak menjadi penurut. '

Ingatlah ini semua hanyalah was-was syaitan. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam telah bersabda :

مَا كَانَ الرِّفْقُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ وَلَا نُزِعَ مِنْ شَيْءٍ
إِلاَّ شَانَهُ

*"Tidaklah kelembutan pada sesuatupun kecuali akan menghiasinya, dan
tidaklah dicabut dari sesuatupun kecuali akan memperburuknya" *(Dishahihkan
oleh Al-Albani)

Memang benar…jika seorang anak disikapi keras maka ia akan nurut dan
patuh…akan tetapi hanya sekejap dan sementara…

Kenyataan yang ada menunjukan bahwa jika seorang ayah atau ibu yang
senantiasa memukuli dan mengerasi anak-anak mereka akan menimbulkan dampak
buruk:

-         Jadilah kedua orang tua tersebut berhati keras…, hilang
kelembutan dari mereka, karena mereka telah membiasakan kekerasan dalam
hati mereka

-         Bahkan anak-anak mereka yang sering mereka pukuli pun menjadi
keras…, keras dan kasar sikap mereka dan juga keras hati mereka.

-         Bahkan tidak jarang sang anak yang dikerasi maka semakin
menjadi-jadi keburukannya.  Terutama jika sang anak merasa aman dari
control kedua orang tuannya. Hal ini menunjukan sikak keras terhadap
seringnya tidak membuahkan keberhasilan dalam mendidik anak-anak

*-         Kalaupun metode kekerasan berhasil merubah sang anak menjadi
seorang anak yang "tidak nakal" maka bagaimanapun akan berbeda hasilnya
dengan seorang anak yang dibina dengan kelembutan. Seorang anak yang "tidak
nakal" yang merupakan buah metode kekerasan tidak akan memiliki kelembutan
dalam sikap dan tutur kata serta kelembutan hati yang dimiliki oleh seorang
anak yang dididik dengan penuh kelembutan !!.

*

Adapun jika kedua orang tua bersikap lembut kepada anak-anak mereka, dan
tidak memukul kecuali dalam kondisi terdesak, sehingga tidak
keseringan…maka akan menimbulkan banyak dampak positif, diantaranya :

-         Kedua orang tua tetap bisa menjaga kelembutan hati keduanya

-         Kelembutan hati anak-anak mereka juga bisa terjaga, demikian pula
akhlak anak-anak mereka menjadi akhlak yang mulia. Karena mereka telah
meneladani kedua orang tua mereka yang selalu bersikap lembut dan sayang
kepada mereka

-         Anak-anak tatkala telah dewasa maka yang mereka selalu kenang
adalah kebaikan, kelembutan, ciuman kedua orang tua mereka yang telah
bersabar dalam mendidik mereka. Jadilah mereka anak-anak yang berbakti yang
selalu ingin membalas budi kebaikan kedua orang tua mereka.

-         Kedua orang tua akan mendapatkan rahmat Allah dan ganjaran dari
Allah karena sikap lembut mereka kepada anak-anak mereka



Abu Hurairah –semoga Allah meridhoinya- berkata :

قَبَّلَ النَّبِىّ صلى الله عليه وسلم الْحَسَنَ بْنَ عَلِىٍّ ، وَعِنْدَهُ
الأقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ التَّمِيمِىُّ جَالِسًا ، فَقَالَ الأقْرَعُ : إِنَّ
لِى عَشَرَةً مِنَ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَدًا ، فَنَظَرَ
إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم، ثُمَّ قَالَ : مَنْ لا يَرْحَمُ
لا يُرْحَمُ

"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mencium Al-Hasan bin 'Ali, dan di sisi
Nabi ada Al-Aqro' bin Haabis At-Tamimiy yang sedang duduk. Maka Al-Aqro'
berkata, "Aku punya 10 orang anak, tidak seorangpun dari mereka yang pernah
kucium". Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallampun melihat kepada
Al-'Aqro' lalu beliau berkata, *"Barangsiapa yang tidak
merahmati/menyayangi maka ia tidak akan dirahmati" *(HR Al-Bukhari no 5997
dan Muslim no 2318)

Dalam kisah yang sama dari 'Aisyah –semoga Allah meridhoinya- ia berkata :

جَاءَ أَعْرَابِى إِلَى النَّبِى صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : تُقَبِّلُونَ
الصِّبْيَانَ ، فَمَا نُقَبِّلُهُمْ ، فَقَالَ النَّبِى صلى الله عليه وسلم
أَوَأَمْلِكُ لَكَ أَنْ نَزَعَ اللَّهُ مِنْ قَلْبِكَ الرَّحْمَةَ

"Datang seorang arab badui kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu
berkata, "Apakah kalian mencium anak-anak laki-laki?, kami tidak mencium
mereka". Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Aku tidak bisa
berbuat apa-apa kalau Allah mencabut rasa rahmat/sayang dari hatimu" (HR
Al-Bukhari no 5998 dan Muslim no 2317)

Ibnu Batthool rahimahullah berkata, *"Menyayangi anak kecil, memeluknya,
menciumnya, dan lembut kepadanya termasuk dari amalan-amalan yang diridhoi
oleh Allah dan akan diberi ganjaran oleh Allah. *Tidakkah engkau perhatikan
Al-Aqro' bin Haabis menyebutkan kepada Nabi bahwa ia memiliki 10 orang anak
laki-laki tidak seorangpun yang pernah ia  cium, maka Nabipun berkata
kepada Al-Aqro' ((Barang siapa yang tidak menyayangi maka tidak akan
disayang)).

Maka hal ini menunjukan bahwa mencium anak kecil, menggendongnya, ramah
kepadanya merupakan perkara yang mendatangkan rahmat Allah. Tidak engkau
perhatikan bagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menggendong (*cucu
beliau) Umaamah putrinya Abul 'Aash (*suami Zainab putri Nabi) di atas
leher beliau tatkala beliau sedang sholat?, padahal sholat adalah amalan
yang paling mulia di sisi Allah dan Allah telah memerintahkan kita untuk
senantiasa khusyuk dan konsentrasi dalam sholat. Kondisi Nabi yang
menggendong Umaamah tidaklah bertentangan dengan kehusyu'an yang
diperintahkan dalam sholat. Nabi kawatir akan memberatkan Umaamah (*si
kecil cucu beliau) kalau beliau membiarkannya dan tidak digendong dalam
sholat.

Pada sikap Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ini merupakan teladan yang
paling besar bagi kita, maka hendaknya kita meneladani beliau dalam
menyayangi anak-anak baik masih kecil maupun yang besar, serta berlemah
lembut kepada mereka" (Syarh Shahih Al-Bukhari karya Ibnu Batthool,
9/211-212)

Syaikh Ibnu Al-'Utsaimin rahimahullah berkata, "Sabda Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam مَنْ لا يَرْحَمُ لا *يُرْحَمُ (Barangsiapa yang tidak
merahamati maka tidak dirahmati)*, yaitu barangsiapa yang tidak merahmati
manusia maka ia tidak akan dirahmati oleh Allah Azza wa Jalla –kita
berlindung kepada Allah akan hal ini-, serta Allah tidak memberi taufiq
kepadanya untuk merahmati. Hadits ini menunjukan bahwa bolehnya mencium
anak-anak kecil karena rahmat dan sayang kepada mereka, apakah mereka
anak-anakmu ataukah cucu-cucumu dari putra dan putrimu atau anak-anak orang
lain. Karena hal ini akan mendatangakna rahmat Allah dan menjadikan engkau
memiliki hati yang menyayangi anak-anak. Semakin seseorang rahmat/sayang
kepada hamba-hamba Allah maka ia semakin dekat dengan rahmat Allah. Bahkan
Allah mengampuni seorang wanita pezina tatkala wanita pezina tersebut
merahmati seekor anjing yang menjilat-jilat tanah karena kehausan…

Jika Allah menjadikan rasa rahmat/kasih sayang dalam hati seseorang maka
itu merupakan pertanda bahwa ia akan dirahmati oleh Allah…"

"Maka hendaknya seseorang menjadikan hatinya lembut, ramah, dan sayang
(kepada anak-anak), berbeda dengan kondisi sebagian orang bodoh. Bahkan
tatkala anaknya yang masih kecil menemuinya sementara ia sedang di warung
kopi maka iapun membentak dan mengusir anaknya. Ini merupakan kesalahan.
Lihatlah bagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang
paling baik dan mulia akhlak dan adabnya. Suatu hari beliau sedang sujud
–tatkala beliau mengimami para sahabat- maka datanglah Al-Hasan bin Ali bin
Abi Thoolib, lalu –sebagaiman sikap anak-anak-, Al-Hasanpun menaiki pundak
Nabi yang dalam kondisi sujud. Nabipun melamakan/memanjangkan sujudnya. Hal
ini menjadikan para sahabat heran (*mereka berkata :

هَذِهِ سَجْدَةٌ قَدْ أَطَلْتَهَا، فَظَنَنَّا أَنَّهُ قَدْ حَدَثَ أَمْرٌ،
أَوْ أَنَّهُ يُوحَى إِلَيْكَ

"Wahai Rasulullah, engkau telah memperpanjang sujudmu, kami mengira telah
terjadi sesuatu atau telah diturunkan wahyu kepadamu"-pen),

Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada mereka,

ذَلِكَ لَمْ يَكُنْ، وَلَكِنَّ ابْنِي ارْتَحَلَنِي، فَكَرِهْتُ أَنْ
أُعَجِّلَهُ حَتَّى يَقْضِيَ حَاجَتَهُ

"Bukan…, akan tetapi cucuku ini *menjadikan aku seperti tunggangannya*,
maka aku tidak suka menyegerakan dia hingga ia menunaikan kemauannya" (*HR
Ahmad no 16033 dengan sanad yang shahih-pen dan An-Nasaai no 1141 dan
dishahihkan oleh Al-Albani)

Yaitu aku tidak ingin segera bangkit dari sujudku hingga ia menyelesaikan
keinginannya. Ini buah dari rasa kasih sayang.

Pada suatu hari yang lain Umamah binti Zainab putri Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam yang masih kecil dibawa oleh Nabi ke masjid. Lalu Nabi
sholat mengimami para sahabat dalam kondisi menggendong putri mungil ini.
Jika beliau sujud maka beliau meletakkannya di atas tanah, jika beliau
berdiri maka beliau menggendongnya. Semua ini beliau lakukan karena sayang
kepada sang cucu mungil. Padahal bisa saja Nabi memerintahkan Aisyah atau
istri-istrinya yang lain untuk memegang cucu mungil ini, akan tetapi karena
rasa kasih sayang beliau. Bisa jadi sang cucu hatinya terikat senang dengan
kakeknya shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Nabi ingin menenangkan hati
sang cucu mungil.

Pada suatu hari Nabi sedang berkhutbah, lalu Al-Hasan dan Al-Husain (*yang
masih kecil) datang memakai dua baju –mungkin baju baru-. Baju keduanya
tersebut kepanjangan, sehingga keduanya tersandung-sandung jatuh bangun
tatkala berjalan. Maka Nabipun turun dari mimbar lalu menggendong keduanya
dihadapan beliau (*di atas mimbar) lalu beliau berkata:

صَدَقَ اللهُ إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ نَظَرْتُ إِلَى
هَذَيْنِ الصَّبِيَّيْنِ يَمْشِيَانِ وَيْعْثُرَانِ فَلَمْ أَصْبِرْ حَتَّى
قَطَعْتُ حَدِيْثِي وَرَفَعْتُهُمَا

"Maha benar Allah…"Hanyalah harta kalian dan anak-anak kalian adalah
fitnah", aku melihat kedua anak kecil ini berjalan dan terjatuh, maka aku
tidak sabar hingga akupun memutuskan khutbahku dan aku menggendong
keduanya" (HR At-Thirmidzi no 2969 dan dishahihkan oleh Al-Albani)

Kemudian beliau melanjutkan khutbah beliau (*lihat HR Abu Dawud no 1016 dan
dishahihkan oleh Al-Albani)

Yang penting  hendaknya kita membiasakan diri kita untuk menyayangi
anak-anak, demikian juga menyayangi semua orang yang butuh kasih sayang,
seperti anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang lemah (tidak
mampu) dan selain mereka. Dan hendaknya kita menjadikan dalam hati kita
rasa rahmat (kasih sayang) agar hal itu menjadi sebab datangnya rahmat
Allah bagi kita, karena kita juga butuh kepada rahmat" (dari Syarah Riyaad
As-Shoolihiin, dengan sedikit perubahan)

Sungguh mulia akhlak Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada
anak-anak…beliau menggendong anak-anak…bahkan dalam sholat beliau, karena
kasih sayang kepada anak-anak …mencium anak-anak adalah ibadah…mendatangkan
rahmat Allah. Bahkan beliau pernah berjalan cukup jauh hanya untuk mencium
putra beliau Ibrahim.

Anas Bin Malik –semoga Allah meridhoinya- berkata :

«مَا رَأَيْتُ أَحَدًا كَانَ أَرْحَمَ بِالْعِيَالِ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ»، قَالَ: «كَانَ إِبْرَاهِيمُ مُسْتَرْضِعًا لَهُ
فِي عَوَالِي الْمَدِينَةِ، فَكَانَ يَنْطَلِقُ وَنَحْنُ مَعَهُ فَيَدْخُلُ
الْبَيْتَ وَإِنَّهُ لَيُدَّخَنُ، وَكَانَ ظِئْرُهُ قَيْنًا، فَيَأْخُذُهُ
فَيُقَبِّلُهُ، ثُمَّ يَرْجِعُ»

"*Aku tidak pernah melihat seorangpun yang lebih sayang kepada anak-anak
dari pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam*. Putra Nabi (yang
bernama) Ibrahim memiliki ibu susuan di daerah Awaali di kota Madinah. Maka
Nabipun berangkat (*ke rumah ibu susuan tersebut) dan kami bersama beliau.
lalu beliau masuk ke dalam rumah yang ternyata dalam keadaan penuh asap.
Suami Ibu susuan Ibrahim adalah seorang pandai besi. *Nabipun mengambil
Ibrahim lalu menciumnya, lalu beliau kembali*" (HR Muslim no 2316)



Karenanya…bersabarlah wahai para orang tua dalam mendidik anak
kalian…sayangilah mereka…peluklah mereka…ciumlah mereka….semuanya akan
mendatangkan pahala dan rahmat Allah.

Kirim email ke