Dear Mbak Riski n all,
Nambahin dr Mbak Intan nih... aku kasih artikel dr Wrb sehat yah ttg demam
Biat tambah jelas

Rgds,
Uci mamaKavin
APAKAH DEMAM ITU?

Tubuh kita memiliki hipotalamus anterior di otak yang bertugas mengatur
agar suhu tubuh stabil (termostat) yaitu berkisar 37 +/- 1 derajat selsius.

Pengukuran Suhu

Suhu di daerah dubur (temperatur rektal) paling mendekati suhu tubuh
sebenarnya (core body temperature). Suhu di daerah mulut atau ketiak
(aksila) sekitar 0,5 sampai 0,8 derajat lebih rendah dari suhu rektal, dengan
catatan setelah pengukuran selama minimal 1 menit. Tidak dianjurkan
mengukur (“menebak”) suhu tubuh berdasarkan perabaan tangan (tanpa 
mempergunakan termometer)

Fisiologi Demam (Bagaimana Demam Terjadi)

Demam biasanya terjadi akibat tubuh terpapar infeksi mikroorganisme (virus,
bakteri, parasit). Demam juga bisa disebabkan oleh faktor non infeksi seperti
kompleks imun, atau inflamasi (peradangan) lainnya. Ketika virus atau bakteri
masuk ke dalam tubuh, berbagai jenis sel darah putih atau leukosit
melepaskan “zat penyebab demam (pirogen endogen)” yang selanjutnya 
memicu produksi prostaglandin E2 di hipotalamus anterior, yang kemudian
meningkatkan nilai-ambang temperatur dan terjadilah demam. Selama
demam, hipotalamus cermat mengendalikan kenaikan suhu sehingga suhu
tubuh jarang sekali melebihi 41 derajat selsius.

DAMPAK DEMAM

Dampak Menguntungkan terhadap Fungsi Imunitas (Daya Tahan) Tubuh

Beberapa bukti penelitian ‘in-vitro’ (tidak dilakukan langsung terhadap tubuh
manusia) menunjukkan fungsi pertahanan tubuh manusia bekerja baik pada 
temperatur demam, dibandingkan suhu normal. IL-1 dan pirogen endogen
lainnya akan “mengundang” lebih banyak leukosit dan meningkatkan
aktivitas mereka dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Demam
juga memicu pertambahan jumlah leukosit serta meningkatkan  produksi/
fungsi interferon (zat yang membantu leukosit memerangi mikroorganisme).

Dampak Negatif

Pertama, kemungkinan dehidrasi (kekurangan cairan tubuh). Ketika
mengalami demam, terjadi peningkatan penguapan cairan tubuh sehingga
anak bisa kekurangan cairan.

Kedua, kekurangan oksigen. Saat demam, anak dengan penyakit paru-paru  
atau penyakit jantung-pembuluh darah bisa mengalami kekurangan oksigen 
sehingga penyakit paru-parau atau kelainan jantungnya   infeksi saluran
napas akut (Isakan semakin berat.

Ketiga, demam di atas 42 derajat selsius bisa menyebabkan kerusakan
neurologis (saraf), meskipun sangat jarang terjadi. Tidak ada bukti penelitian
yang menunjukkan terjadinya kerusakan neurologis bila demam di bawah 42
derajat selsius.

Terakhir, anak di bawah usia 5 tahun (balita), terutama pada umur di antara 6
bulan dan 3 tahun, berada dalam risiko kejang demam (febrile convulsions),
khususnya pada temperatur rektal di atas 40 derajat selsius. Kejang demam
biasanya hilang dengan sendirinya, dan tidak menyebabkan gangguan
neurologis (kerusakan saraf). Lihat guideline kejang demam.

Demam seringkali disertai dengan gejala lain seperti sakit kepala, nafsu
makan menurun (anoreksia), lemas, dan nyeri otot. Sebagian besar di
antaranya berhubungan dengan zat penyebab demam tadi.

Demam pada Infeksi Virus

Demam pada bayi dan anak umumnya disebabkan oleh infeksi virus. Pada
demam yang disertai sariawan, ruam cacar, atau ruam lainnya yang mudah 
dikenali, virus sebagai penyebab demam dapat segera disimpulkan tanpa
membutuhkan pemeriksaan khusus. Demam ringan juga dapat ditemukan
pada anak dengan batuk pilek (common colds), dengan rinovirus salah satu
penyebab terseringnya. Penyebab lain demam pada anak adalah enteritis
(peradangan saluran cerna) yang disebabkan terutama oleh rotavirus.

Penyakit yang disebabkan virus adalah self-limiting disease (akan berakhir
dan sembuh dengan sendirinya).

Demam pada Infeksi Bakteri

Di antara demam yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada anak, salah satu
yang paling sering ditemukan adalah infeksi saluran kemih (ISK). Umumnya
tidak disertai dengan gejala lainnya. Risiko paling besar dimiliki bayi yang
berusia di bawah 6 bulan.

Infeksi bakteri yang lebih serius seperti pneumonia atau meningitis (infeksi
selaput otak) juga dapat menimbulkan gejala demam. Namun demikian
persentasenya tidaklah besar. Dari bayi > 3 bulan dan anak 1-3 tahun
dengan demam > 39C, hanya 2% (1–3.6%) saja yang bakterinya sudah
memasuki peredaran darah (bakteremia).
Pada golongan usia ini, program imunisasi HiB berhasil menurunkan risiko
meningitis bakterial secara sangat signifikan. S. pneumoniae (penyebab 
utama infeksi bakteri yang cukup serius) hanya ditemukan pada < 2 %
populasi. Dan sebagian besar anak dalam golongan usia ini dapat
mengatasi S. pneumoniae tanpa antibiotika. Hanya 10 %-nya yang berlanjut
menjadi pneumonia yang lebih berat dan 3-6 % menjadi meningitis.

Usia yang menuntut kewaspadaan tinggi orangtua dan dokter adalah usia di
bawah 3 bulan. Bayi harus menjalani pemeriksaan yang lebih teliti karena 10
%-nya dapat mengalami infeksi bakteri yang serius, dan salah satunya
adalah meningitis. Untuk memudahkan penilaian risiko tersebut, Rochester
menetapkan beberapa poin untuk mengidentifikasi risiko rendah infeksi
bakteri serius pada bayi yang demam. Kriteria Rochester ini adalah:
*       Bayi tampak baik-baik saja
*       Bayi sebelumnya sehat :
*       Lahir cukup bulan (>= 37 minggu kehamilan)
*       Tidak ada riwayat pengobatan untuk hiperbilirubinemia (kuning) tanpa
sebab yang jelas
*       Tidak ada riwayat pengobatan dengan antibiotika
*       Tidak ada riwayat rawat inap
*       Tidak ada penyakit kronis atau penyakit lain yang mendasari demam
*       Dipulangkan dari tempat bersalin bersama / sebelum ibu

*       Tidak ada tanda infeksi kulit, jaringan lunak, tulang, sendi, atau 
telinga
*       Nilai laboratorium sebagai berikut  :
*       Leukosit 5000 – 15000/µl
*       Hitung jenis neutrofil batang 1500/µl
*       <=10 leukosit/LPB di urin
*       <= 5 eritrosit (sel darah merah)/LPB pada feses bayi dengan diare



Walaupun diketahui bahwa sebagian besar penyebab demam adalah infeksi
virus, namun data menunjukkan bahwa justru sebagian besar tenaga medis 
mendiagnosisnya  sebagai infeksi bakteri. Dalam satu penelitian di Amerika
Serikat, persentase ini mencapai 56 %. Dan pada penelitian yang sama
masih ditemukan adanya pemberian antibiotik pada demam yang belum
jelas diidentifikasi penyebabnya (virus atau bakteri).

Efek Obat Pereda Demam (Antipiretik)

Sebuah penelitian melaporkan relawan dewasa yang secara sukarela
diinfeksi virus Rhinovirus dan diterapi dengan aspirin dosis terapetik (dosis
yang lazim digunakan dalam pengobatan), lebih cenderung menjadi sakit
dibandingkan yang mendapatkan plasebo. Hasil serupa (meski tidak
signifikan), dilaporkan dengan penggunaan aspirin dan parasetamol. Lebih
lanjut, penggunaan kedua obat ini, ditambah ibuprofen, meningkatkan
penyumbatan di hidung (obstruksi nasal) dan menekan respon antibodi
Penelitian-penelitian lain belum menunjang temuan ini.

Pada sebuah survei terhadap 147 anak dengan infeksi bakteri, tidak ada 
perbedaan lama rawat inap pada mereka yang diberi dua atau lebih obat
antipiretik, dibandingkan yang menerima satu, atau sama sekali tidak diberi
antipiretik.

Sebuah penelitian randomized terhadap anak-anak demam yang diduga
akibat virus, menunjukkan parasetamol tidak mengurangi lamanya demam
dan tidak menghilangkan gejala-gejala yang terkait. Namun demikian,
parasetamol membuat anak sedikit lebih aktif dan lebih bugar.

REKOMENDASI TATA LAKSANA DEMAM

Pengobatan dengan Antipiretik

Mekanisme Kerja

Parasetamol, aspirin, dan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) lainnya
adalah antipiretik yang efektif. Bekerja dengan caramenghambat produksi
prostaglandin E2 di hipotalamus anterior (yang meningkat sebagai respon
adanya pirogen endogen).

Parasetamol

Parasetamol adalah obat pilihan pada anak-anak. Dosisnya sebesar 10-15 
mg/kg/kali.

Parasetamol dikonjugasikan di hati menjadi turunan sulfat dan glukoronida,
tetapi ada sebagian kecil dimetabolisme membentuk intermediet aril yang
hepatotoksik (menjadi racun untuk hati) jika jumlah zat hepatotoksik ini
melebihi kapasitas hati untuk memetabolismenya dengan glutation atau
sulfidril lainnya (lebih dari 150 mg/kg). Maka sebaiknya tablet 500 mg tidak
diberikan pada anak-anak (misalnya pemberian tiga kali tablet 500 mg dapat
membahayakan  bayi dengan berat badan di bawah 10 kg). Kemasan berupa
sirup 60 ml lebih aman.

Aspirin

Merupakan antipiretik yang efektif namun penggunaannya pada anak dapat 
menimbulkan efek samping yang serius. Aspirin bersifat iritatif terhadap
lambung sehingga meningkatkan risiko ulkus (luka) lambung, perdarahan, 
hingga perforasi (kebocoran akibat terbentuknya lubang di dinding lambung).
Aspirin juga dapat menghambat aktivitas trombosit (berfungsi dalam
pembekuan darah) sehingga dapat memicu risiko perdarahan). Pemberian
aspirin pada anak dengan infeksi virus terbukti meningkatkan risiko Sindroma
Reye, sebuah penyakit yang jarang (insidensinya sampai tahun 1980
sebesar 1-2 per 100 ribu anak per tahun), yang ditandai dengan kerusakan
hati dan ginjal. Oleh karena itu, tidak dianjurkan untuk anak berusia < 16
tahun.

Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)

Jenis OAINS yang paling sering digunakan pada anak adalah ibuprofen.
Dosis sebesar 5-10 mg/kg/kali mempunyai efektifitas antipiretik yang setara
dengan aspirin atau parasetamol. Sama halnya dengan aspirin dan OAINS
lainnya, ibuprofen bisa menyebabkan ulkus lambung, perdarahan, dan
perforasi, meskipun komplikasi ini jarang pada anak-anak. Ibuprofen juga
tidak direkomendasikan untuk anak demam yang mengalami diare dengan
atau tanpa muntah.

Jenis Lainnya

Turunan pirazolon seperti fenilbutazon dan dipiron, efektif sebagai antipiretik,
tetapi jauh lebih toksik (membahayakan).

Terapi Suportif

Upaya Suportif yang Direkomendasikan

Tingkatkan asupan cairan (ASI, susu, air, kuah sup, atau jus buah). Minum
banyak juga mampu menjadi ekspektoran (pelega saluran napas) dengan
mengurangi produksi lendir di saluran napas. Jarang terjadi dehidrasi berat
tanpa adanya diare dan muntah terus-menerus.. Hindari makanan berlemak 
atau yang sulit dicerna karena demam menurunkan aktivitas lambung.

Kenakan pakaian tipis dalam ruangan yang baik ventilasi udaranya. Anak 
tidak harus terus berbaring di tempat tidur)tetapi dijaga agar tidak melakukan
aktivitas berlebihan.

Mengompres atau anak dengan air hangat dapat dilakukan jika anak rewel 
merasa sangat tidak nyaman, umumnya pada suhu sekitar 40 selsius.
Mengompres dapat dilakukan dengan meletakkan anak di bak mandi yang
sudah diisi air hangat. Lalu basuh badan, lengan, dan kaki anak dengan air
hangat tersebut.

Umumnya mengompres anak akan menurunkan demamnya dalam 30-45
menit. Namun jika anak merasa semakin tidak nyaman dengan berendam,
jangan lakukan hal ini.

Upaya Suportif yang Tidak Direkomendasikan

Upaya ‘mendinginkan’ badan anak dengan melepaskan pakaiannya,
memandikan atau membasuhnya dengan air dingin, ataumengompresnya
dengan alkohol. Jika nilai-ambang hipotalamus sudah direndahkan terlebih
dahulu dengan obat, melepaskan pakaian anak atau mengompresnya
dengan air dingin justru akan membuatnya menggigil (dan tidak nyaman), 
sebagai upaya tubuh menjaga temperatur pusat berada pada nilai-ambang
yang telah disesuaikan. Selain itu alkohol dapat pula diserap melalui kulit
masuk ke dalam peredaran darah, dan adanya risiko toksisitas.

KESIMPULAN

Pandangan masyarakat akan demam terus berubah. Kini demam dianggap
sebagai respon ‘sehat’ terhadap penyakit dan dianggap wajar. Pengobatan
secara ‘agresif’ harus dibuktikan oleh bukti-bukti ilmiah. Sehingga terapi yang
rasional adalah menenangkan pasien dan tenaga kesehatan, serta
meyakinkan bahwa merekalah yang ‘mengendalikan’ penyakit anaknya,
bukan ‘dikendalikan’ penyakit.

Upaya menangani demamnya bukanlah prioritas utama. Tindakan pertama
adalah mengidentifikasi adakah infeksi bakteri (pneumonia, otitis media,
faringitis streptokokus, meningitis, atau sepsis), dan kalau perlu merujuk ke
RS untuk tindakan selanjutnya.

Baik orangtua maupun  tenaga kesehatan seharusnya tidak otomatis
memberikan obat pereda demam pada semua anak demam. “Tangani
anaknya, bukan termometernya”. Usaha meredakan demam lebih ditujukan 
mengatasi ketidaknyamanan anak (jika memang signifikan), dan biasanya
diperoleh melalui pemberian parasetamol secara oral pada anak yang hanya
mengalami demam tinggi saja. Hal ini akan menciptakan layanan kesehatan
(dan keluarga) yang efisien semata-mata ditujukan bagi kebaikan anak,
menekankan pada upaya mencari penyebab serta melalui usaha
mengurangi polifarmasi yang tidak perlu, serta memprioritaskan pengobatan
esensial saja.

(Disusun oleh dr Arifianto dan dr Nurul Itqiyah Hariadi)

Catatan: Panduan / guideline ini dapat senantiasa mengalami perubahan
seiring dengan ditemukannya perkembangan ilmiah terkini, dan adanya
guideline terbaru yang dapat diadaptasi.


Get your Free E-mail at http://balita.zzn.com
___________________________________________________________
Get your own Web-based E-mail Service at http://www.zzn.com


================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke