SIFAT-SIFAT ORANG-ORANG KAFIR

Oleh
Syaikh Abdul Muhsin bin Muhammad al-Qâsim

http://almanhaj.or.id/content/3692/slash/0/sifat-sifat-orang-orang-kafir/

Allâh Subhanahu wa Ta’ala menciptakan makhluk dengan qudrah-Nya, kemudian
dengan anugerah-Nya, Allah Azza wa Jalla memberikan hidayah kepada siapa
yang dikehendaki-Nya; dan dengan keadilan-Nya, Allah Azza wa Jalla
menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. Semua ini tertulis pada lauhul
mahfûdz. Allâh berfirman :

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُؤْمِنٌ ۚ وَاللَّهُ
بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Dia-lah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang kafir dan di
antaramu ada yang mukmin. dan Allâh Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”
[at-Taghâbun/64 : 2]

Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan jalan orang-orang yang mendapatkan
kebahagiaan serta orang-orang yang celaka. Allah Azza wa Jalla memuji para
hamba yang bertakwa dan mencela orang-orang kafir. Allah Azza wa Jalla juga
mengingatkan para hamba-Nya agar tidak latah meniru sifat-sifat orang
kafir. Dalam al-Qur’ân banyak penjelasan tentang perbuatan dan keyakinan
rusak orang-orang kafir serta perangai dan sifat-sifat mereka yang buruk.
Diantaranya, mengingkari hari kebangkitan dan menganggapnya mustahil, tidak
beriman kepada takdir, mengeluh dan berkeluh kesah ketika tertimpa musibah,
tidak punya harapan kepada Allah Azza wa Jalla , dusta, sombong, berpaling
dari ayat-ayat-Nya, hati mereka penuh hasad (rasa iri) terhadap kaum
Mukminin yang telah mendapatkan nikmat iman dan mereka berharap nikmat iman
itu sirna dari kaum Muslimin. Hasad inilah yang mendorong mereka berusaha
menyesatkan orang beriman. Allah Azza wa Jalla berfirman :

وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاءً

Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi
kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka).[an-Nisâ/4:89]

Tak henti-hentinya, orang-orang kafir membuat makar dan menipu kaum
Muslimin, berusaha mencelakakan dan merampas kenikmatan dari kaum Muslimin.
Mereka berpura-pura amanah, berprilaku dan berperangai terpuji supaya bisa
mengambil manfaat dibalik semua ini. Namun, Allah Azza wa Jalla membongkar
kedok mereka. Allah Azza wa Jalla berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا
يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ
أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ
الْآيَاتِ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil orang-orang yang di
luar kalanganmu menjadi teman kepercayaanmu (karena) mereka tidak
henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. mereka menyukai apa yang
menyusahkan kamu. telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang
disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi.” [Ali Imrân/3:118)]

Membungkus kedustaan dengan kejujuran, khianat dengan amanah, sering
membela kebatilan dan menyembunyikan kebenaran. Meski tipu daya mereka
terhadap kaum Muslimin sangat luar biasa, namun Allah Azza wa Jalla tidak
akan tinggal diam. Allah Azza wa Jalla pasti akan menghancur leburkan tipu
daya mereka serta akan merendahkan dan menghinakan mereka.

Allah melarang rasul-Nya mentaati orang-orang kafir. Allah Azza wa Jalla
berfirman :

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ اتَّقِ اللَّهَ وَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ
وَالْمُنَافِقِينَ

Hai Nabi, bertakwalah kepada Allâh dan janganlah kamu menuruti (keinginan)
orang-orang kafir dan orang-orang munafik. [al-Ahzâb/33:1]

Karena ilmu mereka hanya sebatas dunia. Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah
rahimahullah mengatakan, "Seluruh amalan dan urusan orang kafir pasti ada
cacatnya sehingga manfaatnya tidak pernah maksimal.” Orang-orang kafir
tidak tahu menahu ilmu akhirat. Allah Azza wa Jalla berfirman :

يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ
غَافِلُونَ

Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang
mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” [ar-Rûm/30:7]

Mereka hidup penuh kebingungan dan kebimbangan. Tujuan yang selalu mereka
kejar dalam hidup hanya sebatas bersenang-senang, makan dan minum, tanpa
peduli halal dan haram.

Orang-orang kafir itu selalu menghalangi perbuatan baik, tidak bisa
berterima kasih dan mengkonsumsi barang haram. Allâh berfirman :

يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ
الْكَافِرُونَ

Mereka mengetahui nikmat Allâh, kemudian mereka mengingkarinya dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir. [an-Nahl/16:83]

Mereka hidup dalam kegelapan, kesesatan serta hanya memperturutkan hawa
nafsu. Anggota tubuh yang mestinya merupakan sarana menggapai hidayah sudah
tidak berfungsi lagi. Hati mereka mati, telinga mereka tuli dan mata mereka
buta, tidak mau mendengar dan melihat kebenaran. Setan menggiring mereka
untuk selalu bermaksiat dan mencari kesenangan-kesenangan nafsu sesaat.
Sehingga apa yang mereka lakukan seperti debu yang berterbangan. Amal
kebaikan mereka tidak berguna. Di dunia mereka letih dan di akherat mereka
akan merintih tersiksa. Allâh tidak mencintai mereka bahkan Allah Azza wa
Jalla mengkhabarkan bahwa Dia musuh orang-orang kafir. Jika Allah Azza wa
Jalla benci terhadap seorang hamba, Dia memanggil malaikat Jibril
Alaihissallam, “Wahai Jibril sesunggunya Aku benci kepada Fulan, maka
bencilah dia ! Dan Jibril pun membencinya. Kemudian Jibril menyeru seluruh
penduduk langit bahwa Allah Azza wa Jalla membenci Fulan, maka bencilah dia
! Maka penghuni langit pun membencinya. Kemudian ditetapkan baginya
kebencian di muka bumi.” [HR. Bukhâri dan Muslim]

Jiwa orang kafir menjerit pedih akibat dosa-dosa yang telah ia perbuat dan
karena jauh dari Allah Azza wa Jalla , dadanya terasa sesak serta tidak
pernah merasakan manisnya iman. Laknat dan murka menimpa mereka. Mereka
adalah makhluk Allâh yang paling buruk. Allah Azza wa Jalla berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ
جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ أُولَٰئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang yang
musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka
itu adalah seburuk-buruk makhluk. [al-Bayyinah/98 : 6]

Kematian seorang kafir akan menimbulkan ketenangan dan ketentraman bagi
penduduk dunia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ketika
melihat rombongan membawa jenazah :

الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى
رَحْمَةِ اللَّهِ وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ الْعِبَادُ
وَالْبِلَادُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ

Hamba yang beriman akan istirahat dari keletihan dan derita dunia menuju
rahmat Allah sementara hamba yang fâjir (bergelimang maksiat, jika dia
mati-red) maka manusia, negeri, pepohonan dan binatang melata akan terbebas
dari keburukannya [HR. Bukhâri]

Pada hari kiamat, orang-orang kafir akan dibangkit untuk dihisab dengan
wajah hitam pekat, berdebu serta bermuka masam. Kedua mata mereka
terbelalak karena terperangah kaget dan takut; leher mereka terikat dengan
rantai sebagai balasan yang setimpal.

Inilah ini sebagian dari sifat-sifat buruk orang-orang kafir beserta
balasan yang akan mereka terima. Keburukan yang bertumpuk-tumpuk tanpa
henti, maka hendaklah kita berhati-hati dan tetap menjaga diri kita agar
tidak terjerumus kedalam kekufuran. Kepedihan akibat dari sifat-sifat buruk
mereka, hendaknya kita jadikan pelajaran berharga agar tidak mudah membeo
prilaku mereka yang terkadang menipu dan tidak mudah mengamini
ucapan-ucapan dan janji-janji manis mereka. Ingatlah sabda nabi kita
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

بَادِرُوْا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ, يُصْبِحُ
الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِيْ كَافِرًا, وَيُمْسِيْ مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ
كَافِرًا, يَبِيْعُ دِيْنَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا قَلِيْل

Bersegeralah melakukan amal shaleh sebelum datangnya fitnah seperti malam
gelap gulita; pada pagi hari seseorang beriman dan sore harinya menjadi
kafir, atau sore hari dia mu’min kemudian pada pagi harinya menjadi kafir.
Dia menjual agamanya dengan sedikit dari dunia [HR Ahmad]

Dan hendaklah kita senantiasa waspada agar tidak terjebak arus mengikuti
orang-orang kafir. Marilah kita senantiasa mengikuti jalannya orang-orang
yang bertakwa. Shalat yang menjadi batas antara keimanan dengan kekufuran,
batas antara keimanan dan kemunafikan, hendaklah senantiasa dijaga dan
dilaksanakan dengan cara berjama'ah di masjid-masjid. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ
كَفَرَ

Pembatas antara kita dan mereka adalah shalat. Barangsiapa yang
meninggalkan shalat, berarti dia telah kafir

Setelah mengetahui berbagai sifat buruk dan belasan dari keburukan yang
dilakukan orang-orang kafir, mestinya kita berusaha maksimal menghindari
sikap membeo dan meniru-meniru mereka. Generasi shahabat, tabi'in dan
tabi'in yang merupakan generasi awal umat ini sekaligus generasi terbaik,
hendaklnya kita jadikan panutan. Karena keserupaan atau kesamaan fisik bisa
menyebabkan kesamaan atau keserupaan bathin. Oleh karena itu hendaknya kita
berusaha menyerupai dan meniru generasi awal umat ini. Semoga agama dan
akhlaq kita sedikit demi sedikit bisa meniru akhlak dan agama mereka.
Sebaliknya, janganlah kita latah meniru dan menyerupai penampilan
orang-orang kafir. Karena penyerupaan bisa menyeret kita untuk berperilaku
buruk sebagaimana mereka, minimalnya akan menimbulkan rasa suka dan loyal
kepada mereka, padahal mestinya kita bara' dari mereka dan perilaku buruk
mereka. Sebagai insan yang beriman, kita wajib berusaha menyelisihi
perilaku dan keyakinan orang kafir. Janganlah kita menjadikan mereka
sebagai wali ! Bencilah mereka karena keyakinan mereka yang bathil ! Dan
hendaknya kita bangga beragama Islam dan bersemangat untuk mendakwahi
mereka kepada Islam.

Marilah kita tetap berusaha mengikhlaskan seluruh ibadah hanya untuk Allâh
semata ! Perbanyaklah memuji Allah Azza wa Jalla yang telah memberikan
petunjuk kepada kita.

Akhirnya, kita memohon kepada Allah Azza wa Jalla , semoga Allah Azza wa
Jalla senantiasa membimbing kita agar tetap istiqamah dalam melaksanakan
segala perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

(Diterjemahkan secara bebas oleh M. Syahid.Ridlo dari al-Khuthabul
Minbariyyah, hlm. 62-67 karya Syaikh Abdul Muhsin bin Muhammad al-Qâsim
(Imam dan khatib Masjid Nabawi).)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun XIV/1431H/2010. Diterbitkan
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]

Kirim email ke