"Tangan adalah jendela jiwa manusia."—Garth Stein

Pramoedya Ananta Toer—dalam salah satu novelnya—menulis: "Cerita … selamanya 
tentang manusia, kehidupannya, bukan kematiannya. Ya, biarpun yang 
ditampilkannya itu hewan, raksasa atau dewa atau hantu." Begitupun novel The 
Art of Racing in the Rain karya Garth Stein ini (untuk edisi bahasa Indonesia, 
Penerbit Serambi memberi judul pendek ENZO). Meskipun bernarator seekor anjing 
bernama Enzo, di dalamnya kita akan menemukan cerita kemanusiaan. Apalagi 
sebagai penutur dia sering menggunakan kata "aku" sehingga mau-tidak mau 
pembaca harus rela sementara waktu "menjadi" seekor anjing berjiwa manusia. 
Namun, yang teristimewa dari novel ini, Enzo ingin menjadi manusia, sebuah 
cita-cita yang tidak pernah terpikirkan oleh kita yang tahu-tahu lahir sebagai 
manusia.

Ketika kita memiliki cita-cita, kita akan merintis jalan untuk mencapainya. 
Misalnya, kita ingin menjadi dokter, maka kita akan memperhatikan secara 
saksama apa saja yang perlu dilakukan untuk menjadi dokter terbaik. Enzo yang 
berhasrat dan yakin akan lahir kembali sebagai manusia mengamati setiap kata 
dan perilaku orang-orang di sekelilingnya. Untungnya, sewaktu masih kecil dia 
dipungut oleh Denny Swift yang berprofesi sebagai pembalap pemula berbakat. 
Entahlah, seandainya Enzo diadopsi oleh seorang perampok, ceritanya mungkin 
akan sangat jauh berbeda.

Enzo mulai memiliki gagasan "gila" untuk menjadi manusia setelah dia menonton 
tayangan National Geographic di televisi. Menurut tayangan itu, di Mongolia, 
ketika seekor anjing mati, dia dikuburkan di tempat tinggi di atas bukit 
sehingga tidak ada orang yang akan menginjak kuburannya. Konon, sang pemilik 
berbisik kepada binatangnya bahwa dia berharap anjing itu akan lahir kembali 
sebagai manusia.

"Aku mengetahuinya dari acara National Geographic, jadi aku percaya itu benar. 
Tidak semua anjing akan terlahir kembali sebagai manusia, kata mereka (baca: 
National Geographic); hanya mereka yang sudah siap. Dan aku siap." (Hal. 136)

KOMEDI DAN TRAGEDI

Jika ada binatang yang menentang Teori Evolusi Darwin, itu pasti anjing bernama 
Enzo. Dia kesal karena Darwin menganggap manusia berkerabat dengan kera—padahal 
seharusnya dengan anjing. Dia lantas mendukung argumennya dengan sebuah bukti.

"Bulan purnama muncul. Kabut menggantung pada batang terendah pohon cemara. 
Manusia itu melangkah keluar dari sudut tergelap dan mendapati dirinya mulai 
berubah menjadi … seekor monyet? Kurasa tidak." (Hal. 32)

Di halaman lain, Enzo dengan polosnya berkata, jika diberi seperangkat 
komputer, dia akan berkarya seperti Stephen Hawking. Bahkan, sebagai seekor 
anjing, dia mengaku sedikit gila karena dia mulai belajar jalan seperti manusia.

Garth Stein memasukkan tokoh Eve sebagai istri Denny. Kehadiran Eve sempat 
membuat Enzo cemburu. Namun karena anjing itu sudah telanjur bercita-cita 
menjadi manusia yang baik, dia pun memutuskan untuk memperbaiki hubungan dengan 
istri majikannya itu. Enzo berkata, "Aku selalu ingin mencintai Eve sebagaimana 
Denny mencintainya, tapi aku tidak pernah berhasil karena aku takut. Dialah 
hujanku. Dialah unsur tak terduga bagiku …. Namun, … seorang pembalap 
seharusnya merangkul hujan." (Hal. 63)

Dalam cerita ini, Eve membawa unsur tragedi karena setelah melahirkan putrinya 
Zoë, dia terserang kanker otak. Dan coba tebak siapa yang pertama kali 
mengetahui penyakit yang diderita perempuan itu? Sudah pasti Enzo!

Pada suatu hari, ketika Denny sedang balapan dan di rumah hanya ada Eve, Zoë, 
serta Enzo, Eve tiba-tiba terserang sakit yang tak tertahankan. Dia 
muntah-muntah seperti akan mengembalikan seluruh isi perutnya keluar.

"Kenapa aku, Enzo?" tanya Eve meskipun dia tahu Enzo tidak memiliki jawaban. 
Lagipula itu pertanyaan retoris yang tidak membutuhkan jawaban. Namun itulah 
yang membuat anjing pemikir itu frustrasi. Dia tahu jawabannya karena dia bisa 
mengendus ada yang salah dalam kepala Eve, tetapi dia tidak bisa mengatakannya 
dalam bahasa manusia. "Seperti kayu lapuk, jamur, pembusukan," katanya tentang 
bau kanker di otak Eve.

Tragedi terparah menimpa keluarga Denny ketika Eve terpeleset di sungai saat 
keluarga kecil itu berlibur. Bukan hanya itu, kepalanya pun membentur batu. 
Dari sini, jalan cerita keluarga yang sepertinya akan bahagia ini berbelok. 
Setelah pulang dari sakit, Eve terpaksa tinggal di rumah orangtuanya yang 
kurang menyukai hubungan dia dengan Denny. Eve tinggal di sana sampai dia 
meninggal dunia meskipun dia sangat ingin berkumpul dengan anak dan suaminya, 
juga anjingnya

Tragedi kedua datang dari Annika, gadis remaja-dewasa yang mengagumi Denny. 
Pengarang menyimpan awal konflik Annika-Denny ini di bagian cerita ketika Eve 
masih hidup dan menjabarkannya secara lebih dalam setelah sang pembalap 
ditinggal istrinya. Gadis remaja ini membuat Denny harus berurusan dengan 
pengadilan atas tuduhan pemerkosaan. Untungnya, Enzo bisa bersaksi di hadapan 
hakim dan membebaskan majikannya.

SENI BALAPAN, SENI KEHIDUPAN

Garth Stein dengan cerdik memilih salah satu tokoh ceritanya sebagai pembalap 
karena filosofi hidup pembalap bisa menjadi teladan yang baik bagi kita. 
Sebagai contoh, saya kutipkan bagian dari halaman 68 dan 69.

Idealnya, seorang pengemudi atau pembalap adalah tuan dari segala sesuatu di 
sekitarnya …. Tapi kita tidak hidup di dunia ideal. Dalam dunia kita, terkadang 
kejutan terjadi, kesalahan dilakukan, insiden dengan pengemudi lain terjadi, 
dan si pengemudi harus bereaksi ….

Jika berlebihan, akan terjadi putaran ke arah sebaliknya, dan pusingan kedua 
ini jauh lebih cepat dan lebih berbahaya.

Judul buku ini terinspirasi oleh performa pembalap legendaris Ayrton Senna pada 
Grand Prix Eropa 1993. Ketika itu, Sirkuit Donington Park Inggris diguyur hujan 
sepanjang balapan berlangsung, dan Senna memulai balapan di posisi kelima dan 
berhasil finish sebagai juara kedua setelah Damon Hill. Sementara itu, bagi 
penggemar F1 nama Enzo akan mengingatkan pada sosok Enzo Ferrari, pendiri tim 
balap Scuderia Ferrari.

Terus terang, ketika membaca novel ini, saya merasakan kehangatan jiwa yang 
sama seperti saat menonton film Forrest Gump atau membaca Life of Pi. ***

Oleh:
Moh. Sidik Nugraha

IDENTITAS BUKU
Judul Panjang: The Art of Racing in The Rain
Judul Pendek: ENZO
Penulis: Garth Stein
Penerjemah: Ary Nilandari
Penerbit: Serambi Ilmu Semesta
Tebal: 408 halaman
Terbit: I, April 2009

Kirim email ke