From: icetea_est...@yahoo.com
Date: Wed, 8 May 2013 15:58:29 -0700








assalamualaikum wr wb...
afwan sebelumnya, ana mau bertanya terkait taubat nasuha, apabila tekat tidak 
melakukan dosa sudah di jalankan namun berjalannya waktu melakukan dosa lagi, 
apa ini termasuk nasuha? dan bagaimana memohon ampunan setelah ampunan 
sebelumnya "mengecewakan" Allah. takut jika dianggap mempermainkan Allah.
bagaimana tatacara taubat yg benar? haruskah disertai sholat? 
ana benar2 butuh bantuannya...jazakallah... 

Sent from Yahoo! Mail on Android
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
 
Dalam masalah taubat, manusia terbagi dalam beberapa tingkatan:
 
TINGKATAN MANUSIA YANG BERTAUBAT KEPADA ALLAH[11] 
Tingkatan Pertama : Yaitu orang yang istiqamah dalam taubatnya hingga akhir 
hayatnya. Ia tidak berkeinginan untuk mengulangi lagi dosanya dan ia berusaha 
membereskan semua urusannya yang ia pernah keliru (salah). Tetapi ada sedikit 
dosa-dosa kecil yang terkadang masih ia lakukan, dan memang semua manusia tidak 
bisa lepas dari dosa-dosa kecil ini, namun ia selalu bersegera untuk 
beristighfar dan berbuat kebajikan, ia termasuk orang sabiqun bil khairat. 
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

… وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللهِ … 

"Di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin 
Allah .." [Fathir/35 : 32)]

Taubatnya dikatakan taubat nashuha, yakni taubat yang benar dan ikhlas. Nafsu 
yang demikian dinamakan nafsu muthmainnah.

Tingkatan Kedua : Yaitu orang yang menempuh jalannya orang-orang yang istiqamah 
dalam semua perkara ketaatan dan menjauhkan semua dosa-dosa besar, tetapi ia 
terkena musibah, yaitu sering melakukan dosa-dosa kecil tanpa sengaja. Setiap 
ia melakukan dosa-dosa itu, ia mencela dirinya sendiri dan menyesali 
perbuatannya. Orang-orang ini akan mendapakan janji kebaikan dari Allah 
Subhanahu w Ta'ala. Allah Azza wa Jalla berfirman :

الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ ۚ 
إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ

"(Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain 
dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Rabb-mu Maha Luas ampunanNya…" [An 
Najm/53 : 32].

Dan nafsu yang demikian dinamakan nafsu lawwamah.

وَلآأُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ 

"Dan aku bersumpah dengan nafsu lawwamah (jiwa yang amat menyesali dirinya 
sendiri)". [Al Qiyamah/75: 2].

Tingkatan Ketiga : Orang yang bertaubat dan istiqamah dalam taubatnya sampai 
satu waktu, kemudian suatu saat ia mengerjakan lagi sebagian dari dosa-dosa 
besar karena ia dikalahkan oleh syahwatnya. Kendati demikian ia masih tetap 
menjaga perbuatan-perbuatan yang baik dan masih tetap taat kepada Allah. Ia 
selalu menyiapkan dirinya untuk bertaubat dan berkeinginan agar Allah 
mengampuni dosa-dosanya. Keadaan orang ini sebagaimana yang Allah firmankan:

وَآخَرُونَ اعْتَرَفُوا بِذُنُوبِهِمْ خَلَطُوا عَمَلًا صَالِحًا وَآخَرَ سَيِّئًا 
عَسَى اللَّهُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ 

"Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka 
mencampuradukkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. 
Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka, sesungguhnya Allah Maha Pengampun 
lagi Maha Penyayang". [At Taubah/9 : 102].

Nafsu inilah yang disebut nafsu mas-ulah

Tingkatan ketiga ini berbahaya, karena bisa jadi ia menunda taubatnya dan 
mengakhirkannya. Bahkan ada kemungkinan, sebelum ia berkesempatan untuk 
bertaubat, Malaikat Maut telah diperintah Allah k untuk mencabut ruhnya, 
sedangkan amal-amal manusia dihisab menurut akhir kehidupan manusia, menjelang 
mati.

Tingkatan Keempat : Yaitu orang yang bertaubat, tetapi taubatnya hanya 
sementara waktu saja, kemudian ia kembali lagi melakukan dosa-dosa dan maksiat, 
tidak peduli terhadap perintah-perintah dan larangan-larangan Allah, serta 
tidak ada rasa menyesal terhadap dosa-dosanya. Nafsu sudah menguasai 
kehidupannya serta selalu menyuruh kepada perbuatan-perbuatan yang jelek. Ia 
termasuk orang yang terus-menerus dalam perbuatan dosa. Bahkan ia sudah sangat 
benci kepada orang-orang yang berbuat baik, dan malah menjauhinya. Nafsu yang 
demikian ini dinamakan nafsul ammarah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا 
رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu 
itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh 
Rabb-ku. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". [Yusuf/12 : 
53].

Tingkatan keempat ini sangat berbahaya, dan bila ia mati dalam keadaan 
demikian, maka ia termasuk su’ul khatimah (akhir kehidupan yang jelek).
 
Selengkapnya silakan baca 
http://almanhaj.or.id/content/2659/slash/0/segeralah-bertaubat-kepada-allah/ 
Baca juga :
 
http://almanhaj.or.id/content/3611/slash/0/keluasan-ampunan-allah-subhanahu-wa-taala-yang-maha-luas/http://almanhaj.or.id/content/2975/slash/0/taubat-nashuha/
http://almanhaj.or.id/content/1805/slash/0/t-a-u-b-a-t/
http://almanhaj.or.id/content/3503/slash/0/sebab-pengampunan-dosa/
 
Wallahu Ta'ala A'lam
 


                                          

Kirim email ke