Info menarik dr milis sebelah....

Smoga bermanfat!!
Uci mamaKavin

Mengenal Formalin dan Bahayanya

Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk.
Di dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air.
Biasanya ditambahkan metanol hingga 15 persen sebagai pengawet.
Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh h! ama (desinfektan) dan banyak
digunakan dalam industri.

Nama lain formalin :
- Formol - Methylene aldehyde - Paraforin
- Morbicid - Oxomethane - Polyoxymethylene glycols
- Methanal - Formoform - Superlysoform
- Formic aldehyde - Formalith - Tetraoxymethylene
- Methyl oxide - Karsan - Trioxane
- Oxymethylene - Methylene glycol

Penggunaan formalin
* Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih : lantai, kapal,
gudang dan pakaian
* Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain
* Bahan pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan
peledak
* Dalam dunia fotografi biasaya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin
dan kertas
* Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea
* Bahan pembuatan produk parfum
* Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku
* Pencegah korosi untuk sumur minyak
* Bahan untuk insulasi busa
* Bahan perekat untuk produk ka! yu lapis (plywood)
* Dalam konsentrasi yag sangat kecil (<1 persen) digunakan sebagai
pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah
tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin
dan karpet.

Bahaya bila terpapar oleh formalin
Bahaya utama
Formalin sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat
yang ditimbulkan dapat berupa : luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran
pernafasan, reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia.

Bahaya jangka pendek (akut)
1. Bila terhirup
* Iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar
pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk.
* Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang paru,
pembengkakan paru.
* Tanda-tada lainnya meliputi bersin, radang tekak, radang tenggorokan,
sakit dada, yang berlebihan, lelah, jantung berdebar! , sakit kepala, mual dan
muntah.
* Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian.

2. Bila terkena kulit
Apabila terkena kulit maka akan menimbulkan perubahan warna, yakni kulit
menjadi merah, mengeras, mati rasa dan ada rasa terbakar.

3. Bila terkena mata
* Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata
memerah, rasanya sakit, gata-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air
mata.
* Bila merupakan bahan berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat
menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada
lensa mata.

4. Bila tertelan
* Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit
menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan , sakit
perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang,
tidak sadar hingga koma.
* Selain itu juga dapat terjadi kerusakan! hati, jantung, otak, limpa, pankreas,
sistem susunan syaraf pusat dan ginjal.

Bahaya jangka panjang (kronis)
1. Bila terhirup
Apabila terhirup dalam jangka lama maka akan menimbulkan sakit kepala,
gangguan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput
lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru.
* Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan
terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang.
* Gangguan haid dan kemandulan pada perempuan
* Kanker pada hidung, ronggga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak.

2. Bila terkena kulit
Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta memerah,
kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, dan
terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung.

3. Bila terkena mata
Jika terkena mata, bahaya yang paling menonjol adalah terj! adinya radang
selaput mata.

4. Bila tertelan
Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah-
muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan
suhu badan dan rasa gatal di dada.

Tindakan Pencegahan:
1. Terhirup
* Untuk mencegah agar tidak terhirup gunakan alat pelindung pernafasan,
seperti masker, kain atau alat lainnya yang dapat mencegah kemungkinan
masuknya formalin ke dalam hidung atau mulut.
* Lengkapi sistem ventilasi dengan penghisap udara (exhaust fan) yang
tahan ledakan.

2. Terkena mata
* Gunakan pelindung mata atau kacamata pengaman yang tahan terhadap
percikan.
* Sediakan kran air untuk mencuci mata di tempat kerja yang berguna
apabila terjadi keadaan darurat.

3. Terkena kulit
* Gunakan pakaian pelindung bahan kimia yang cocok.
* Gunakan sarung tangan yang tahan bahan kimia.

4. Tertelan
Hindari makan, minum dan merokok selama bekerja. Cuci tangan sebelum
makan.

Tindakan pertolongan pertama
1. Bila terhirup
Jika aman memasuki daerah paparan, pindahkan penderita ke tempat yang
aman. Bila perlu, gunakan masker berkatup atau peralatan sejenis untuk
melakukan pernafasan buatan. Segera hubungi dokter.

2. Bila terkena kulit
Lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkena formalin. Cuci kulit
selama 15-20 menit dengan sabun atau deterjen lunak dan air yang banyak
dan dipastikan tidak ada lagi bahan yang tersisa di kulit. Pada bagian yang
terbakar, lindungi luka dengan pakaian yag kering, steril dan longgar. Bila
perlu, segera hubungi dokter.

3. Bila terkena mata
Bilas mata dengan air mengalir yang cukup banyak sambil mata dikedip-
kedipkan. Pastikan tidak ada lagi sisa formalin di mata. Aliri mata dengan
larutan deng! an larutan garam dapur 0,9 persen (seujung sendok teh garam
dapur dilarutkan dalam segelas air) secara terus-menerus sampai penderita
siap dibawa ke rumah sakit. Segera bawa ke dokter.

4. Bila tertelan
Bila diperlukan segera hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit.

Cara penyimpanan formalin :
* Jangan disimpan di lingkungan bertemperatur di bawah 15 0C.
* Tempat penyimpanan harus terbuat dari baja tahan karat, alumunium murni,
polietilen atau poliester yang dilapisi fiberglass.
* Tempat penyimpanan tidak boleh terbuat dari baja biasa, tembaga, nikel
atau campuran seng dengan permukaan yang tidak dilindungi/dilapisi.
* Jangan menggunakan bahan alumunium bila temperatur lingkungan
berada di atas 60 derajat Celsius.

Referensi :
! Material Safety Data Sheet of Formaldehide (Formalin)

***************************************************************

  Waspadai Adanya Makanan Berformalin di Pasaran!

      Konsumen harus teliti memilih bahan makanan agar terhindar dari bahan
pengawet seperti formalin. Memilih tahu misalnya, bila berbau obat dan
ditekan sangat kenyal, mungkin saja mengandung formalin

  BEBERAPA waktu lalu Badan Pengawasan Obat dan Makanan menemukan
empek-empek dan mi basah yang dijual di beberapa tempat di Sumatera
Selatan ternyata mengandung formalin.
  Belum lama ini, Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Pemerintah Kota
Jakarta Pusat juga mendapati puluhan ayam berformalin dijual di sejumlah
pasar tradisional.
  Formalin sebenarnya adalah nama dagang dari larutan formadehid dalam
air dengan kadar 30-40 persen. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam
bentuk sudah diencerkan dengan kadar formaldehid 40, 30, 20, dan 10
persen, serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing lima gram.
Formalin biasanya digunakan dokter forensik untuk mengawetkan mayat.
  Mengapa sampai para pedagang membubuhi formalin pada dagangannya?
  Mungkin mereka akan bungkam jika ditanya demikian. Namun, jika menilik
formalin biasa digunakan untuk mengawetkan mayat, bisa diduga para
pedagang ingin agar dagangannya tahan lama. Setidaknya, jika barang tidak
laku hari ini, ayam atau tahu yang telah diformalin bisa dijual kembali
keesokan harinya dan tetap terlihat segar.
  Ini baru formalin pada bahan pangan. Masih ada sederet bahan tambahan
atau kimia yang kerap dibubuhkan dalam makanan, seperti rhodamin B
(pewarna merah), methanyl yellow (pewarna kuning), ! boraks, kloramfenikol,
dietilpilokarbonat, dulsin, dan nitrofurazon. Padahal, penggunaan bahan-
bahan kimia makanan tersebut sudah dilarang menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999.

Perhatikan cirinya

   Monitoring sebenarnya sudah dilakukan petugas terkait dengan mengambil
sampel bahan secara acak ke sejumlah pedagang pasar tradisional atau
pedagang jajanan sekolah. Pasar swalayan juga menjadi sasaran inspeksi
mendadak para petugas.
  Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan DKI Jakarta Edy Setiarto dan
Kepala Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Pusat (Jakpus) Sigit
Budiarto secara terpisah mengatakan, pemerintah mempunyai program
memonitoring para penjual makanan ternak di pasar-pasar tradisional. Bagi
yang tertangkap basah menjual bahan makanan berformalin, misalnya ayam,
akan disita dan dibakar di tempat pembakaran. Di Jakpus misalnya,
insenerator terletak di halaman kantor Kecamatan Senen.
  Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Dedi Fardiaz mengatakan,
BPOM bertugas menyurvei makanan olahan atau jajanan. ?Hasil survei
menjadi dasar untuk membina para pedagang,? katanya.
  BPOM antara lain menyurvei segala jenis makanan yang dikonsumsi anak
sekolah. Di sini dilihat apakah makanan olahan atau jajanan tersebut
mengandung pewarna berbahaya atau tidak. Ini, menurut Dedi, penting
dilakukan mengingat dampaknya terhadap kesehatan.
  Agar tidak tertipu produk berbahaya itu, masyarakat sebaiknya berhati-hati
dan memerhatikan ciri-ciri serta perbedaan antara bahan pangan segar dan
yang mengandung bahan pengawet.
  Kalau ayam berformalin, ciri yang paling mencolok adalah tidak ada lalat
yang mau hinggap. Jika kadar formalinnya banyak, ayam agak sedikit tegang
(kaku). Yang paling jelas adalah jika daging ayam dimasukkan ke dalam
reagen atau diuji laboratorium, n! anti akan muncul gelembung gas,? papar
anggota staf Seksi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Feteriner
Sudin Peternakan dan Perikanan Jakpus Elita Gunarwati.
  Para pedagang biasanya membubuhi formalin dengan kadar minimal,
sehingga konsumen pada umumnya bingung ketika harus membedakannya
dengan bahan pangan segar. Pada daging ayam misalnya, karena hanya
dibubuhi sedikit formalin, bau obat tidak tercium.
  Untuk itu, masyarakat harus lebih waspada dan bisa memilih dengan baik.
?Seperti yang dilakukan ibu-ibu di Pasar Benhil, Jakarta Pusat. Mereka
biasanya memilih membeli ayam hidup dan langsung dipotong di tempat,?
kata Sigit.
  Konsumen juga harus berhati-hati jika menemui ayam atau daging yang
dijual dengan harga relatif jauh lebih murah daripada harga pasaran.
Kemungkinan bahan pangan ini mengandung bahan pengawet berbahaya.
Kalau membeli dalam jumlah banyak, misalnya untuk hajatan, pastikan
pedagangnya layak dipercaya. Seberapa pun sempitnya waktu, s! ebaiknya
Anda tetap meneliti ayam atau daging yang dibeli satu per satu.

  Di industri kecantikan formalin biasa dipakai di produk cat kuku. "Di
perikanan, formalin digunakan untuk menghilangkan bakteri yang biasa
hidup di sisik ikan," ungkap Wakil Dekan I Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia ini.
  Menurut Bambang, formaldehid memiliki banyak fungsi, diantaranya
sebagai pengawet, serta anti bakteri. "Formaldehid juga dipakai untuk reaksi
kimia yang bisa membentuk ikatan polimer, dimana salah satu hasilnya
adalah menimbulkan warna produk menjadi lebih "muncul". Itu sebabnya
formaldehid dipakai di industri plastik."
  Formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan, yaitu mulut dan
pernapasan. "Sebetulnya, sehari-hari kita menghirup formalin dari
lingkungan sekitar." Kata Bambang, polusi yang dihasilkan oleh asap knalpot
dan pabrik, mengandung formalin yang mau tidak mau kita hirup, kemudian
masuk ke dalam tubuh. "Begit! upula dari asap rokok," tandasnya. Bahkan, air
hujan yang jatuh ke bumi pun sebetulnya mengandung formalin.

Sebabkan Kanker

   Di dalam tubuh, jika terakumulasi dalam jumlah besar, formalin merupakan
bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia.
  Jika kandungan dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan
hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan
menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh.
  Bambang menegaskan, akumulasi formalin yang tinggi di dalam tubuh akan
menyebabkan berbagai keluhan, misalnya iritasi lambung dan kulit, muntah,
diare, serta alergi. "Bahkan bisa menyebabkan kanker, karena formalin
bersifat karsinogenik."
  Khusus mengenai sifatnya yang karsinogenik, Bambang mengingatkan,
formalin termasuk ke dalam karsinogenik golongan IIA. "Golongan I adalah
yang sudah pasti menyebabkan kanke! r, berdasarkan uji lengkap.
Sedangkan golongan IIA baru taraf diduga, karena data hasil uji pada
manusia masih kurang lengkap."
  Bambang menekankan, dalam jumlah sedikit, formalin akan larut dalam air,
serta akan dibuang ke luar bersama cairan tubuh. "Itu sebabnya formalin sulit
dideteksi keberadaannya di dalam darah."
  Tetapi, Bambang mengingatkan, imunitas tubuh sangat berperan dalam
berdampak tidaknya formalin di dalam tubuh. "Jika imunitas tubuh rendah,
sangat mungkin formalin dengan kadar rendah pun bisa berdampak buruk
terhadap kesehatan," cetusnya.
  Menanggapi hasil penelitian YLKI, Bambang sedikit ragu melihat angkanya
yang dinilainya sangat tinggi. "Apa betul, ya, angkanya segitu? Jika betul, itu
berarti tinggi sekali, lo. Menurut IPCS (International Programme on Chemical
Safety), secara umum ambang batas aman di dalam tubuh adalah 1 miligram
per liter," tandasnya. Perlu diketahui, IPCS adalah l! embaga khusus dari tiga
organisasi di PBB, yaitu ILO, UNEP, serta WHO, yang mengkhususkan pada
keselamatan penggunaan bahan kimiawi.
   Meskipun diakui berbahaya jika terakumulasi di dalam tubuh, namun
Bambang melihat, sangatlah tidak bijaksana jika melarang penggunaan
formalin. "Bagaimanapun, industri memerlukan formalin," katanya. "Yang
penting, kita harus bijaksana dalam menggunakannya, misalnya dengan
cara tidak menggunakannya pada makanan."

BAGAIMANA MENYIKAPINYA?
  1. Tenang
  Meskipun harus waspada, hendaknya jangan lantas menjadi paranoid, alias
curigaan. Itu namanya paranoid. Yang penting, menurutnya, konsumen harus
jeli dengan memperhatikan kualitas barang serta harganya.
  2. Dingin
  Jika tidak yakin akan kualitas produk melamin yang Anda punya, sebaiknya
jangan gunakan piranti makan tersebut untuk makanan serta minuman
panas. "Untu! k makanan dingin, sih, aman-aman saja, karena formalin yang
sudah membentuk polimer sulit untuk terurai. Kalaupun terurai, pasti tidak
100 persen," papar Bambang.
  3. Cermat
  Dalam mengonsumsi bahan makanan, pilihlah yang tidak mengandung
formalin. "Kalau tahu tahan sampai berhari-hari, diduga keras mengandung
formalin," ujar Bambang. Menurut situs WHO (lembaga PBB yang khusus
menangani kesehatan), sebetulnya, makanan yang mengandung formalin
memiliki bau yang khas, sehingga bisa dideteksi oleh orang awam sekalipun.
  4. Pengawet Lain
  Sebisanya, hindari penggunaan formalin sebagai bahan pengawet. "Jika
bisa diganti dengan pengawet lain, itu lebih baik," saran Bambang.   (Tabloid
Nova)

---------------------------------

  Melamin, Piring Cantik yang Menyimpan Racun



&nbs! p; Di banyak toko yang menjual perabot rumah tangga, peralatan
makan dan minum yang disebut melamin relatif mudah ditemukan.
  Kalau sekitar tahun 1970-1980-an melamin masih terbatas warna maupun
coraknya, maka kini desain melamin bisa bersaing dengan barang pecah
belah lainnya.
  Produk pecah belah melamin begitu banyaknya sehingga barang ini tak
hanya bisa dibeli di toko tertentu, tetapi juga di pasar tradisional sampai di
pedagang kaki lima.
  Cikal bakal melamin dimulai tahun 1907 ketika ilmuwan kimia asal Belgia,
Leo Hendrik Baekeland, berhasil menemukan plastik sintesis pertama yang
disebut bakelite. Penemuan itu merupakan salah satu peristiwa bersejarah
keberhasilan teknologi kimia awal abad ke-20.
  Pada awalnya bakelite banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
telepon generasi pertama. Namun, pada perkembangannya kemudian, hasil
penemuan Baekeland dikembangkan dan dimanfaatkan pula dalam industri
peralatan rumah tangga. Salah satuny! a adalah sebagai bahan dasar
peralatan makan, seperti sendok, garpu, piring, gelas, cangkir, mangkuk,
sendok sup, dan tempayan, seperti yang dihasilkan dari melamin.
  Peralatan makan yang terbuat dari melamin di satu sisi menawarkan banyak
kelebihan. Selain desain warna yang beragam dan menarik, fungsinya juga
lebih unggul dibanding peralatan makan lain yang terbuat dari keramik,
logam, atau kaca. Melamin lebih lebih ringan, kuat, dan tak mudah pecah.
Harga peralatan melamin pun relatif lebih murah dibanding yang terbuat dari
keramik misalnya.

Potensi formalin

   Dengan segala kelebihan melamin, tak heran kalau sebagian orang tidak
menyadari bahwa melamin menyimpan potensi membahayakan bagi
kesehatan manusia.
  Menurut pengajar pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung, Bambang Ariwahjoedi PhD, MSc, melamin
berpotensi menghasilkan monomer beracun yang disebut formalde! hid
(formalin).
  Selain berfungsi sebagai bahan pengawet, formaldehid juga digunakan
untuk bahan baku melamin. Menurut Ariwahjoedi, melamin merupakan suatu
polimer, yaitu hasil persenyawaan kimia (polimerisasi) antara monomer
formaldehid dan fenol. Apabila kedua monomer itu bergabung, maka sifat
toxic dari formaldehid akan hilang karena telah terlebur menjadi satu
senyawa, yakni melamin.
  Berdasarkan kerja sama penelitian antara Universitas Indonesia dan
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), diketahui kandungan
formaldehid dalam perkakas melamin mencapai 4,76?9,22 miligram per liter.
  ?Permasalahannya, dalam polimerisasi yang kurang sempurna dapat
terjadi residu, yaitu sisa monomer formaldehid atau fenol yang tidak
bersenyawa sehingga terjebak di dalam materi melamin. Sisa monomer
formaldehid inilah yang berbahaya bagi kesehatan apabila masuk dalam
tubuh manusia,? ujar Ariwahjoedi.
  Dalam sistem produksi melamin yang tidak terkontrol, ba! han formaldehid
yang digunakan cenderung tidak sebanding dengan jumlah fenol. Maka,
kerap terjadi residu.
  Ini bukan berarti proses produksi yang sudah menerapkan well controlled
dan tidak menghasilkan residu terbebas dari potensi mengeluarkan racun.
Menurut Ariwahjoedi, formaldehid di dalam senyawa melamin dapat muncul
kembali karena adanya peristiwa yang dinamakan depolimerisasi
(degradasi). Dalam peristiwa itu, partikel-partikel formaldehid kembali muncul
sebagai monomer, dan otomatis menghasilkan racun.
  Ariwahjoedi menjelaskan, senyawa melamin sangat rentan terhadap panas
dan sinar ultraviolet. Keduanya sangat berpotensi memicu terjadinya
depolimerisasi. Selain itu, gesekan-gesekan dan abrasi terhadap permukaan
melamin juga berpotensi mengakibatkan lepasnya partikel formaldehid.
  Ariwahjoedi menambahkan, formaldehid sangat mudah masuk ke tubuh
manusia, terutama secara oral (mulut). Formaldehid juga dapat masuk
melalui saluran pernapasan dan cairan tubuh.
  Monomer formaldehid yang masuk ke tubuh manusia berpotensi
membahayakan kesehatan. ?Formalin kan berfungsi untuk membunuh
bakteri. Kalau bakteri saja tidak bisa hidup, berarti tinggal selangkah lagi
meracuni makhluk yang lain,? ungkapnya berilustrasi.
  Formaldehid yang masuk ke dalam tubuh dapat mengganggu fungsi sel,
bahkan dapat pula mengakibatkan kematian sel.
  Dalam jangka pendek, hal ini bisa mengakibatkan gejala berupa muntah,
diare, dan kencing bercampur darah. Sementara untuk jangka panjang,
akumulasi formaldehid yang berlebih dapat mengakibatkan iritasi lambung,
gangguan fungsi otak dan sumsum tulang belakang. Bahkan, fatalnya dapat
mengakibatkan kanker (karsinogenik). (d10)

---------------------------------

  Perabotan Impor: Berbahaya, Kandung Formalin!

  Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menilai sejumlah produk
perabotan rumah tangga yang terbuat dan melamin mengandung f! ormalin
(formaldehid).
  Kandungan formalin dalam perabotan impor itu mencapai 4,76 - 9,22
miligram per liter.
  ?Ironisnya, perabotan itu digunakan sebagai wadah makanan dan
minuman, terutama anak-anak. Kalau tercampur air panas, zat kimia pada
peralatan itu akan bereaksi dan menyebabkan konsumen yang
menggunakannya dapat menderita sakit kepala, gangguan pernapasan, dan
memicu kanker,? kata peneliti YLKI Ilyani S Andang di Jakarta, Selasa (28/6).
  Ilyani menyebutkan, kandungan unsur berbahaya itu diketahui YLKI dari
hasil kerja samanya dengan peneliti dari laboratorium Universitas Indonesia.
Faktor keamanan dan penggunaan perabotan itu tidak pernah diinformasikan
secara jelas. Pengawasan pemerintah terhadap asal-muasal dan dampak
negatif produk itu pun tidak ketat.
  Perabotan rumah tangga itu semakin membanjiri pasar tradisional dan
swalayan. Produknya, antara lain, berupa sendok, garpu, gelas, piring, dan
mangkuk. Penawaran harganya pun sangat menggiurkan.
  Di Pasar Pagi Glodok, Jakarta Barat, misalnya, mangkok melamin dijual
seharga Rp 24.000 per lusin, gelas lengkap dengan tutupnya Rp 80.000 - Rp
90.000 per lusin. Ada juga yang menjual secara eceran.
  Tanpa peduli bahayanya bagi kesehatan, pedagang tetap menawarkan
bahwa perabotan itu tahan air panas. (OSA)

---------------------------------

sumber: kompas & republika



Nah, sekarang bagaimana cara mengetahui adanya formalin dalam
makanan?? Berikut ini test sederhana atau tes qualitative atau test spot. Pake
saja chromotropic acid.
Taruh makanan berformalin tsb (di potong kecil2) dalam suatu
wadah berisi sedikit air, taruh sedikit chromotropic acid diatasnya,lalu
panaskan. Jika reagent testnya berubah menjad! i ungu atau purple,maka
positif ada formalin.


Semoga artikel ini bermanfaat buat semuanya.








[Non-text portions of this message have been removed]

--- End forwarded message ---






================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke