HTML clipboard

 

Percikan Api Renaisans dari China
 
Resensi Buku 1434 
(Gavin Menzies)
Seputar Indonesia 
| Minggu, 21 Juni 2009 | Oleh Mohamad Asrori Mulky*
 
 
 
”BIARKAN China 
terlelap.Sebab, jika China terbangun, dia akan mengguncang dunia lagi,” kata 
Napoleon Bonaparte. Pernyataan Napoleon ini dapat kita tafsir paling tidak 
menjadi dua pengertian. 


Pertama, ada ketakutan yang mendalam dari bangsa Eropa terhadap 
eksistensi China.Karena, China dipandang sebagai bangsa yang memiliki potensi 
besar untuk dapat bersaing dan bisa jadi dapat mengungguli kejayaan Eropa 
sekarang ini. Kedua, pernyataan ini seakan memberi penanda bahwa China 
pernah menjadi bangsa yang besar dan digdaya. Menurut para sejarawan, sejarah 
kebudayaan China adalah salah satu sejarah kebudayaan tertua di dunia. 



Dari penemuan arkeologi dan antropologi, daerah China telah didiami oleh 
manusia 
purba sejak 1,7 juta tahun yang lalu. Penemuan ini cukup membuktikan betapa 
bangsa China telah mengalami proses kehidupan yang teramat panjang di alam 
dunia 
ini. Sebagai kebudayaan tertua di dunia, China memiliki perbedaan yang unik 
jika 
dibandingkan dengan kebudayaan dan peradaban dunia lain seperti Mesir dan 
Babilonia. Hal ini disebabkan sejarah kebudayaan China tidak pernah terputus 
selama hampir 5.000 tahun lamanya. 



Pergantian pemerintahan dari dinasti ke dinasti tidak mengakibatkan kebudayaan 
dan peradaban China 
mengalami kehancuran dan pergeseran yang teramat besar. Bahkan, hingga kini, 
peradaban bangsa China masih terus 
eksis dan bertahan, bahkan menjadi perhatian banyak orang, baik dari kalangan 
ilmuan, pengamat, arkeolog, sosiolog maupun kalangan lain. Menurut keterangan, 
orang seperti Ibnu Batutah dan Marco Polo di masanya sangat menaruh minat yang 
mendalam terhadap kebudayaan China. 



Melalui jasa kedua orang inilah, konon, dunia mengetahui kebesaran dan 
kemegahan 
kebudayaan bangsa China dalam segala bidang. Nabi Muhammad pun dalam satu 
riwayatnya pernah menyeru umat manusia untuk belajar ke negeri China. Pada 
titik 
inilah posisi Gavin Menzies dalam buku 1434 ini menjadi penting. Menzies 
memberi kesimpulan yang cukup mencengangkan bahwa kemajuan materi peradaban 
dunia saat ini, terutama dunia Eropa, sesungguhnya mendapat sumbangsih yang 
cukup besar dari hasil teknologi peradaban China. 



Kesimpulan Menzies ini sebetulnya ingin meluruskan pandangan yang mengatakan 
bahwa renaisans dilukiskan sebagai masa kelahiran kembali peradaban Eropa 
Klasik 
Yunani dan Romawi. Bagi Menzies justru percikan penularan pengetahuan 
intelektual China 
merupakan bukti yang tak dapat dimungkiri sebagai percikan api yang mengobarkan 
renaisans di Eropa hingga kini. Dalam buku setebal 430 halaman ini, Menzies 
memberikan banyak bukti tentang pengaruh 
China dalam kebangkitan kebudayaan Eropa 
sekarang ini.



Di antara temuan Menzies yang harus ketahui adalah menyangkut Cristopher 
Colombus. Bagi Menzies, Colombus bukanlah orang yang pertama kali menemukan 
Benua Amerika. Ada orang lain yang pernah menemukan benua itu sebelum Colombus 
menemukanya. Logikanya bagaimana mungkin seorang Colombus dapat menemukan Benua 
Amerika pertama kali pada 1492, sementara ia telah memiliki peta kawasan 
Amerika 
18 tahun sebelum ia melakukan perjalanan dan menemukan Benua Amerika? Begitu 
juga dengan kasus Magellan, sang penjelajah dari Portugis. 



Selama ini kita dipaksa meyakini bahwa Magellan adalah orang yang pertama kali 
menemukan Samudra Pasifik. Padahal, menurut Menzies, Martin Waldseemuller telah 
menerbitkan peta kawasan Amerika dan Samudra Pasifik pada 1507, 12 tahun 
sebelum 
Magellan melakukan pelayarannya. Lalu, pada 1515, empat tahun sebelum Magellan 
berlayar, Johannes Shoner menerbitkan sebuah peta yang memperlihatkan Selat 
Pasifik yang disebut “ditemukan” Magellan itu.



Namun, kedua pembuat peta ini, kata Menzies, bukan satu-satunya orang yang 
memiliki pengetahuan misterius tentang daratan yang belum pernah dilihat 
sebelumnya oleh mereka berdua. Ada orang lain—bangsa lain—yang mendahului 
Magellan dan kedua pembuat peta itu mengetahui benua Pasifik. Buku yang sarat 
dengan teka-teki ini juga membeberkan kepada kita bahwa Paolo Toscanelli pernah 
mengirimkan peta benua Amerika kepada Colombus dan Raja Portugal— dari Raja 
Portugal inilah Magellan mendapatkan peta benua Pasifik.



Sementara Toscanelli sendiri pernah bertemu Duta Besar China yang singgah ke 
Florensia, yang secara bersamaan pula duta besar ini bertemu Paus Eugenius IV. 
Pada saat itulah delegasi China memberikan segudang pengetahuan kepada 
Toscanelli dalam berbagai bidang ilmu: seni, geografi (termasuk peta-peta dunia 
yang kemudian diteruskan kepada Colombus dan Magellan), astronomi, matematika, 
percetakan, arsitektur, pembuatan baja, persenjataan militer,dan lainnya. 



Menzies juga menginformasikan kepada kita bahwa Leonardo da Vinci bukanlah 
seorang yang genius dan pintar sebagaimana kita yakini selama ini. Padahal, 
menurut Menzies, Leonardo tak lebih sebagai seorang juru gambar ketimbang 
penemu. 
Menzies meyakini, Leonardo banyak belajar dari seorang perancang dan insinyur 
andal, yaitu Francesco di Giorgio. Darinya Leonardo meniru cara membuat 
parasut, 
helikopter, kanal, saluran air, dan lainnya. 



Untuk menguatkan kesimpulan Menzies di atas, Dr Ladislao Reti, ahli tentang 
Leonardo dalam Helicopters and Whirlgigs, menyimpulkan bahwa sebuah model 
helikopter dalam bentuk mainan baling-baling anak-anak muncul di Italia sekitar 
1400 dari China dan memberi dasar teoretis bagi proyek helikopter Leonardo yang 
terkenal itu. Menzies juga memberi kesimpulan bahwa sumber pengetahuan yang 
dimiliki di Georgio tentang gambar-gambar mesin sepenuhnya diambil dari buku 
Nung Shu yang diterbitkan pada 1313 oleh bangsa China. 



Buku ini sempat menjadi sumber inspirasi bagi banyak kalangan cendekia. Buku 
1434 ini sangat penting dibaca karena memuat informasi yang baru, yang 
selama ini belum terpikirkan. Kita hanya meyakini bahwa renaisans pertama kali 
dikobarkan di daratan Eropa. 



* Mohamad Asrori Mulky, Peneliti Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) 
Universitas Paramadina Jakarta
 

____________________________ 
 
DATA BUKU

  Judul                : 
  1434: Saat Armada China Berlayar ke Italia dan Mengobarkan Renaisans 


  Penulis            : 
  Gavin Menzies 


  Penerjemah     : Kunti 
  Saptoworini

  Editor               : 
  Indi Aunullah

  Genre              : 
  Sejarah

  Cetakan           : I, 
  April 2009

  Ukuran             : 15 
  x 23 cm (plus flap 8 cm)

  Tebal               : 
  452 halaman

  ISBN                 : 
  978-979-3064-74-1

  Harga              : Rp. 
  89.000,-
 


==========================================
Pustaka Alvabet
Ciputat Mas Plaza Blok B/AD
Jl. Ir. H. Juanda No. 5A, Ciputat
Jakarta Selatan Indonesia 15411
Telp. +62 21  7494032, 
Fax. +62 21 74704875
www.alvabet.co.id




      

Kirim email ke