-----Original Message-----
From: Kartika Sari 
Sent: Monday, August 12, 2002 4:57 PM
Subject: FW: Waspadai Gangguan Siklus Haid..!




-----Original Message-----
From: Fransisca Hartanto 
Sent: 12 Agustus 2002 9:26
To: Erna; Fanita Melianty; Fariati; Febie; Feni Sidarta; Kartika Sari;
Lani Suria; Lie Fang; Lieke Lisana; M.K. Sandra; Margaretha Ratnawati;
Maria Soewito; Melani; R.Sugiaman; Tanti Kartika Sari
Subject: FW: Waspadai Gangguan Siklus Haid..!



-----Original Message-----
From: Eveline Savitri 
Sent: Monday, August 12, 2002 09:00 AM
To: Andri Susilowati; Yana Erlinda; Risa Hamliah; Penta Fani; Diah
Setijawati; Deasy Anggrayni; Liokawati Hartanu; Indriati Kosasih; Ria;
Rika Widjaya; Ellinda; Novita Bano; Rahmi Erpita; Ira Fahmidewi; Sri
Hesti; Sri Marmanti; Mia Esti Rezeki; Kus Andriati; Nenden Purwita; Nina
Nurani; Nining Sulasmi; Fifi Chalry; Eliyah; Euis; Fransisca Hartanto
Subject: FW: Waspadai Gangguan Siklus Haid..!

Waspadai Gangguan Siklus Haid..!

Jakarta, Kompas

Gangguan siklus haid, menjadi sangat pendek atau menjadi jauh lebih
panjang, harus diwaspadai. Apalagi jika disertai rasa tertekan pada kandung
kemih, dubur, maupun organ lain dalam rongga perut, bisa jadi hal itu
merupakan gejala kanker ovarium. Demikian dikemukakan dr Nasdaldy SpOG Onk
dalam ceramah umum tentang kanker ovarium di Rumah Sakit Kanker Dharmais
(RSKD), Jakarta, Selasa (6/8).

Menurut Nasdaldy, selain sel telur, ovarium juga memproduksi hormon
reproduksi, seperti estrogen dan progesteron. Jika sel-sel ovarium
terganggu, yang paling mudah dirasa adalah haid tak teratur.


Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat.
Sebelum tampak pembesaran perut, kista telah menekan organ-organ di daerah
perut. "Jika menekan kandung kemih, daya tampung kandung kemih berkurang
sehingga orang cenderung kencing (beser). Jika menekan dubur, penderita
akan sembelit. Kista juga bisa menekan panggul, pembuluh darah dan saraf,
menyebabkan perut bagian bawah tegang dan nyeri, terutama saat senggama,"
papar Nasdaldy.

Berbeda dengan kanker leher rahim yang mudah dideteksi dengan Pap-smear,
kanker ovarium boleh dikatakan silent killer alias pembunuh diam-diam.
Pasalnya, ovarium terletak di bagian dalam sehingga tak mudah dideteksi.
Sejauh ini belum ada metode deteksi dini yang memuaskan. Akibatnya, 70-80
persen kanker ovarium baru ditemukan pada stadium lanjut dan menyebar
(metastesis) ke mana-mana.

Hampir 50 persen kematian kanker ginekologi disebabkan kanker ovarium.
Padahal, angka kejadian hanya 25 persen kanker leher rahim. Menurut data
RSKD, kanker ovarium hanya sebanyak 30-50 kasus per tahun, sedang kanker
leher rahim sekitar 200 kasus.

Deteksi

Tumor ganas ovarium memang bisa dideteksi lewat petanda (marker) tumor
Ca-125. Tetapi, tidak semua sel tumor ganas ovarium memproduksi Ca-125.

Deteksi bisa juga dilakukan dengan ultrasonografi (USG) transvaginal. Meski
lebih sensitif dibanding USG biasa, tetapi tetap belum bisa mendeteksi
penyebaran sel tumor. "Seringkali kanker ovarium yang disangka masih
stadium dini, setelah dibedah baru ketahuan telah menyebar ke mana-mana,"
tutur Nasdaldy.

Oleh karena itu, pada pemeriksaan rutin Pap-smear, dokter atau bidan selalu
melakukan pemeriksaan dalam untuk melihat ada tidaknya benjolan/kista. Jika
terasa benjolan, pasien dianjurkan melakukan USG transvaginal untuk
memastikannya. Pemeriksaan penunjang lain adalah dengan CT-Scan, MRI,
maupun pemeriksaan laboratorium.

Penyebab pasti kanker ovarium belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor
risiko, antara lain tidak menikah, tidak punya atau sedikit anak, kebiasaan
menggunakan talk/ bedak tabur di daerah vagina, haid dini, menopause
terlambat, terkena radiasi, serta faktor genetik. Sedang yang menurunkan
risiko adalah pernah hamil dan mempunyai anak, menggunakan pil kontrasepsi
dan sterilisasi.

Umumnya penderita berusia 40 tahun ke atas, namun ti-dak tertutup
kemungkinan anak/remaja bisa terkena, biasanya karena faktor genetik.

Partikel bedak tabur, jelas Nasdaldy, dari vagina bisa naik ke ovarium dan
menempel pada luka saat terjadi pelepasan sel telur. Karena bersifat
karsinogenik (memicu kanker), bedak tabur akan mendorong sel ovarium
melakukan pembelahan tak terkendali.

Pada stadium sangat dini (IA) dan jenis sel tidak terlalu ganas,
tindakannya hanyalah operasi, kemudian diikuti perkembangannya. Pada
stadium lebih dari IA, karena risiko kambuh lebih besar maka operasi
dilanjutkan dengan kemoterapi. Radiasi tidak digunakan karena lokasi
penyebaran sel kanker terlalu luas. Apalagi, organ di rongga perut, seperti
hati dan ginjal, tidak mampu menahan radiasi dosis tinggi.

Salah satu penyebab tingginya angka kematian adalah penanganan tidak
memadai dari dokter sebelumnya. Yaitu operasi mempertimbangkan segi
kosmetik, tanpa memastikan tumor jinak atau ganas. Agar luka operasi
sekecil mungkin, kista hanya dipecah, disedot cairannya, kemudian ditarik
kulitnya. "Tindakan mencoblos kista meningkatkan stadium kanker karena sel
berserakan dan menyebar ke mana-mana," ujarnya.


---
Incoming mail is certified Virus Free.
Checked by AVG anti-virus system (http://www.grisoft.com).
Version: 6.0.295 / Virus Database: 159 - Release Date: 11/1/01
 

---
Outgoing mail is certified Virus Free.
Checked by AVG anti-virus system (http://www.grisoft.com).
Version: 6.0.295 / Virus Database: 159 - Release Date: 11/1/01
 

---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga untuk pasangan berulangtahun & rekan melahirkan? Klik, 
>http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke