Subject: Meja kayu...anak.....
orang tua...!!!!
Meja Kayu
Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan
anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia
6 tahun.
Tangan orangtua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu.
Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun ringkih. Keluarga itu biasa
makan bersama di ruang makan. Namun, sang orangtua yang pikun ini sering
mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun,
membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh ke
bawah.
Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah
membasahi taplak. Anak dan menantunya pun menjadi gusar.
Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. "Kita harus lakukan
sesuatu, " ujar sang suami. "Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk
pak tua ini."
Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah
meja kecil di sudut ruangan. Disana, sang kakek akan duduk untuk makan
sendirian, saat semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan
piring, keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk si
kakek.
Sering saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka,
terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada airmata yang tampak
mengalir dari gurat keriput si kakek. Namun, kata yang keluar dari
suami-istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan
lagi.
Anak mereka yang berusia 6 tahun memandangi semua dalam
diam. Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya
yang sedang memainkan mainan kayu. Dengan lembut ditanyalah anak itu.
"Kamu sedang membuat apa?". Anaknya menjawab, "Aku sedang membuat meja
kayu buat ayah dan ibu untuk makan saatku besar nanti. Nanti, akan
kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan." Anak itu
tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.
Jawaban itu membuat kedua
orangtuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata
lagi. Lalu, airmatapun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak
ada kata-kata yang terucap, kedua orangtua ini mengerti, ada sesuatu yang
harus diperbaiki.
Malam itu, mereka menuntun tangan si kakek untuk
kembali makan bersama di meja makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat
ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda. Kini,
mereka bisa makan bersama lagi di meja
utama. =====================================================
Teman, anak-anak adalah persepsi dari kita. Mata mereka akan
selalu mengamati, telinga mereka akan selalu menyimak, dan pikiran
mereka akan selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan.
Mereka adalah peniru. Jika mereka melihat kita memperlakukan orang
lain dengan sopan, hal itu pula yang akan dilakukan oleh mereka saat
dewasa kelak. Orangtua yang bijak, akan selalu menyadari, setiap "bangunan
jiwa" yang disusun, adalah pondasi yang kekal buat masa depan
anak-anak.
Mari, susunlah bangunan itu dengan bijak. Untuk
anak-anak kita, untuk masa depan kita, untuk semuanya. Sebab, untuk mereka
lah kita akan selalu belajar, bahwa berbuat baik pada orang lain, adalah
sama halnya dengan tabungan masa
depan. ========================================================
Jika
anak hidup dalam kritik, ia belajar
mengutuk
Jika
anak hidup dalam kekerasan, ia belajar
berkelahi
Jika
anak hidup dalam pembodohan, ia
belajar jadi pemalu
Jika
anak hidup dalam rasa dipermalukan, ia
belajar terus merasa
bersalah
Jika
anak hidup dalam toleransi, ia belajar
menjadi sabar
Jika
anak hidup dalam dorongan, ia belajar
menjadi percaya
diri
Jika
anak hidup dalam penghargaan, ia
belajar mengapresiasi
Jika
anak hidup dalam rasa adil, ia belajar
keadilan
Jika
anak hidup dalam rasa aman, ia belajar
yakin
Jika
anak hidup dalam persetujuan, ia
belajar menghargai diri
sendiri
Jika
anak hidup dalam rasa diterima dan
persahabatan, ia belajar mencari cinta di seluruh
dunia.
Betapa terlihat
disini peran orang tua sangat penting karena mereka diistilahkan oleh
Khalil Gibran sebagai busur kokoh yang
dapat melesatkan anak-anak dalam menapaki jalan masa
depannya.
Tentu hari ini
harus lebih baik dari hari kemarin, dan esok harus lebih baik dari hari
ini dan tentu kita selalu berharap generasi yang akan datang harus lebih
baik dari kita....
Benarkan
ibu-ibu atau bapak-bapak??
Terima kasih apabila anda telah
membacanya ....
|