The Thirteenth Tale

Dongeng Ketiga Belas 

Diane
Setterfield 

 

Harga
: Rp 75.000,- *

Ukuran
: 13.5 x 20 cm 

Tebal
: 608 halaman 

Terbit
: Nopember 2008 

Soft
Cover

Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama

------------------------

Apa
yang membuat anda menyukai dongeng? 

Pernah
begitu melekatnya di pikiran hingga dongeng tersebut tak bisa terlupakan? 

Atau
malah kisah hidup Anda sendiri mirip sebuah dongeng?


Di Indonesia,dongeng yang sudah melegenda antara lain Malin Kundang, 
Sangkuriang,Terjadinya
Danau Toba dll, bahkan kisah Sundel bolong,Kuntilanak,Gondoruwo
dan Tuyul mungkin bisa masuk kategori dongeng.


Ada
mitos, angka tiga belas adalah angka sial. Akan sialkah kita saat membaca buku
yang ‘mendongeng’ tentang dongeng yang berjudul Dongeng Ketiga Belas (The
Thirteenh Tale) karya Diane Setterfield ini?. Saya tertarik membaca
buku ini, awalnya, karena covernya yang lain daripada yang lain.
 

Buku yang mengisahkan tentang cerita hidup seorang penulis
dongeng bernama Vida Winter ini ditulis Diane sangat terasa penuh perasaan
mendalam. Emosi yang dibangun dalam tiap-tiap Bab-nya begitu kuat serta
menyentuh. Apalagi saat menceritakan kehidupan si Kembar Emmeline dan Adeline
ketika mulai beranjak besar serta berperilaku aneh di rumah besar Angelfield
yang konon berhantu.


Buku ini sebenarnya menceritakan proses
pembuatan buku biografi Vida Winter. Dimulai oleh Margaret Lea, seorang
penulis biografi muda yang mendapat surat
panjang dari Vida Winter, seorang penulis buku dongeng yang dikisahkan
 begitu sukses dan terkenal.


Vida Winter tergerak untuk menulis kisah hidupnya mana kala
ada seorang pemuda dari Banburry Herald (surat kabar lokal) yang berkata 
“Ceritakan padaku yang
sesungguhnya”. Sebagai pendongeng ulung, Vida rupanya ingin membuat
biografi dan berharap bisa menceritakannya kepada orang yang bisa dia percaya.
Dia menjatuhkan pilihan pada Margaret Lea.
 

Margaret sempat terpaku beberapa waktu di depan rumahnya
saat membaca surat
tersebut. Margaret adalah gadis sederhana pencinta buku yang setia merawat dan
menjaga toko buku milik keluarganya serta  penulis biografi. Dalam koleksi
buku berharga milik ayahnya, salah satu buku karya Vida Winter termasuk di
dalamnya. Buku Tiga Belas Dongeng adalah karya Vida Winter yang ditarik
dari pasar karena judulnya salah. Kemudian diterbitkan lagi dengan judul 
Dongeng-Dongeng
Perubahan dan Keputusasaan. Akan tetapi orang sudah telanjur menyebutnya
Buku Tiga Belas Dongeng.


Demi mengenal lebih dekat karya Vida Winter, Margaret
membaca karya-karyanya, tentu saja juga Buku Tiga Belas Dongeng. Dalam
buku tersebut, ternyata dongeng ketiga belas itu hanya lembaran kosong. Misteri
apa sebenarnya yang terdapat dalam dongeng ketiga belas?


Margaret akhirnya memutuskan memenuhi undangan Vida Winter
untuk datang ke rumahnya dan menulis biografinya, di Yorkshire. Sebuah tempat
yang dilalui bermil-mil dari tempat tinggalnya dengan kereta.
 

Margaret dijemput oleh utusan Vida Winter yang mengantarnya
hingga depan rumahnya. Sebuah rumah besar dan terpencil, sebuah tempat meditasi
yang sempurna kalo tidak boleh dibilang hening,sunyi,sepi seakan tanpa
penghuni.
 

Keesokan harinya, barulah Margaret bertemu dengan Vida
Winter, seorang wanita bak ratu kuno, penyihir atau dewi, dengan pembawaan yang
kaku dan terasa formal. Dan dimulailah kisah-kisah tentang kehidupan Vida
Winter, mulai dari kisah orangtuanya, Isabelle yang aneh, Kakeknya, pamannya,
Charlie, yang juga aneh. Ternyata pula Vida Winter yang memiliki nama asli
Adeline March punya saudara kembar, Emmeline.
 

Awalnya Adeline adalah gadis yang tumbuh dengan mental yang
sama anehnya dengan Emmeline di bawah asuhan Missus, pembantunya yang setia.
Kehidupan mulai teratur saat Hester, seorang guru privat yang mengatur rumah 
tangga tersebut hadir. Sebelumnya, si kembar
merupakan ‘trouble maker’ bagi tetangga di sekitarnya.
 

Berbagai keonaran dilakoni oleh si sembar. Mulai dari
mengambil makanan milik mereka, mengambil kereta bayi, dll. Tapi semua
tetangganya tidak ada yang berani mendekati rumah besar Angelfield karena ada
gosip yang beredar bahwa rumah itu berhantu.
 

Kelainan mental hampir dialami oleh semua anggota keluarga
tersebut. Dari Kakek Vida Winter George Angelfield yang depresi karena
ditinggal mati istrinya setelah melahirkan anak kedua,
Isabelle. George akhirnya wafat di ruang perpustakaan rumahnya setelah Isabelle
menikah dan meninggalkan rumah. Isabelle dan kakaknya, Charlie, yang tidak
kalah aneh perilakunya. Lalu setelah Isabelle menikah dan melahirkan anak 
kembar Adeline dan Emmeline, mereka
juga tumbuh dengan mental yang aneh. Lantas bagaimana bisa seorang Adeline
March yang aneh, bisa berubah menjadi seorang penulis dongeng yang begitu
terkenal dan melegenda?


Margaret, untuk bisa mempercayai semua yang dikisahkan oleh
Vida Winter akhirnya melakukan penyelidikan di bekas rumah besar Angelfield
yang telah terbakar serta menelusuri semua literatur dan jejak yang berkaitan
dengan keluarga Angelfield.

Kisah penuh liku tentang kehidupan Vida Winter yang ditulis
Diane ini juga mengangkat sisi tentang betapa berharganya sebuah buku serta
pengetahuan cara memperlakukan buku yang selama ini belum pernah saya ketahui.
 

Secara kisah, buku Dongeng Ketiga Belas ini memiliki plot
maju-mundur. Kekiniannya diwakili oleh tokoh Margaret dan Vida Winter,
sedangkan kisah masa lalunya diwakili kisah-kisah dari masa lalu Vida Winter
sewaktu masih bernama Adeline March.


Tidak banyak buku yang berkisah tentang penulis dongeng,
dan bukunya sendiri pun bak sebuah dongeng. Bagi yang ingin
tahu tentang kisah biografi pendongeng yang kisahnya bagai dongeng, buku
ini bisa jadi pilihan, terutama yang memang gemar buku-buku dongeng.
Namun berbeda dari dongeng klasik seperti Cinderella,Putri Salju
dll, dongeng ini  diseting untuk konsumsi mereka yang sudah dewasa....
 

Cheerz

-Eviwidi-

 




Blog of EVIWIDI:
http://eviwidi.wordpress.com



      

Kirim email ke