Gambar diambil dari: www.pediatrics.med.ubc.ca

Mediaindonesia.com | Jumat, 02 April 2010 | PEREMPUAN berisiko lebih
kecil mengalami encok dibandingkann laki-laki, bahkan saat mereka
memiliki kadar zat kimia penyebab sakit yang sama dalam darah. Akan
tetapi, temuan terbaru mengungkap, sama seperti laki-laki, faktor
risiko seperti usia, obesitas, tekanan darah tinggi, penggunaan alkohol
dan diuretik juga memicu encok pada perempuan.

Encok secara tradisional diyakini sebagai penyakit laki-laki usia
lanjut. Akan tetapi, perempuan usia lanjut juga terbukti ada yang
menderita encok. Survei nasional baru-baru ini menemukan, sekitar empat
persen perempuan berusia 60 dan enam persen perempuan berusia 80
menderita encok.

Encok muncul saat kadar asam urat dalam darah meningkat dan membentuk
kristal di persendian serta jaringan di sekitarnya. Hal ini akan memicu
peradangan dan pembengkakan disertai rasa sakit kronis.

Encok umumnya menyerang persendian di ibu jari kaki, lutut dan mata
kaki. Selain itu, serangan seringkali mulai di malam hari. Pembengkakan
dan rasa sakit di sekitar persendian umumnya akan menghilang dalam
beberapa hari. Tapi, lebih dari 50 persen pasien yang pernah mengalami
serangan encok akan mengalami serangan berikutnya.

Faktor risiko

Dalam memahami efek gender terhadap encok, peneliti dari Boston
University School of Medicine memeriksa data 2.476 perempuan dan 1.951
laki-laki yang turut berpartisipasi dalam Framingham Heart Study. Studi
ini mengikuti perkembangan penduduk Framingham sejak akhir 1940-an.

Setelah 30 tahun masa follow-up, ada 304 kasus encok yang dilaporkan.
Sekitar 33 persen kasus encok ini terjadi pada perempuan.

Untuk kedua jenis kelamin, kejadian encok meningkat seiring dengan
peningkatan kadar asam urat. Tapi hubungan ini lebih kuat pada
laki-laki dibandingkan pada perempuan. Perempuan dengan kadar serum
asam urat lebih dari 5 miligram/desiliter memiliki risiko jauh lebih
rendah mengalami encok dibandingkan laki-laki dengan kadar asam urat
yang sama.

Berikut beberapa perbedaan gender lain yang ditemukan oleh peneliti:

Jumlah perempuan yang memiliki tekanan darah tinggi dan sedang
ditangani dengan diuretik lebih banyak dibandingkan laki-laki. Temuan
ini, menurut peneliti, menunjukkan bahwa faktor tekanan darah tinggi
dan penggunaan diuretik lebih berpengaruh terhadap perempuan
dibandingkan laki-laki.

Minum tujuh takar atau lebih alkohol seminggu, menggandakan risiko
encok pada laki-laki dan melipattigakan risiko encok pada perempuan.
Minum bir jumlah besar berkaitan dengan peningkatan risiko hingga dua
kali lipat pada laki-laki dan peningkatan risiko hingga tujuh kali
lipat pada perempuan.

Bir, terang peneliti, mengandung zat kimia purin kadar tinggi. Dalam
tubuh, purin akan dipecah menjadi asam urat. Akan tetapi, lanjut
peneliti, masih belum jelas mengapa bir memicu risiko lebih besar pada
perempuan dibandingkan pada laki-laki.

Selain faktor di atas, terang peneliti lagi, obesitas juga turut
memperbesar risiko hingga tiga kali lipat, baik pada laki-laki maupun
perempuan.

Bagaimana dengan makanan? Menurut peneliti, banyak orang yang
mengaitkan encok dengan makanan, khususnya daging organ yang tinggi
purin. Akan tetapi, lanjut peneliti, studi ini menemukan bahwa diet
bukanlah faktor utama.

"Diet juga turut berperan, tetapi bukan penyebab utama," tutur
rheumatologist Patience White, MD, seperti dikutip situs webmd.com,
Selasa (30/3).

www.AstroDigi.com (Nino Guevara Ruwano)

--
Posted By NINO to AstroDigi at 4/03/2010 08:13:00 AM

Kirim email ke