MUHKAM DAN MUTASYÂBIH
]
http://almanhaj.or.id/content/3671/slash/0/muhkam-dan-mutasyabih/

الْقُرْآنُ كُلُّهُ مُحْكَمٌ بِاعْتِبَارٍ، وَكُلُّهُ مُتَشَابِهٌ
بِاعْتِبَارٍ، وَبَعْضُهُ مُحْكَمٌ وَبَعْضُهُ مُتَشَابِهٌ بِاعْتِبَارٍ
ثَالِثٍ

Dipandang dari satu sisi, al-Qur'ân itu semuanya muhkam; Dari sisi yang
lain, semuanya mutasyâbih; Dan dari sisi yang lain, sebagian dari al-Qur'ân
itu muhkam, sementara sebagiannya lagi mutasyâbih.

Pembahasan tentang muhkam dan mutasyâbih ini sangat penting. Karena betapa
banyak orang yang tersesat akibat salah memahami kalâmullâh, tidak bisa
membedakan antara yang muhkam dan mutasyâbih atau salah dalam menyikapi
keduanya.

Muhkam dan mutasyâbih termasuk diantara sifat yang Allâh Azza wa Jalla
tetapkan untuk al-Qur'ân. Keduanya memiliki makna yang berbeda-beda.
Berikut penjelasannya.

a. Al-Qur'an, semuanya muhkam
Allâh Azza wa Jalla berfirman.

الر ۚ كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ
خَبِيرٍ

Alif lâm râ, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatnya muhkam (disusun dengan
rapi) serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allâh)
yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu, [Hûd/11:1]

Dengan gamblang, disebutkan dalam ayat diatas bahwa semua ayatnya muhkam.
Jadi muhkam merupakan sifat bagi al-Qur'ân secara keseluruhan. Inilah yang
dinamakan oleh para Ulama dengan ihkâmun 'âm. Muhkam disini maksudnya
adalah al-Qur'ân itu sangat sempurna dan tertata dengan susunan yang paling
rapi. Semua berita yang terkandung dalam al-Qur'ân adalah benar, tidak ada
kontra sama sekali. Perintah-perintah yang termaktub dalam al-Qur'ân, semua
mendatangkan kebaikan dan barakah. Sebaliknya, semua larangan yang
disebutkan dalam al-Qur'ân tidak ada yang terlepas dari keburukan, bahaya
dan prilaku yang hina. Inilah yang dinamakan ihkâm 'âm.

b. Al-Qur'ân, semuanya mutasyâbih
Allâh Azza wa Jalla berfirman :

اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ
تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ
جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ

Allâh telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur'ân yang
serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit
orang-orang yang takut kepada Rabbnya, kemudian menjadi tenang kulit dan
hati mereka di waktu mengingat Allâh. [az-Zumar/39:23]

Mutasyâbih, sifat yang disematkan pada al-Qur'ân pada ayat di atas
dinamakan tasyâbuh (serupa) 'am. Maksudnya, semua ayat yang terkandung
dalam al-Qur'ân serupa atau sama dalam masalah keindahan, kebenaran,
kandungannya terhadap nilai-nilai luhur yang mampu membersihkan akal
manusia, menyucikan hati dan memperbaiki kondisi. Jadi untaian kalimatnya
adalah untaian kalimat terbaik serta kandungannya adalah kandungan terbaik.
Inilah maksud tasyâbuh 'am.

c. Al-Qur'ân, sebagiannya muhkam dan sebagiannya lagi mutasyâbih
Allâh Azza wa Jalla berfirman :

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ
أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ

Dia-lah yang menurunkan al-Qur'ân kepada kamu. di antaranya ada ayat-ayat
yang muhkamât. Itulah pokok-pokok al-Qur'ân dan yang lain (ayat-ayat)
mutasyâbihât. [Ali Imrân/3:7]

Dalam ayat di atas, Allâh Azza wa Jalla menjelaskan bahwa sebagian dari
ayat-ayat al-Qur'ân itu muhkam dan sebagiannya lagi mutasyâbihat. Muhkam
dan mutasyâbih yang termaktub dalam ayat diatas bukan muhkam dan mutsyabih
yang sudah dijelaskan maknanya di atas.

Ketika menjelaskan ayat ini, Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, "Allâh
Azza wa Jalla memberitahukan bahwa dalam al-Qur'ân ada ayat-ayat yang
muhkam. Ayat-ayat ini merupakan ummul kitab (pokok-pokok Kitab). (Muhkam)
maksudnya adalah ayat-ayat yang jelas dan terang maknanya, tidak ada
kekurangjelasan sama sekali bagi semua orang dalam ayat-ayat tersebut. Dan
ada sebagian lagi ayat-ayat yang kurang jelas maknanya bagi mayoritas atau
sebagian orang. Barangsiapa mengembalikan makna (ayat) yang belum jelas
kepada (ayat) yang jelas maknanya dan menjadikan (ayat) yang jelas maknanya
sebagai hakim bagi (ayat) yang belum jelas baginya, berarti dia telah
mendapatkan petunjuk. Berangsiapa yang melakukan kebalikannya, berarti dia
terbalik (tersesat).[1]

Syaikh Abdurrahman bin Nâshir as-sa'diy rahimahullah mengatakan, "Para ahli
ilmu (yang memahami) al-Qur'ân, mereka mengembalikan makna ayat-ayat kurang
jelas kepada ayat-ayat yang maknanya jelas, sehingga semuanya menjadi
jelas. Dan mereka juga mengatakan, "Semua ayat-ayat itu datang dari Rabb
kami." Makusdnya semua yang datang dari Rabb tidak yang bertentangan. Makna
yang belum jelas pada satu tempat, telah dijelaskan pada tempat lain
sehingga (semua) terpahami dan problem dalam memahaminya telah sirna.

Diantara contohnya yaitu pemberitahuan Allâh Azza wa Jalla bahwa Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu, segala yang Allâh Azza wa Jalla kehendaki pasti
terjadi dan yang tidak dikehendaki pasti tidak terjadi. Allâh Azza wa Jalla
(memberitahukan), Dia memberikan petunjuk kepada orang yang dikehendaki dan
menyesatkan orang yang dikehendaki-Nya.

Jika makna-makna ini tidak terpahami dengan baik oleh orang yang mengira
bahwa ini bertentangan dengan nilai keadilan atau mengira bahwa
penganugerahan hidayah dan penyesatan itu begitu saja tanpa sebab, maka
ketidakjelassan ini telah dijelaskan dalam ayat-ayat lain yang menunjukkan
bahwa semua itu ada sebabnya. Dan sebab itu dilakukan oleh manusia. Seperti
firman Allâh Azza wa Jalla :

يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ

Dengan Kitab itulah, Allâh menunjuki orang-orang yang mengikuti
keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, [al-Mâidah/5:16]

Juga firman-Nya :

فَرِيقًا هَدَىٰ وَفَرِيقًا حَقَّ عَلَيْهِمُ الضَّلَالَةُ ۗ إِنَّهُمُ
اتَّخَذُوا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ اللَّهِ

Sebagian diberi petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi
mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan setan-setan pelindung (mereka)
selain Allâh, [al-A'râf/7:30]

فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ

Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allâh memalingkan hati
mereka. [as-Shaf/61:5]

Jika ini masih mutasyâbih (tidak terpahami dengan baik) oleh golongan
Jabriyah yang memandang bahwa manusia itu dipaksa atau dikendalikan seperti
robot, maka Allâh Azza wa Jalla jelaskan dalam banyak ayat bahwa Allâh Azza
wa Jalla tidak memaksa manusia. Dan Allâh Azza wa Jalla jelaskan bahwa apa
yang mereka lakukan itu berdasarkan pilihan dan kemampuan mereka.

Jika ini masih mustabihat (tidak terpahami dengan baik) oleh golongan
Qadariyah yang memandang bahwa usaha manusia itu murni dari mereka tanpa
ada kehendak dan takdir dari Allâh Azza wa Jalla , maka bacakanlah kepada
mereka ayat-ayat yeng menerangkan tentang kekuasaan Allâh Azza wa Jalla
yang meliputi segala sesuatu, termasuk perbuatan manusia. Mereka tidak
memiliki keinginan kecuali setelah Allâh Azza wa Jalla menghendakinya.

Dan kita katakan kepada Jabriyah dan Qadariyah, bahwa semua itu merupakan
ayat-ayat Allâh Azza wa Jalla yang haq yang wajib diimani oleh kaum
Muslimin.

Kesimpulannya, ayat yang masih mujmal (global) atau belum jelas maknanya
pada satu tempat, maka di tempat lain ayat tersebut telah dijelaskan,
sehingga menjadi jelas maknanya.

(Dikutip dari kitab Al-Qawâidul Hisân, Syaikh Abdurrahmân bin Nâshir
as-Sa`di)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XIV/1432H/2011. Diterbitkan
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Tafsir al-Qur'ânil 'Azhîm, Ibnu Katsir

Kirim email ke