> From: fariz.jericho...@gmail.com
> To: assunnah@yahoogroups.com
> Date: Fri, 30 Aug 2013 22:55:45 +0000
> Assalaamu'alaykum warahmatullaahi wabarakaatuh.
> Afwan mau tanya dalil takbir 3x sesudah salam...karena ada yang mempraktekkan 
> seperti itu...yang umum diketahui, sesudah salam adalah membaca istighfar 3x 
> lalu membaca Allahumma antassalaam..
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
 
Dzikir Dan Do’a yang Disyari'atkan Setelah Shalat
http://almanhaj.or.id/content/607/slash/0/dzikir-dan-doa-yang-disyariatkan-setelah-shalat/
1. Dari Tsauban Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Jika Rasulullah Shallallahu 
'alaihi wa sallam selesai shalat, beliau beristighfar tiga kali dan mengucap:

"اَللّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَـارَكْتَ يَا ذَا 
الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَام."

"Ya Allah, Engkaulah Pemberi keselamatan, dan dari-Mu keselamatan. Mahasuci 
Engkau, wahai Pemilik keagungan dan kemuliaan."

Al-Walid berkata, "Aku berkata pada al-Auza'i: "Bagaimana istighfar itu?" Dia 
berkata: "Ucapkanlah [1]: "أَسْتَغْفِرُ اللهَ، أَسْتَغْفِرُ اللهَ.” 

2. Dari Abu az-Zubair, dia berkata, "Dulu, ketika Ibnu az-Zubair selesai salam 
pada akhir shalat, dia mengucap:

"لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ 
الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ 
بِاللهِ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ، لَهُ 
النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ، وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ 
اللهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ."

"Tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Allah semata, tidak ada sekutu 
bagi-Nya. Bagi-Nya seluruh kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Dia Mahakuasa 
atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan melainkan dengan (pertolongan) 
Allah. Tidak ada ilah yang berhak diibadahi melainkan Allah. Kami tidak 
beribadah kecuali kepada-Nya. Bagi-Nya nikmat, anugerah, dan pujian yang baik. 
Tidak ada ilah yang berhak diibadahi melainkan Allah, dengan memurnikan ibadah 
kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir benci.”

Dia berkata, "Dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bertahlil dengan 
do’a tersebut pada akhir setiap shalat." [2]

3. Dari Warrad bekas budak al-Mughirah bin Syu'bah, dia berkata, "Al-Mughirah 
bin Syu'bah menulis surat kepada Mu'awiyah, bahwa Rasulullah Shallallahu 
'alaihi wa sallam jika selesai shalat dan salam, beliau mengucap:

"لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ 
الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، اَللّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا 
أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ 
الْجَدُّ."

"Tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan haq selain Allah. Tidak ada sekutu 
bagi-Nya. Bagi-Nya-lah segala kerajaan dan bagi-Nya segala pujian. Dan Dia 
Mahakuasa atas segala se-suatu. Ya Allah, tidak ada yang menghalangi apa yang 
Engkau berikan. Dan tidak ada yang mampu memberi apa yang Engkau tahan. 
Tidaklah bermanfaat bagi pemilik kekayaan. Karena dari-Mu-lah kekayaan itu." 
[3] *

4. Dari Ka'b bin 'Ujrah, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salalm, beliau 
bersabda:

مُعَقَّبَاتٌ لاَ يُخِيْبُ قَائِلُهُنَّ -أَوْ فَاعِلُهُنَّ- : ثَلاَثَ 
وَثَلاَثُوْنَ تَسْبِيْحَةٍ، وَثَلاَثُ وَثَلاَثُوْنَ تَحْمِيْدَةٍ، وَأَرْبَعُ 
وَثَلاَثُوْنَ تَكْبِيْرَةٍ، فِيْ دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ.

"Do’a setelah shalat yang tidak akan merugi orang yang membacanya atau yang 
melakukannya: tigapuluh tiga tasbih, tigapuluh tiga tahmid, dan tigapuluh empat 
takbir, pada akhir setiap shalat." [4]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa 
sallam :

مَنْ سَبَّحَ اللهَ ِفِيْ دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ، وَحَمَّدَ 
اللهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ، وَكَبَّرَ اللهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ، فَتِلْكَ 
تِسْعَةُ وَتِسْعُوْنَ، وَقَالَ: تَمَامُ الْمِائَةِ: "لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ 
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ ْالْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلـى 
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ،" غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلُ زُبَدِ 
الْبَحْرِ.

"Barangsiapa bertasbih kepada Allah tigapuluh tiga kali pada akhir setiap 
shalat, bertahmid kepada Allah tigapuluh tiga kali, dan bertakbir kepada Allah 
tigapuluh tiga kali, hingga semua itu mencapai sembilan puluh sembilan. 
Kemudian menyempurnakan seratus dengan membaca: "Tidak ada ilah yang berhak 
diibadahi dengan haq selain Allah. Tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nyalah segala 
kerajaan dan bagi-Nya segala pujian. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu." 
Maka di-ampunilah dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di lautan."[5]

5. Dari Mu'adz bin Jabal Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Pada suatu hari 
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memegang tanganku dan berkata, ‘Wahai 
Mu'adz, demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar mencintaimu.’ Lalu aku 
berkata, "Ayah-ibuku menjadi penebus engkau, demi Allah, sesungguhnya aku juga 
benar-benar mencintaimu." Beliau berkata, ‘Wahai Mu'adz, sesungguhnya aku 
berwasiat kepadamu. Janganlah engkau tinggalkan untuk mengucapkan pada akhir 
tiap shalat: 

"اَللّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ."

"Ya Allah, tolonglah aku agar senantiasa mengingat-Mu, mensyukuri-Mu, dan 
beribadah kepada-Mu dengan sebaik-baiknya." [6]

6. Dari Abu Umamah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam 
bersabda:

مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِـيِّ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ لَمْ 
يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُوْلِ الْجَنَّةِ إِلاَّ أَنْ يَمُوْتَ.

"Barangsiapa membaca ayat Kursi pada akhir tiap shalat wajib, maka tidak ada 
yang menghalanginya masuk Surga kecuali mati." [7]

Muhammad bin Ibrahim menambahkan dalam haditsnya: "Dan (surat) Qul Huwwallahu 
Ahad.”

7. Dari 'Uqbah bin 'Amir Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Rasulullah 
Shallallahu 'alaihi wa salalm menyuruhku membaca al-mu'awwidzat (surat al-Falaq 
dan an-Naas) pada setiap akhir shalat." [8]

8. Dari Ummu Salamah Radhiyallahu anhu. Dahulu, jika Nabi Shallallahu 'alaihi 
wa sallam selesai salam shalat Shubuh, beliau membaca:

"اَللّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً 
مُتَقَبَّلاً."

"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik, dan 
amal yang diterima." [9]

[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, Penulis 
Syaikh Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi, Edisi Indonesia Panduan Fiqih 
Lengkap, Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA - Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu 
Katsir, Cetakan Pertama Ramadhan 1428 - September 2007M]
_______
Footnote
[1]. Shahih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 756)], Shahiih Muslim (I/414 no. 
591), Sunan at-Tirmidzi (I/184 no. 299), Sunan an-Nasa-i (III/68), Sunan Abi 
Dawud (‘Aunul Ma’buud) (IV/377 no. 1499), dan Sunan Ibni Majah (I/300 no. 928).
[2]. Shahih: [Shahiih Sunan an-Nasa-i (no. 1272)], Shahiih Muslim (I/415 no. 
594), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (IV/372 no. 1493), dan Sunan an-Nasa-i 
(III/70).
[3]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/325 no. 844)], 
Shahiih Muslim (I/414 no. 593), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (IV/371 no. 
1491).
* Al-jadd adalah kedudukan atau bagian kekayaan. Maksudnya, hal itu tidak 
bermanfaat bagi pemiliknya jika ia tidak mempunyai amal shalih.
[4]. Shahih: [Shahiih Sunan an-Nasa-i (no. 1278)], Shahiih Muslim (I/418 no. 
596), Sunan at-Tirmidzi (V/144 no. 3473), dan Sunan an-Nasa-i (III/75).
[5]. Shahih: [Mukhtashar Shahiih Muslim (no. 314)] dan Shahiih Muslim 
(I/418/597).
Catatan: Terdapat beberapa riwayat tentang jumlah dzikir. Pada Shahiih 
al-Bukhari (Fat-hul Baari) (XI/132/no. 6329), "Sepuluh-sepuluh." Pada Shahiih 
Muslim (I/417/ no. 595 (143)), "Sebelas-sebelas." Pada Sunan an-Nasa-i 
(III/76), Shahiih Sunan an-Nasa-i (1279), "Duapuluh lima-duapuluh lima ditambah 
tahlil." Hendaknya orang yang shalat terkadang membaca bilangan yang ini dan 
ter-kadang membaca yang itu.
[6]. Shahih: [Shahiih al-Jaami’ush Shaghiir (no. 7969)], Sunan Abi Dawud 
(‘Aunul Ma’buud) (IV/384 no. 1508), dan Sunan an-Nasa-i (III/53).
[7]. Shahih: [Shahiih al-Jaami’ush Shaghiir (no. 6464)] dan ath-Thabrani dalam 
ash-Shagiir (VIII/134 no. 7532).
[8]. Shahih: [Shahiih Sunan an-Nasa-i (no. 1268)], Sunan Abi Dawud (‘Aunul 
Ma’buud) (IV/385 no. 1509), dan Sunan an-Nasa-i (III/68).
[9]. Shahih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 753)], Sunan Ibni Majah (I/298 no. 
925), dan Ahmad (al-Fat-hur Rabbaani) (IV/55 no. 776).                          
           

Kirim email ke