Dari temen-nya temen.

Regards,
Ellin Fitria


----- Original Message ----- 
From: Arvin Mareta 
To: Ellin Fitria ; Rustati 
Sent: Thursday, December 08, 2005 10:51 AM
Subject: FW: [Share] Pengasuh bermasalah 


Gw dapat cerita tentang pembokat yang bermasalah neh.

Dari orangnya sendiri (Temen gw), mungkin lo mau forward email ini

 

Arvin Mareta [ +62812 9098909 ]

 

[EMAIL PROTECTED]   [EMAIL PROTECTED]


--------------------------------------------------------------------------------

From: Anik DAMAYANTI [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, December 07, 2005 4:19 PM
To: 'Arvin Mareta'; 'Arvin Mareta'
Subject: FW: [Share] Pengasuh bermasalah 

 

 

Sejak lama kami (saya dan suami) sebenarnya sudah menaruh kekhawatiran (lebih 
tepatnya: kecurigaan) terhadap pengasuh tentang ketulusan cara mengasuhnya 
terhadap buah hati kami, Umar. Sampai pada puncaknya, dia selalu mengeluh 
kebiasaan Umar yang selalu muntah kalo disuapin olehnya. 

Pada suatu Sabtu, saya memutuskan konsultasi ke ahli gizi di RS Haji karena 
masalah muntahnya Umar. Saya berangkat dengan pengasuh dan Umar (kebetulan ayah 
lagi training ke luar). Dari ahli gizi kami menerima beberapa masukan utk 
komposisi dan jadwal makan Umar sekaligus kekhawatirannya tetang kemungkinan 
ada "sesuatu" dengan lambung Umar. Setelah ke ahli gizi, sekalian aja 
konsultasi ke DSA-nya Umar di RS yang sama.Saya kemukakan hasil konsultasi dari 
ahli gizi. Dokter pun berkomentar "Seandainya ada sesuatu dengan lambung, 
kondisinya pasti jauh lebih buruk dari sekarang". Artinya BB Umar memang kurang 
(hanya 8kg untuk usianya yang 13 bulan) tapi bukan berarti ada kelainan di 
lambung karena dari tampilan fisik dan aktifitasnya sehat dan lincah. Lalu ada 
satu pertanyaan DSA yang membuat saya sadar akan sesuatu... "Apakah kalo 
disuapin selain pengasuhnya, Umar tetap muntah juga?" Nah, sewaktu mudik 10 
hari di Kudus selalu disuapin eyangnya, kok fine-fine aja ya? 

Saya sampaikan hasil dari ahli gizi dan DSA ke ayahnya Umar via telepon. 
Kebetulan selama ayah di India, tantenya Umar menemani saya di Jakarta. Kami 
wanti-wanti ke tantenya untuk memantau aktifitas pengasuh dan kalo Umar maem 
harus didampingi tantenya. Selama tantenya di Jakarta, Umar sangat jarang 
sekali muntah, jika tidak bisa dikatakan tidak pernah kecuali muntah karena 
nangis atau batuk, itupun sangat jarang.
Saya berusaha menghindarkan su-uzhan terhadap pengasuh tapi kok ya.. makin lama 
makin nyebelin. Jika saya menyampaikan koreksi terhadap dia, saya "hanya" 
menerima plengosan dari dia. "Mbak, lain kali kalo masak untuk Umar jangan 
keasinan ya.." Yang saya terima adalah diamnya dia sambil wajahnya tidak sedap 
dipandang (merengut) sembari ngeloyor pergi. Astaghfirulloh.. saya hanya 
menghela nafas. Saya bukan orang yang sabar tapi di depan pengasuh atau 
pembantu saya tidak pernah main bentak karena saya sadar saya meninggalkan anak 
saya sendirian seharian hanya bedua dengannya. Saya takut pengasuh akan 
melampiaskan pada anak. Atau kalo tidak, dia akan menjawab "Kalo ibu tidak puas 
dengan kerjaan saya, silakan aja cari pengganti"

Saya terus berkonsultasi dengan suami tentang perilaku pengasuh sekaligus saya 
complain ke yayasan supaya pihak yayasan yang akan memberi masukan/saran ke 
pengasuh karena saya sudah cape ngomong cuman dapet plengosan atau tantangan 
dari pengasuh.
Akhirnya pada suatu ketika, sudah bulat kami memutuskan untuk menggantinya. 
Tapi sebelum kami yakin dapat pengganti kami tidak akan bilang karena khawatir 
dia jadi makin besar kepala. Alhamdulillah insyaAlloh saya sudah konfirm dapet 
pengganti dari yayasan lain. Dan entah kenapa pada suatu pagi yang selalu 
sibuk, saya masak, Umar disuapin makan pagi oleh pengasuh dan tantenya. Ketika 
saya bersiap-siap ke kantor, pengasuh masuk ke kamar saya dan minta berhenti. 
Tidak perlu saya yang berhentikan dia sendiri yang minta. Langsung aja saya 
jawab iya, tapi selesaikan tugas dengan baik sampai akhir bulan. Saya katakan 
"kamu selesaikan tugasmu sampai tanggal 30, dan kamu pulangnya tanggal 1 Des 
pagi aja" Dua hari sebelum dia keluar, penggantinya sudah ada di rumah untuk 
adaptasi dan belajar tugas-tugasnya dari pengasuh lama. Tapi ternyata dia minta 
pulang tgl 30 Nov sore. Silakan aja...
Pada hari terakhir pengasuh itu bekerja, saya menelpon yayasan untuk 
memberitahukan hal ini dari kantor saya. Saya paparkan keluhan bahwa dia sulit 
dikoreksi dengan jawaban yang tidak sepatutnya dan kerjanya tidak tulus, asal 
jadi. Dan saya menerima masukan pula dari yayasan, bahwa pengasuh pernah 
mengeluh tentang makanan yang diangetin lagi. Saya bilang, meskipun makanan 
diangetin, tidak pernah sampai 2 hari, paling banter untuk sarapan aja. Wajar 
dong karena di rumah hanya ada saya dan pengasuh (ayahnya Umar tugas di 
bandung, pulang di akhir pekan saja). Kalo makanan itu masih layak makan kenapa 
tidak? Dan saya pun makan makanan yang sama, tidak pernah membedakan piring 
sekalipun. Saya tidak pernah memberikan makanan basi atau yang tidak layak, 
tidak pernah. Bahkan saya bela-belain tiap pagi masak untuk dia, dan misalnya 
saya tidak masak karena tidak enak badan, saya pun memberikan uang makan 
pengganti selayaknya. Dan di sekitar rumah banyak yang berjualan.


Setelah pengasuh itu pergi, hari berikutnya saya mendengar berita-berita miring 
bahwa dia sering bentak Umar bahkan pernah memukul Umar. Astaghfirulloh... 
bagaikan kena petir di pagi bolong, saya pingin nangis dan marah besar pada 
pengasuh itu. 
Tetangga cerita bahwa dia hobi banget "nonggo" (istilah jawa). Dan kalo udah 
nonggo lupa waktu, kalo ngobrol pun tak jarang, misalnya Umar nangis dibiarkan 
saja.
Ternyata dia juga suka berhutang (uang) pada tetangga dan bilang bahwa 
seolah-olah saya tidak memperhatikan kesejahteraannya. Astaghfirulloh... fitnah 
macam apa ini? Dia pun bercerita kepada salah satu tetangga bahwa saya tidak 
memberikan ongkos transport pulang mudik. Akhirnya dengan tidak bermaksud 
membuka kembali apa-apa yang saya berikan padanya, saya ceritakan kebenaran 
kepada tetangga tsb: bahwa saya pun memberikan beasiswa untuk anaknya di 
kampung karena salah satu anaknya sudah sekolah. THR saya tambahkan dari yang 
seharusnya, ongkos transport saya penuhi sesuai yang dia minta. Setiap dia cuti 
dan liburan ke yayasannya selalu saya ongkosin sepantasnya (bahkan hampir 
setara dengan harga cuti per harinya). Masalah makanan, dia makan apa yang saya 
makan. Kita ke carrefour dan kita makan di restoran pun dia makan yang sama. 
Buka puasa dengan keluarga pun dia ikut makan di Wong Solo, menu pun sama.
Saya berusaha jika mengoreksi kesalahannya dengan baik-baik tapi apa yang saya 
terima, plengosan?? Bisa jadi dia sering bentak-bentak anak saya, orang 
bundanya Umar aja ditantang untuk cari penggantinya kok kalo lagi ngoreksi 
dia... Astaghfirulloh..

Terus terang saya memendam perasaan marah besar pada pengasuh tsb. Saya telpon 
lagi yayasan. Meilani (penghubung yayasan) bilang bahwa menurut pengasuh cuman 
bermasalah dengan Ibu, dengan anak ataupun bapak (suami saya) itu baik2 saja. 
Saya tekankan lagi, suami itu komplain-nya melalui istri, dia tidak merasa 
bahwa ayahnya Umar bahkan yang lebih besar komplainnya terhadap dia daripada 
saya sendiri. Saya katakan jika tak percaya silakan anda telepon suami saya, 
sekarang beliau ada di Bandung. Saya kasih no.hp suami tapi sampai saat ini 
suami tidak pernah dihubungi atau dimintai konfirmasi apapun. Bahkan suami saya 
pun senewen dibuatnya karena suami pun sering complain berat dengan kebiasaan 
"nonggo"nya. Bagaimana dia bisa bilang tidak ada masalaha dengan anak, jika 
anak disuapin dia selalu muntah? Bayi memang belum bisa bicara, tapi respon 
bayi terhadap seseorang itu menandakan pengasuh cukup serius bermasalah dengan 
anak saya. Dan selama ada saya, anak saya tidak mau ditinggal barang sebentar 
oleh saya. Meski bermain, saya harus ada di sebelahnya as if he asked for my 
protection of something. Di telpon meilani selalu bilang apa yang dikatakan 
pengasuh beda dengan apa yang saya katakan. Tentu saja, masing-masing melihat 
dari 2 sudut pandang yang berbeda! Sampai saya katakan "Silakan pertemukan kita 
bertiga (keluarga kami - pengasuh - yayasan) supaya kita bisa mengklarifikasi 
siapa yang bicara dusta" Sekali lagi hingga saat ini tidak pernah dipertemukan.
Dari diri saya sendiri sebenarnya ingin mendengar kebenaran dari pengasuh ybs, 
apakah tetangga saya yang mengada-ada atau memang pengasuh tersebut berbuat 
tidak patut terhadap anak yang diasuhnya? Jika memang tetangga saya mengarang 
cerita, saya akan minta maaf dan bisa dipertemukan antara pengasuh dan 
tetangga/saksi. Tetapi jika pengasuh tersebut pernah membentak-bentak atau main 
pukul anak saya, saya harus memastikan bahwa ada skorsing dari yayasan untuk 
pengasuh tsb dan harus ada pembinaan akhlak khusus baginya supaya tidak ada 
lagi konsumen yang dirugikan seperti saya. 
Saya kejar terus kebenaran. Saya kirim sms yang isinya: "Ass. Sampai saat ini 
kami belum menerima klarifikasi dari pihak yayasan atau pengasuh. Jika berita2 
yg saya dengar adlh salah, silakan pertemukan pengasuh dengan saksi-saksi. Jika 
berita2 itu ternyata benar maka saya tunggu permohonan maaf dari anda. 
Sesungguhnya Alloh Maha Tahu."
Tapi tidak ada balasan.
Akhirnya Jumat malam saya telpon, dan tanyakan apakah sudah menerima sms saya? 
Saya ingin mendengar tanggapannya. Meilani bilang "mungkin kalo bentak itu 
karena perangai ybs memang kasar Bu.." Alasan konyol macam apa ini? Apakah 
mereka sengaja memasarkan baby sitter yang kasar?? Meilani juga bilang "Di 
rumah Ibu ada adik ibu ya yang seolah-olah mengawasi kerja ybs?" Saya 
jawab:"Jika pengasuh ybs memang baik-baik dan ikhlas, ada ataupun tidak ada 
yang mengawasi, ada atau tidak ada anggota keluarga di rumah, dia akan tetap 
bekerja dengan baik. Misalnya pun tidak ada orang di rumah, sesungguhnya Alloh 
yang Maha Mengawasi" Meilani pun terdiam.. dan selanjutnya pembicaraan kami 
terputus dari seberang.. saya tidak tau sengaja atau tidak putusnya pembicaraan 
kami saat itu.
Dan hingga saat ini, sesaat sebelum saya nulis sharing di blog ini, saya kirim 
SMS lagi yang isinya" "Jika tidak ada klarifikasi atau permohonan maaf dan 
tindakan skorsing thd pengsuh ybs, jgn heran jika esok ada kisah ini di media 
massa spy tidak ada konsumen lain yang dirugukan". Akhirnya karena saya tidak 
tahan memendam rasa ini, kutulis sharing ini di blog ini...

Jujur saja, kami kecewa dengan tindakan dan perilaku pengasuh yang disalurkan 
oleh yayasan itu, dan saya lebih kecewa lagi karena dari sekian keluhan saya 
tidak ada satu pun yang digubris untuk diclear-kan kebenarannya. Kehendak saya 
adalah jika memang pengasuh berlaku tidak sepatutnya wajib menerima hukuman 
dari yayasan berupa pembinaan khusus. Baik permohonan maaf, perasaan menyesal 
dan bersalah, tidak saya terima dari kedua belah pihak: yayasan dan pengasuh. 
Yang saya sesalkan adalah yayasan ini yayasan muslimah, yang seharusnya 
mengedepankan pembinaan akhlak. Mereka menyebut dirinya yayasan "plus" karena 
mendidik dengan pembinaan akhlak pada pengasuhnya. Tapi kenyataannya?

Dengan maksud bahwa saya tidak ingin ibu-ibu yang lain mengalami kerugian yang 
menimpa saya, berikut saya deskripsikan identitas pengasuh bermasalah tsb dan 
yayasan penyalurnya:
Nama pengasuh: Nur Ambiyati
Usia (per 2005): 26 th
Asal: Cilacap, Jawa Tengah
BB/TB: 50kg/145-150cm (ukuran pendek)
Deskripsi singkat: Dia sudah berkeluarga dan memiliki 2 anak, keduanya 
perempuan 4th dan 8th (kelas 2 SD). Suami di kampung sebagai petani sekaligus 
mengurus anak mereka. (Sayangnya kami tidak meiliki foto pengasuh ybs).

Nama yayasan: KSP (Kelompok Swadaya Perempuan) Teratai.
Alamat sekarang di Cibubur, dan sebelumnya di Jl. Raden Saleh Depok. Alamat 
sekarang saya blm tau karena memang baru pindah lokasi dan tidak ada 
pemberitahuan kepada kami yang notabene konsumen mereka.
Yang saya tau dari surat perjanjian kerja sama di awal pengambilan pengasuh, 
yayasan ini diketuai oleh: dr Tati
Alamat akan menyusul selengkapnya karena saya tidak hapal.

Saya tidak bermaksud  merusak nama baik yayasan ini sebab mungkin tidak semua 
pengasuh yang mereka salurkan bermasalah seperti ini. Saya hanya ingin 
mengingatkan ibu-ibu yang turut membaca blog saya ini untuk lebih selektif 
mengambil pengasuh bagi putra-putri anda. Namun misalnya ada itikad baik dari 
pihak yayasan, setidaknya akan ada upaya dari pihak yayasan untuk 
mempertemukan, meng-clearkan dan selanjutnya mendamaikan. Hingga saat ini 
itikad itu tidak saya jumpai pada yayasan tsb, bahkan seolah melindungi 
pengasuh yang mereka salurkan tanpa mencari kebenaran dan kebaikan untuk semua 
pihak. Ada rasa kecewa yang mendalam di sini karena ini berkaitan dengan sang 
buah hati.. 

Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui atas segala sesuatu.

dari kami yang sedang berduka,
Anik, Anto dan Umar

Alamat blog kami: Mylittlefamily.multiply.com

 

Kirim email ke