Simfoni Imaji
Oleh: Liven R, Roveny, Lea Willsen, Rita Nauli, Dewi, 
Suwanto
 

ISBN    :       9786028543569
Rilis   :       2010    
Halaman :       
86p
Penerbit:       Bisnis2030
Bahasa  :       Indonesia
Rp.30.250


Karya-karya puisi yang terhimpun dalam Simfoni Imaji, ialah karya terbaik para 
penyair yang berasal dari kota Medan, provinsi Sumatera Utara. Yang selama ini, 
telah teruji dan diapresiasi luas dalam ranah publik oleh para pembaca di 
berbagai media massa provinsi tersebut.
Liven R, Roveny, Lea Willsen, Rita Nauli, Dewi, dan Suwanto; telah menghadirkan 
gaya perpuisian yang cerdas, imajinatif, dan segar.
Eksplorasi ide dan karsa dari para penyair ini, semakin memperkaya khazanah dan 
memantapkan dinamika perkembangan sastra di Indonesia. Simfoni Imaji adalah 
karya-karya puisi yang mengusung kekuatan dalam olah berpikir 6 orang penyair 
di dalamnya. 

--------------------------

"Keberadaan
 kisah manusia, adalah rentang prosa dalam kehidupannya. Dan, merangkai 
kebenaran dari rahasia di dalam kisahnya, merupakan torehan balada dalam
 syair manusiawi."

Leonowens SP
Esais & Sastrawan

---------------------------


Endorse:

SUMATERA
 UTARA  semestinya bangga dan bahagia menyaksikan kelahiran buku 
antologi puisi “Simfoni Imaji”, sebuah hasil kerja keras dan kolaborasi 
enam penulisnya: Liven R, Roveny, Lea Willsen, Rita Nauli, Dewi dan 
Suwanto. 
Keberanian mereka dalam mengekspresikan ungkapan hati 
berpadu imajinasi, sehingga terabadikan dalam sebuah buku, selayaknya 
kita acungi jempol! Semoga penulis lain di Sumatera Utara terlecut untuk
 mengikuti jejak langkah mereka. Maju terus, sukses selalu! 

Kwa 
Tjen Siung
Redaktur Rubrik Taman Remaja & Pelajar.
Harian 
ANALISA-Medan 









SALUT kepada enam 
penulis Tionghoa! Salut, karena mereka yang selama ini lebih akrab 
dengan kalkulator, dunia ekonomi, ternyata masih ada yang berimajinasi 
dalam memaknai kehidupan. Sama halnya dengan jurnalis Tionghoa, meskipun
 langka, tapi tetap saja dapat ditemui.
Enam penyair dalam antologi 
puisi ini, umumnya bercerita tentang elegi kehidupan.  Hidup yang lara 
dalam pergolakan batin mereka, direpresentasikan lewat kata yang miris, 
keterbatasan daya meng-hadapi kenyataan hidup yang suram, mencekam. 
Elegi kehidupan dari puisi Liven R, Roveny, Lea Willsen, Rita Nauli, 
Dewi dan Suwanto, merupakan satu sisi kepedihan dan keprihatinan hidup 
yang dialami dan diungkapkan melalui kekuatan imaji. Keanekaragaman 
kisah (mungkin) berdasarkan pengalaman pribadi melalui proses sebuah 
pencarian tentang fiksi di satu pihak dan fakta di pihak lain.
Metafor-metafor
 bahasa yang digunakan penyair setidaknya telah mengalami proses 
pertimbangan, yang tidak sekadar hadir sebagai wilayah rekaan, akan 
tetapi ia terasa juga (seakan-akan) merupakan ungkapan pengalaman 
pribadi, yang dialami berdasar pada realitas kehidupan sehari-hari.  

Anthony
 Limtan
Redaktur Cerpen & Puisi
Harian ANALISA-Medan

MEMBACA
 puisi Liven R, Roveny, Lea Willsen, Rita Nauli, Dewi, dan Suwanto, kita
 merasa terbawa oleh perasaan yang mengharu-biru dari kisah perjalanan 
hidup manusia. Hidup bisa jadi sangat nestapa manakala dihadapkan pada 
kegagalan.
Pada dunia penyair, ditemui kebenaran hakiki tentang makna
 perjuangan dan pengabdian. Penyair aktif membangun kepekaan peradaban. 
Karena itu, lingkungan kehidupan manusia dan benda-benda, oleh penyair 
tidak hanya dijadikan sebagai objek penderita yang bersinggungan dengan 
dunia realitas, tetapi juga kontribusinya serta gerakan partisipatifnya 
terhadap alam dan makhluk hidup lainnya. 
Memasuki wilayah tak 
terhingga dalam dunia metafora kata-kata, bahasa puisi mereka bisa jadi 
hanya suatu rekaan kejadian, namun terasa sangat nyata dan bisa dialami 
oleh siapa saja dalam semesta kehidupan ini. Hidup yang selalu bergerak 
dan tak pernah statis, dunia empirik yang padanya ditemui berbagai 
pengalaman batin. 


Afrion
Sastrawan Sumatera Utara




Dunia
 imajinasi begitu penuh warna yang sering kali tak terlukiskan dengan 
kata, namun terekam oleh benak, diabadikan dalam kenangan. Masing-masing
 seniman menempuh caranya sendiri: lukisan, lagu, patung, film, buku, 
puisi. Sayangnya, di zaman canggih di mana teknologi menjadi world idol –
 bagi sebagian bahkan – secara literal, makin banyak orang lupa bahwa 
setiap langkah kemajuan zaman berawal dari imajinasi, keberanian 
bermimpi, memikul emosi, dan ketekunan berkarya. Imajinasi dan emosi 
adalah dua hal yang membedakan makhluk hidup dengan benda mati. 
Imajinasi adalah anugerah. Imajinasi adalah senyum Sang Pencipta Agung 
ketika Dia menepuk bahu Anda dan berkata, "Mari kita pikirkan sesuatu!"

Meiliana
 K. Tansri
Novelis, Jambi



http://www.bookoopedia.com/daftar-buku/pid-31707/simfoni-imaji.html

www.bookoopedia.com



Buy Globally, Pay Locally

Beli buku-buku Amazon dari Indonesia

No Credit Card needed, bayar rupiah


      

Kirim email ke