*Ajaran-ajaran Madzhab Syafi'i yang dilanggar oleh sebagian pengikutnya 9 -
Haramnya Ngalap Barokah Yang Tidak Syar'i*
http://www.firanda.com/index.php/artikel/fiqh/509-ajaran-ajaran-madzhab-syafi-i-yang-dilanggar-oleh-sebagian-pengikutnya-9-haramnya-nagalap-barokah-yang-tidak-syar-i

Fenomena yang sangat menyedihkan adanya sebagian orang yang mengaku
bermadzhab Syafi'iyyah berbondong-bondong untuk mengambili pasir yang ada
di kuburan seseorang yang mereka anggap wali !!, bahkan sampai-sampai
kuburan tersebut dikhawatirkan 'ambles' karena kehabisan pasir !!

((*TEMPO Interaktif, Jombang* - Ada-ada saja ulah peziarah. Seusai membaca
Yasin dan tahlil di makam mendiang mantan Presiden RI ke empat, Abdurrahman
Wahid alias Gus Dur, beberapa peziarah menyempatkan diri menjumput tanah
dan bunga di atas gundukan makam. Mereka percaya, bunga dan tanah itu
mengandung berkah dan tuah.
Seperti dikatakan salah satu peziarah, Fatimah, warga Seblak, Diwek,
Jombang, Jawa Timur. Dia mengambil bunga dan tanah untuk dibawa pulang. Dia
percaya, tanah dan bunga dari makam Gus Dur memiliki barokah. "Ini akan
saya gunakan untuk mengobati sakit linu," kata dia, Jumat (1/1).

Hal sama dilakukan Muhlison. Dia mengambil tanah makam untuk pengobatan
anaknya yang sampai berusia beberapa tahun ini belum bisa berjalan alias
lumpuh. Dia mengambil sedikit tanah, dikantongi, lalu dibawa pulang.
Melihat ulah peziarah itu, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang,
Kiai Haji Shalahudin Wahid langsung bersikap. Dia meminta peziarah agar
bersikap wajar dan meninggalkan hal-hal yang tak rasional. "Itu tidak
rasional, jadi tidak usah dilakukan," tegas dia.
Beberapa jam setelah pemakaman Gus Dur selesai, gundukan tanah makam sempat
cekung. Tanah banyak dijumput warga, lalu dibawa pulang. Bahkan, taburan
bunga di atasnya pun sirna. "Saya tidak heran kenapa terjadi begitu," kata
Yeni Wahid, putri Gus Dur.
Dia mengaku paham dengan kondisi itu. *Dia menilai, budaya pengkultusan
seperti itu memang bagian kecil dari budaya warga Nahdliyin.* Beberapa
orang masih percaya, jika makam tokoh besar seperti Gus Dur mengandung
barokah dan memiliki tuah.
Perbuatan itu tidak bisa dilarang, karena sudah membudaya. Namun demikian,
dia tetap melarang upaya pengambilan tanah makam seperti yang dilakukan
beberapa peziarah. Peziarah cukup mendoakan saja. "Jangan macam-macam, dan
aneh-aneh seperti itu," terang dia.
MUHAMMAD TAUFIK, lihat http://www.tempo.co/read/news/2010/01/01/058216788))

Fenomena ngalap barokah dengan mengambili pasir dari kuburan atau
mengusap-nugsap benda-benda tertentu ternyata merupakan pola beragama kaum
syi'ah rofidhoh, sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Al-Khumaini bahwa
meminta kesembuhan dari tanah bukanlah kesyirikan. :
Al-Khumaini berkata :

"Diantara pertanyaan mereka adalah, apakah meminta kesembuhan dari tanah
merupakan keysirikan atau tidak?
Jawabannya telah jelas setelah memperhatikan makna syirik. Kesyirikan
–sebagaimana yang kalian ketahui- adalah keyakinan bahwasanya seseorang
adalah Rob (Tuhan/Pencipta) atau ia diibadahi atas dasar ia adalah Rob,
atau meminta dipenuhinya hajat kepada seseorang atas dasar keyakinan bahwa
ia independent dalam memberikan pengaruh…
Jika seseorang meminta kesembuhan dari tanah atau dari apapun dengan dasar
ia adalah Rob atau Syarikat Allah atau Rob lain yang berlawanan dengan
Allah yang independent dalam memberi pengaruh atau atas dasar keyakinan
bahwasanya penghuni kuburan adalah Rob maka ini merupakan kesyirikan,
bahkan kegilaan. Adapun jika karena ia meyakini bahwasanya Allah maha kuasa
atas segala sesuatu dan telah menjadikan kesembuhan pada semangkuk pasir
untuk memuliakan orang yang mati syahid yang telah mengorbankan
kehidupannya untuk di jalan Allah, maka hal ini sama sekali tidak
melazimkan adanya kesyirikan dan kekufuran" (Kasyful Asroor hal 65)

Karenanya kita tidak heran jika melihat kaum syi'ah yang berebutan
mengambil pasir yang ada di kuburan ahlul bait di Baqii' di kota Madinah.
Khumaini berdalil sesukanya…, tidak ada seorangpun yang meragukan kekuasaan
Allah. Jangankan pasir…bahkan jika Allah berkehendak tentunya Allah mampu
menjadikan apapun sebagai obat –bahkan kotoran-!!. Akan tetapi mana
dalilnya…?, mana ayatnya…?, mana haditsnya…?, mana amal perbuatan/perkataan
sahabat…?, mana perbuatan tabi'in…?, mana perbuatan/perkataan 4 imam
madzhab…?, yang menunjukkan bahwa Allah telah menjadikan pasir di kuburan
orang sholeh sebagai obat??

Fenomena ngalap berkah dengan cara yang salah dan tidak disyari'atkan telah
diperingatkan  oleh para ulama madzhab syafi'iyah sejak zaman dahulu.
(Silahkan tela'ah kitab جُهُوْدُ الشَّافِعِيَّةِ فِي تَقْرِيْرِ تَوْحِيْدِ
الْعِبَادَةِ karya DR Abdullah bin Abdil 'Aziz Al-'Anqori, hal 581-595)
Umar bin Al-Khotthob radhiallahu 'anhu tatkala mencium hajar aswad beliau
berkata :
وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لَا تَضُرُّ وَلَا تَنْفَعُ
وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ
"Demi Allah, aku sungguh-sungguh mengetahui bahwasanya engkau hanyalah
sekedar batu, engkau tidak bisa memberi kemudorotan dan tidak juga
kemanfaatan. Dan kalau bukan karena aku pernah melihat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam menciummu maka aku tidak akan menciummu" (HR
Al-Bukhari no 1597 dan Muslim no 1270)
Perkataan yang agung dari Umar bin Al-Khotthob ini ternyata mendapat
perhatian besar dari para ulama madzhab Syafi'iyyah, mereka menjelaskan
sebab kenapa Umar melontarkan perkataannya tersebut.
Al-Imam Al-Baihaqi rahimahullah berkata :
فأمير المؤمنين عمر رضي الله عنه كان قد عبد الحجر فحين أهوى إلى الركن كأنه
هاب ما كان عليه في الجاهلية فتبرأ من كل شيء سوى الله و أخبره بأنه حجر لا
يضر و لا ينفع يريد ما كان على هيئته حجرا وإنه يقبله متابعة للسنة
"Amirul Mukminin Umar –semoga Allah meridhoinya- dahulunya menyembah batu.
Maka tatkala beliau tunduk ke hajar aswad (untuk menciumnya) maka
seakan-akan beliau khawatir tentang kondisinya dahulu tatkala di masa
jahiliyah. Maka beliaupun berlepas diri dari segala sesuatu selain Allah
dan iapun mengabarkan kepada hajar aswad bahwasanya ia hanyalah sekedar
batu yang tidak bisa memberi kemudhorotan dan tidak juga kemanfaatan
-maksud beliau status hajar aswad sebagai batu-. Dan Umar hanyalah mencium
hajar aswad karena mengikuti sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa " (Syu'abul
Iman 3/451)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata :

"Umar hanyalah berkata, "Sesungguhnya engkau (yaitu hajar aswad) tidak bias
memberi kemudhorotan dan tidak juga kemanfaatan", agar orang-orang yang
baru masuk Islam tidak terpedaya, karena mereka dahulunya telah terbiasa
menyembah batu-batu dengan mengagungkan batu-batu tersebut dengan harapan
mendapatkan manfaat dari batu-batu tersebut, serta dahulu mereka khawatir
mendapatkan kemudorotan dari batu-batu sembahan mereka jika mereka kurang
besar dalam mengagungkannya. Dan hal ini baru saja berlalu, maka Umarpun
khawatir jika ada sebagian mereka melihat Umar mencium dan memberi
perhatian kepada hajar aswad maka akan salah sangka dengan perbuatan Umar.
Maka Umarpun menjelaskan bahwa hajar aswad tidaklah memberi kemudorotan dan
tidak juga kemanfaatan, dan bahwasanya ia hanyalah batu yang diciptakan
sebagaimana makhluk-makhluk yang lainnya yang tidak memberi kemudorotan dan
tidak juga kemanfaatan. Umar menyebarkan pernyataannya ini di musim haji
agar tersebar di negeri-negeri dan agar dihafalkan pernyataannya ini oleh
para jama'ah yang berasal dari negeri-negeri yang bermacam-macam. Wallahu
A'lam" (Al-Minhaaj Syarah Shahih Muslim 9/17-18, lihat peryataan An-Nawawi
yang serupa di Al-Majmuu' Syarh Al-Muhadzzab 8/31)

Ibnu Daqiiq Al-'Ied berkata
وقول عمر هذا الكلام في ابتداء تقبيله: ليبين أنه فعل ذلك اتباعا وليزيل بذلك
الوهم الذي كان ترتب في أذهان الناس في أيام الجاهلة ويحقق عدم الانتفاع
بالأحجار من حيث هي هي كما كانت الجاهلية تعتقد في الأصنام
"Pernyataan Umar di awal mencium hajar aswad, tujuannya untuk menjelaskan
bahwasanya beliau melakukannya karena mengikuti sunnah Nabi, dan agar
hilang persangkaan yang terpatri di benak orang-orang di masa jahiliyah,
dan juga untuk menekankan bahwa batu tidak bisa memberi kemanfaatan dari
sisi statusnya sebagai batu, sebagaimana yang diyakini oleh orang-orang
jahiliyah bahwa patung-patung memberi manfaat"  (Ihkaam Al-Ahkaam syarh
Umdatil Ahkaam hal 315)

Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-'Asqolani berkata :
قال شيخنا في شرح الترمذي فيه كراهة تقبيل ما لم يرد الشرع بتقبيله
"Berkata guru kami (yaitu Al-'Irooqi) dalam kitab Syarh Sunan At-Thirmidzi
: Pada perkataan Umar ini terdapat dalil akan dibencinya mencium perkara
yang tidak ada syari'at/dalil untuk menciumnya" (Fathul Baari 3/463)

*Kesimpulan* : Tidak ada suatu bendapun di atas muka bumi ini yang
disunnahkan untuk dicium melainkan hajar aswad. Keberkahan hajar aswad
hanyalah diperoleh jika ditinjau dari pahala di akhirat, karena orang yang
menciumnya telah mengikuti sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa salam.
Meskipun demikian ternyata hajar aswad pun tidak bisa memberi mudhorot dan
juga tidak bisa memberi kemanfaatan di dunia berupa kesehatan tubuh atau
sembuhnya penyakit.

Jika hajar aswad saja perkaranya demikian maka apalagi hanya sekedar nisan
di kuburan, atau pasir di kuburan orang yang dianggap sebagai wali ??!!


*Pengingkaran Al-Imam Asy-Syafi'i terhadap orang-orang yang bertabarruk
dengan songkok Al-Imam Malik*

Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah adalah murid dari Al-Imam Malik
rahimahullah. Dan seringkali tatkala Al-Imam Asy-Syafi'i ditanya tentang
suatu permasalahan agama maka beliau menjawab dengan fatwanya Imam Malik.
Beliau berkata, قَالَ الأُسْتَاذُ "Telah berkata ustadzku…"
Hingga akhirnya beliau menulis bantahan terhadap gurunya Imam Malik
dikarenakan sikap sebagian orang yang berlebih-lebihan dalam mengkultuskan
Imam Malik, bahkan sampai-sampai menjadikan songkok Imam Malik sumber
keberkahan untuk meminta hujan.
Al-Baihaqi rahimahullah berkata :

"Aku telah membaca kitab Abu Yahya Zakariya bin Yahya As-Saaji tentang apa
yang diceritakan oleh orang-orang Mesir. Bahwasanya Asy-Syafi'i hanyalah
menulis kitab untuk membantah Malik dikarenakan *telah sampai kepada beliau
bahwasanya di Andalus songkoknya Malik dijadikan sebab untuk meminta hujan.*
Dan telah dikatakan kepada mereka "Rasulullah bersabda…", maka mereka
berkata, "Imam Malik berkata…". Maka Asy-Syafi'i berkata, "Sesungguhnya
Malik seorang manusia terkadang salah dan keliru". Inilah yang memotivasi
Al-Imam Asy-Syafi'i untuk menulis kitab bantahan tersebut. Asy-Syafi'i
berkata, "Aku benci untuk menulis buku tersebut akan tetapi aku telah
sholat istikhoroh pada tahun itu" (Manaaqib Asy-Syaafi'i li Al-Baihaqi
1/508-509)

Tentunya jika mencari berkah dari songkoknya Imam Malik adalah perkara yang
dibolehkan dan disyari'atkan serta disukai maka Al-Imam Asy-Syafi'i tidak
akan mengingkarinya dan tidak akan termotivasi untuk menulis bantahan
terhadap Imam Malik gurunya. Tidaklah beliau menulis bantahan tersebut
melainkan agar orang-orang tidak berlebihan dalam mengkultuskan Imam Malik,
apalagi sampai mencari keberkahan dari songkoknya.


*Pengingkaran para ulama Syafi'iyah atas orang-orang yang mengusap Maqom
Ibrahim karena ngalap berkah*

Sebagaimana para ulama madzhab Syafi'iyah memberi perhatian terhadap
pernyataan Umar bin Al-Khotthob, mereka juga memberi perhatian dalam
membawakan pernyataan-pernyataan sebagian salaf yang mengingkari
orang-orang yang mengusap maqom Ibrahim karena mencari keberkahan.

(1) Al-Haliimi rahimahullah (wafat 403 H) berkata :

"Barang siapa yang melihat maqom Ibrahim 'alaihis salaam maka hendaknya ia
sholat di situ, dan maqom tidak disentuh dan tidak pula dicium. Ibnu
Az-Zubair melihat suatu kaum yang mengusap maqom Ibrahim maka beliau
berkata : "Kalian tidaklah diperintahkan untuk melakukan ini, kalian
hanyalah diperintahkan untuk sholat di sisi maqom Ibrahim". Mujahid
berkata, "Maqom Ibrahim tidak dicium dan tidak disentuh" (Al-Minhaaj fi
Syu'abil Iman 2/453)

(2) Al-Baghowi rahimahullah (wafat 516 H) berkata tatkala menafsirkan
firman Allah
وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى
*Jadikanlah sebahagian maqom Ibrahim tempat shalat (QS Al-Baqoroh : 125)*

"Berkata Qotaadah, Muqootil, dan As-Suddiy : "Mereka diperintahkan untuk
sholat di sisi maqom Ibrahim dan mereka tidak diperintahkan untuk mengusap
dan menciumnya" (Ma'aalim At-Tanziil/Tafsiir Al-Baghowi 1/147)

(3) Al-Hafiz Ibnu Katsir, dalam tafsirnya juga telah menyebutkan riwayat
dari Qotadah tentang pengingkaran beliau terhadap orang-orang yang mengusap
maqom Ibrahim. Beliau berkata :

"Qotadah berkata : "Mereka hanyalah diperintahkan untuk sholat di sisi
maqom Ibrahim dan tidak diperintahkan untuk mengusapnya. Sungguh umat ini
telah berlebih-lebihan dengan sesuatu yang para umat-umat terdahulu telah
berlebih-lebihan. Sungguh telah menceritakan kepada kami orang yang telah
melihat bekas tumit Ibrahim dan bekas jari-jarinya di maqom Ibrahim, akan
tetapi umat ini terus mengusap-ngusapnya hingga menjadi pudar" (Tafsiir
Al-Qura'an al-'Adzhiim 2/64)
Atsar Qotadah rahimahullah ini juga disebutkan oleh Al-Haafiz Ibnu Hajar
dalam Fathul Baari 8/169


*Pengingkaran para ulama Syafi'iyah terhadap orang-orang yang mencium,
mengusap, dan menempelkan perut mereka ke kuburan Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam karena mencari berkah*

(1) Al-Halimi rahimahullah berkata :

Telah melarang sebagian ahlul ilmi dari menempelkan perut dan juga pundak
ke dinding kuburan Nabi dengan tangan. Hal ini termasuk perbuatan bid'ah.
(Al-Minhaaj fi Syu'abil Iman 2/458)

(2) Al-Ghozali rahimahullah berkata
وَلَيْسَ مِنَ السُّنَّةِ أَنْ يَمَسَّ الْجِدَارَ وَلاَ أَنْ يُقَبِّلَهُ
بَلِ الْوُقُوْفُ مِنْ بُعْدٍ أَقْرَبُ لِلْاِحْتِرَامِ
"Dan bukanlah sunnah menyentuh dinding (kuburan Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam) dan bukan juga menciumnya, akan tetapi berdiri dari jauh lebih
dekat kepada penghormatan (kepada Nabi)" (Ihyaa Uluum Ad-Diin 1/259)

Beliau juga berkata
فَإِنَّ الْمَسَّ وَالتَّقْبِيْلَ لِلْمَشَاهِدِ عَادَةُ النَّصَارَى
وَالْيَهُوْدِ
"Sesungguhnya menyentuh dan mencium kuburan-kuburan merupakan kebiasaan
kaum Nashrani dan kaum Yahudi" (Ihyaa 'Uluum Ad-Diin 1/271)

(3) An-Nawawi rahimahullah, beliau berkata :

"Tidak boleh thowaf di kuburan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan
dibenci menempelkan perut dan punggung di dinding kuburan, hal ini telah
dikatakan oleh al-Halimy dan yang selainnya. Dan dibenci mengusap kuburan
dengan tangan dan dibenci mencium kuburan. Bahkan adab (*ziarah kuburan
Nabi) adalah ia menjauh dari Nabi sebagaimana ia menjauh dari Nabi kalau
dia bertemu dengan Nabi shallallau 'alaihi wa sallam tatkala masih hidup.
Dan inilah yang benar, *dan inilah perkataan para ulama, dan mereka telah
sepakat akan hal ini*.
Dan hendaknya jangan terpedaya oleh  banyaknya orang awam yang menyelisihi
hal ini, karena teladan dan amalan itu dengan perkataan para ulama. Jangan
berpaling pada perbuatan-perbuatan baru yang dilakukan oleh orang-orang
awam dan kebodohan-kebodohan mereka…

Sungguh yang mulia Abu Ali  al-Fudhail bin 'Iyadh rahimahullah telah
berbuat baik dalam perkataannya :
"Ikutilah jalan petunjuk dan tidak masalah jika jumlah pengikutnya hanya
sedikit. Berhati-hatilah akan jalan kesesatan dan jangan terpedaya oleh
banyaknya orang yang binasa (*karena mengikut jalan kesesatan
tersebut)." *Barangsiapa
yang terbetik di benaknya bahwasanya mengusap kuburan dengan tangan dan
perbuatan yang semisalnya lebih berkah,  maka ini karena kebodohan dan
kelalaiannya, karena keberkahan itu pada sikap mengikuti syari'at dan
perkataan para ulama. Bagaimana mungkin keutamaan bisa diraih dengan
menyelisihi kebenaran??"* (Lihat Al-Majmu' Syarh Al-Muhadzab 8/257-258,
perkataan An-Nawawi ini juga terdapat dalam Hasyiah Al-'Allamah Ibni Hajr
al-Haitami 'ala Syarh Al-Idhoh fi Manasik Al-Haj, cetakan Dar Al-Hadits,
Beirut, Libanon hal. 501)

Dari penjelasan para ulama madzhab syafi'i di atas dapat kita ambil
kesimpulan bahwasanya mereka melarang untuk mengambil keberkahan dari
perkara-perkara yang tidak disyari'atkan. Oleh karenanya fenomena yang
terjadi pada sebagian pengikut madzhab syafi'iyah, atau sebagian masyarakat
Indonesia pada umumnya, berupa mengalap keberkahan yang bukan pada
tempatnya merupakan bentuk pelanggaran terhadap washiat-washiat para ulama
madzhab syafi'i.

Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 23-10-1434 H / 30 Agustus 2013 M
Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com

Kirim email ke