satuwanita.com - Kesibukan orangtua zaman sekarang karena sibuk bekerja,
secara tidak langsung memiliki imbas pada anaknya. Seringkali orangtua
mempercayakan peran pembantu atau babi sitter untuk mengasuh anak-anaknya.

Memang sejauh peran pembantu yang hanya memenuhi kebutuhan fisik anak
sehari-hari tidak terlalu mengkhawatirkan. Tetapi ketika anak sudah
sedemikian dekat secara kejiwaan, sehingga sikap dan bahkan mimik mukanya
mirip pembantu, barulah orangtua ketakutan.


Apalagi ketika gaya bicara si kecil juga menyerupai gaya si mbok tersebut.
Hal seperti ini mungkin saja terjadi, ketika intensitas waktu si anak lebih
banyak dengan pengasuh daripada orangtua kandungnya.


Bukankah dalam masa perkembangannya, seorang anak akan mengekspresikan diri
lewat mimik dan gerak tubuh dengan cara menirunya dari orang-orang
terdekatnya. Dalam hal ini karena anak lebih lama bergaul dengan pengasuh
atau pembantu, maka mudah menyerap dan terpengaruh gaya pengasuh tersebut.


Kadang hubungan yang terlampau intim membuat anak banyak meniru mimik dan
gerak tubuh sang pengasuh. Sehingga orangtua akan menyimpulkan bahwa wajah
anaknya juga mirip dengan pengasuhnya.


Kalau ini terus berlangsung, tentu saja akan mempengaruhi sikap dan sifat
si anak di kemudian hari nanti. Meski pengaruh dari si pembantu atau
pengasuh itu belum tentu buruk. Tetapi orangtua wajar untuk khawatir,
apalagi demi masa depan si anak.


Sebenarnya menitipkan anak-anak pada pembantu tidak ada salahnya. Tetapi
orangtua harus menyadari bahwa ada perbedaan sosial budaya yang jauh antara
majikan dan pembantu.


Tentu saja tingkat pendidikan yang berbeda sangat berperan di sini.
Orangtua yang berpendidikan cenderung tinggi akan berbeda dalam mendidik
anak-anaknya.


Akibatnya pola mendidik anak yang ingin diterapkan orangtua akan
berbenturan dengan pola pendidikan dari si pengasuh. Ini bisa menimbulkan
kebingungan pada si anak untuk memilih mana yang harus diikutinya. Padahal
sehari-hari dia lebih sering bertemu dengan pengasuh daripada kedua
orangtuanya.


Banyak cara yang bisa dilakukan orangtua untuk mengatasi permasalahan ini.
Orangtua yang benar-benar memiliki waktu terbatas dengan anak-anaknya
mengaku mencoba mengatasi dengan manajemen waktu yang seefisien mungkin.


"Karena kami sibuk bekerja di pagi hari, maka di waktu malam kami
pergunakan waktu dengan sebaik mungkin. Yang penting kan kualitas bukan
kuantitas," ujar seorang wanita eksekutif.


Hampir senada dengan pendapat di atas, juga dikemukakan oleh Soraya Haque.
Bahkan Soraya membiasakan diri bersama dengan keluarga berdialog dengan
santai setiap malam.


"Biasanya selepas makan malam kita ngobrol apa saja. Cara seperti ini cukup
bermanfaat untuk saling mendekatkan diri dengan seluruh anggota keluarga.
Tentu saja anak juga diajarkan pendidikan agama."


Menurut Aya, boleh saja anak-anak dekat dengan pembantu di pagi hari,
tetapi di malam hari orangtua harus lebih banyak berperan. Dan kedekatan
emosional antara orangtua dan anak bisa dibangun dengan berbagai cara. Yang
antara lain lewat diskusi seperti disebutkan di atas atau melakukan piknik
dan berlibur bersama seluruh anggota keluarga.


Sumber: http://satumed.com/index.html/wanita/0,5561,0/





_________________________________________________________________
The information transmitted is intended only for the person or entity to
which it is addressed and may contain confidential and/or privileged
material.  Any review, retransmission, dissemination or other use of, or
taking of any action in reliance upon, this information by persons or
entities other than the intended recipient is prohibited.   If you received
this in error, please contact the sender and delete the material from any
computer.



>> Kirim bunga ke kota2 di Indonesia dan mancanegara? Klik, http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com

Kirim email ke