Info menarik dr milis sebelah.... Smoga bermanfat!! Uci mamaKavin
Mengenal Formalin dan Bahayanya Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh h! ama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Nama lain formalin : - Formol - Methylene aldehyde - Paraforin - Morbicid - Oxomethane - Polyoxymethylene glycols - Methanal - Formoform - Superlysoform - Formic aldehyde - Formalith - Tetraoxymethylene - Methyl oxide - Karsan - Trioxane - Oxymethylene - Methylene glycol Penggunaan formalin * Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih : lantai, kapal, gudang dan pakaian * Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain * Bahan pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak * Dalam dunia fotografi biasaya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas * Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea * Bahan pembuatan produk parfum * Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku * Pencegah korosi untuk sumur minyak * Bahan untuk insulasi busa * Bahan perekat untuk produk ka! yu lapis (plywood) * Dalam konsentrasi yag sangat kecil (<1 persen) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet. Bahaya bila terpapar oleh formalin Bahaya utama Formalin sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa : luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia. Bahaya jangka pendek (akut) 1. Bila terhirup * Iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk. * Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang paru, pembengkakan paru. * Tanda-tada lainnya meliputi bersin, radang tekak, radang tenggorokan, sakit dada, yang berlebihan, lelah, jantung berdebar! , sakit kepala, mual dan muntah. * Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian. 2. Bila terkena kulit Apabila terkena kulit maka akan menimbulkan perubahan warna, yakni kulit menjadi merah, mengeras, mati rasa dan ada rasa terbakar. 3. Bila terkena mata * Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah, rasanya sakit, gata-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata. * Bila merupakan bahan berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata. 4. Bila tertelan * Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan , sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. * Selain itu juga dapat terjadi kerusakan! hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal. Bahaya jangka panjang (kronis) 1. Bila terhirup Apabila terhirup dalam jangka lama maka akan menimbulkan sakit kepala, gangguan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru. * Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang. * Gangguan haid dan kemandulan pada perempuan * Kanker pada hidung, ronggga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak. 2. Bila terkena kulit Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, dan terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung. 3. Bila terkena mata Jika terkena mata, bahaya yang paling menonjol adalah terj! adinya radang selaput mata. 4. Bila tertelan Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah- muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada. Tindakan Pencegahan: 1. Terhirup * Untuk mencegah agar tidak terhirup gunakan alat pelindung pernafasan, seperti masker, kain atau alat lainnya yang dapat mencegah kemungkinan masuknya formalin ke dalam hidung atau mulut. * Lengkapi sistem ventilasi dengan penghisap udara (exhaust fan) yang tahan ledakan. 2. Terkena mata * Gunakan pelindung mata atau kacamata pengaman yang tahan terhadap percikan. * Sediakan kran air untuk mencuci mata di tempat kerja yang berguna apabila terjadi keadaan darurat. 3. Terkena kulit * Gunakan pakaian pelindung bahan kimia yang cocok. * Gunakan sarung tangan yang tahan bahan kimia. 4. Tertelan Hindari makan, minum dan merokok selama bekerja. Cuci tangan sebelum makan. Tindakan pertolongan pertama 1. Bila terhirup Jika aman memasuki daerah paparan, pindahkan penderita ke tempat yang aman. Bila perlu, gunakan masker berkatup atau peralatan sejenis untuk melakukan pernafasan buatan. Segera hubungi dokter. 2. Bila terkena kulit Lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkena formalin. Cuci kulit selama 15-20 menit dengan sabun atau deterjen lunak dan air yang banyak dan dipastikan tidak ada lagi bahan yang tersisa di kulit. Pada bagian yang terbakar, lindungi luka dengan pakaian yag kering, steril dan longgar. Bila perlu, segera hubungi dokter. 3. Bila terkena mata Bilas mata dengan air mengalir yang cukup banyak sambil mata dikedip- kedipkan. Pastikan tidak ada lagi sisa formalin di mata. Aliri mata dengan larutan deng! an larutan garam dapur 0,9 persen (seujung sendok teh garam dapur dilarutkan dalam segelas air) secara terus-menerus sampai penderita siap dibawa ke rumah sakit. Segera bawa ke dokter. 4. Bila tertelan Bila diperlukan segera hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit. Cara penyimpanan formalin : * Jangan disimpan di lingkungan bertemperatur di bawah 15 0C. * Tempat penyimpanan harus terbuat dari baja tahan karat, alumunium murni, polietilen atau poliester yang dilapisi fiberglass. * Tempat penyimpanan tidak boleh terbuat dari baja biasa, tembaga, nikel atau campuran seng dengan permukaan yang tidak dilindungi/dilapisi. * Jangan menggunakan bahan alumunium bila temperatur lingkungan berada di atas 60 derajat Celsius. Referensi : ! Material Safety Data Sheet of Formaldehide (Formalin) *************************************************************** Waspadai Adanya Makanan Berformalin di Pasaran! Konsumen harus teliti memilih bahan makanan agar terhindar dari bahan pengawet seperti formalin. Memilih tahu misalnya, bila berbau obat dan ditekan sangat kenyal, mungkin saja mengandung formalin BEBERAPA waktu lalu Badan Pengawasan Obat dan Makanan menemukan empek-empek dan mi basah yang dijual di beberapa tempat di Sumatera Selatan ternyata mengandung formalin. Belum lama ini, Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Pemerintah Kota Jakarta Pusat juga mendapati puluhan ayam berformalin dijual di sejumlah pasar tradisional. Formalin sebenarnya adalah nama dagang dari larutan formadehid dalam air dengan kadar 30-40 persen. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan dengan kadar formaldehid 40, 30, 20, dan 10 persen, serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing lima gram. Formalin biasanya digunakan dokter forensik untuk mengawetkan mayat. Mengapa sampai para pedagang membubuhi formalin pada dagangannya? Mungkin mereka akan bungkam jika ditanya demikian. Namun, jika menilik formalin biasa digunakan untuk mengawetkan mayat, bisa diduga para pedagang ingin agar dagangannya tahan lama. Setidaknya, jika barang tidak laku hari ini, ayam atau tahu yang telah diformalin bisa dijual kembali keesokan harinya dan tetap terlihat segar. Ini baru formalin pada bahan pangan. Masih ada sederet bahan tambahan atau kimia yang kerap dibubuhkan dalam makanan, seperti rhodamin B (pewarna merah), methanyl yellow (pewarna kuning), ! boraks, kloramfenikol, dietilpilokarbonat, dulsin, dan nitrofurazon. Padahal, penggunaan bahan- bahan kimia makanan tersebut sudah dilarang menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999. Perhatikan cirinya Monitoring sebenarnya sudah dilakukan petugas terkait dengan mengambil sampel bahan secara acak ke sejumlah pedagang pasar tradisional atau pedagang jajanan sekolah. Pasar swalayan juga menjadi sasaran inspeksi mendadak para petugas. Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan DKI Jakarta Edy Setiarto dan Kepala Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Pusat (Jakpus) Sigit Budiarto secara terpisah mengatakan, pemerintah mempunyai program memonitoring para penjual makanan ternak di pasar-pasar tradisional. Bagi yang tertangkap basah menjual bahan makanan berformalin, misalnya ayam, akan disita dan dibakar di tempat pembakaran. Di Jakpus misalnya, insenerator terletak di halaman kantor Kecamatan Senen. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Dedi Fardiaz mengatakan, BPOM bertugas menyurvei makanan olahan atau jajanan. ?Hasil survei menjadi dasar untuk membina para pedagang,? katanya. BPOM antara lain menyurvei segala jenis makanan yang dikonsumsi anak sekolah. Di sini dilihat apakah makanan olahan atau jajanan tersebut mengandung pewarna berbahaya atau tidak. Ini, menurut Dedi, penting dilakukan mengingat dampaknya terhadap kesehatan. Agar tidak tertipu produk berbahaya itu, masyarakat sebaiknya berhati-hati dan memerhatikan ciri-ciri serta perbedaan antara bahan pangan segar dan yang mengandung bahan pengawet. Kalau ayam berformalin, ciri yang paling mencolok adalah tidak ada lalat yang mau hinggap. Jika kadar formalinnya banyak, ayam agak sedikit tegang (kaku). Yang paling jelas adalah jika daging ayam dimasukkan ke dalam reagen atau diuji laboratorium, n! anti akan muncul gelembung gas,? papar anggota staf Seksi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Feteriner Sudin Peternakan dan Perikanan Jakpus Elita Gunarwati. Para pedagang biasanya membubuhi formalin dengan kadar minimal, sehingga konsumen pada umumnya bingung ketika harus membedakannya dengan bahan pangan segar. Pada daging ayam misalnya, karena hanya dibubuhi sedikit formalin, bau obat tidak tercium. Untuk itu, masyarakat harus lebih waspada dan bisa memilih dengan baik. ?Seperti yang dilakukan ibu-ibu di Pasar Benhil, Jakarta Pusat. Mereka biasanya memilih membeli ayam hidup dan langsung dipotong di tempat,? kata Sigit. Konsumen juga harus berhati-hati jika menemui ayam atau daging yang dijual dengan harga relatif jauh lebih murah daripada harga pasaran. Kemungkinan bahan pangan ini mengandung bahan pengawet berbahaya. Kalau membeli dalam jumlah banyak, misalnya untuk hajatan, pastikan pedagangnya layak dipercaya. Seberapa pun sempitnya waktu, s! ebaiknya Anda tetap meneliti ayam atau daging yang dibeli satu per satu. Di industri kecantikan formalin biasa dipakai di produk cat kuku. "Di perikanan, formalin digunakan untuk menghilangkan bakteri yang biasa hidup di sisik ikan," ungkap Wakil Dekan I Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ini. Menurut Bambang, formaldehid memiliki banyak fungsi, diantaranya sebagai pengawet, serta anti bakteri. "Formaldehid juga dipakai untuk reaksi kimia yang bisa membentuk ikatan polimer, dimana salah satu hasilnya adalah menimbulkan warna produk menjadi lebih "muncul". Itu sebabnya formaldehid dipakai di industri plastik." Formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan, yaitu mulut dan pernapasan. "Sebetulnya, sehari-hari kita menghirup formalin dari lingkungan sekitar." Kata Bambang, polusi yang dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik, mengandung formalin yang mau tidak mau kita hirup, kemudian masuk ke dalam tubuh. "Begit! upula dari asap rokok," tandasnya. Bahkan, air hujan yang jatuh ke bumi pun sebetulnya mengandung formalin. Sebabkan Kanker Di dalam tubuh, jika terakumulasi dalam jumlah besar, formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungan dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh. Bambang menegaskan, akumulasi formalin yang tinggi di dalam tubuh akan menyebabkan berbagai keluhan, misalnya iritasi lambung dan kulit, muntah, diare, serta alergi. "Bahkan bisa menyebabkan kanker, karena formalin bersifat karsinogenik." Khusus mengenai sifatnya yang karsinogenik, Bambang mengingatkan, formalin termasuk ke dalam karsinogenik golongan IIA. "Golongan I adalah yang sudah pasti menyebabkan kanke! r, berdasarkan uji lengkap. Sedangkan golongan IIA baru taraf diduga, karena data hasil uji pada manusia masih kurang lengkap." Bambang menekankan, dalam jumlah sedikit, formalin akan larut dalam air, serta akan dibuang ke luar bersama cairan tubuh. "Itu sebabnya formalin sulit dideteksi keberadaannya di dalam darah." Tetapi, Bambang mengingatkan, imunitas tubuh sangat berperan dalam berdampak tidaknya formalin di dalam tubuh. "Jika imunitas tubuh rendah, sangat mungkin formalin dengan kadar rendah pun bisa berdampak buruk terhadap kesehatan," cetusnya. Menanggapi hasil penelitian YLKI, Bambang sedikit ragu melihat angkanya yang dinilainya sangat tinggi. "Apa betul, ya, angkanya segitu? Jika betul, itu berarti tinggi sekali, lo. Menurut IPCS (International Programme on Chemical Safety), secara umum ambang batas aman di dalam tubuh adalah 1 miligram per liter," tandasnya. Perlu diketahui, IPCS adalah l! embaga khusus dari tiga organisasi di PBB, yaitu ILO, UNEP, serta WHO, yang mengkhususkan pada keselamatan penggunaan bahan kimiawi. Meskipun diakui berbahaya jika terakumulasi di dalam tubuh, namun Bambang melihat, sangatlah tidak bijaksana jika melarang penggunaan formalin. "Bagaimanapun, industri memerlukan formalin," katanya. "Yang penting, kita harus bijaksana dalam menggunakannya, misalnya dengan cara tidak menggunakannya pada makanan." BAGAIMANA MENYIKAPINYA? 1. Tenang Meskipun harus waspada, hendaknya jangan lantas menjadi paranoid, alias curigaan. Itu namanya paranoid. Yang penting, menurutnya, konsumen harus jeli dengan memperhatikan kualitas barang serta harganya. 2. Dingin Jika tidak yakin akan kualitas produk melamin yang Anda punya, sebaiknya jangan gunakan piranti makan tersebut untuk makanan serta minuman panas. "Untu! k makanan dingin, sih, aman-aman saja, karena formalin yang sudah membentuk polimer sulit untuk terurai. Kalaupun terurai, pasti tidak 100 persen," papar Bambang. 3. Cermat Dalam mengonsumsi bahan makanan, pilihlah yang tidak mengandung formalin. "Kalau tahu tahan sampai berhari-hari, diduga keras mengandung formalin," ujar Bambang. Menurut situs WHO (lembaga PBB yang khusus menangani kesehatan), sebetulnya, makanan yang mengandung formalin memiliki bau yang khas, sehingga bisa dideteksi oleh orang awam sekalipun. 4. Pengawet Lain Sebisanya, hindari penggunaan formalin sebagai bahan pengawet. "Jika bisa diganti dengan pengawet lain, itu lebih baik," saran Bambang. (Tabloid Nova) --------------------------------- Melamin, Piring Cantik yang Menyimpan Racun &nbs! p; Di banyak toko yang menjual perabot rumah tangga, peralatan makan dan minum yang disebut melamin relatif mudah ditemukan. Kalau sekitar tahun 1970-1980-an melamin masih terbatas warna maupun coraknya, maka kini desain melamin bisa bersaing dengan barang pecah belah lainnya. Produk pecah belah melamin begitu banyaknya sehingga barang ini tak hanya bisa dibeli di toko tertentu, tetapi juga di pasar tradisional sampai di pedagang kaki lima. Cikal bakal melamin dimulai tahun 1907 ketika ilmuwan kimia asal Belgia, Leo Hendrik Baekeland, berhasil menemukan plastik sintesis pertama yang disebut bakelite. Penemuan itu merupakan salah satu peristiwa bersejarah keberhasilan teknologi kimia awal abad ke-20. Pada awalnya bakelite banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan telepon generasi pertama. Namun, pada perkembangannya kemudian, hasil penemuan Baekeland dikembangkan dan dimanfaatkan pula dalam industri peralatan rumah tangga. Salah satuny! a adalah sebagai bahan dasar peralatan makan, seperti sendok, garpu, piring, gelas, cangkir, mangkuk, sendok sup, dan tempayan, seperti yang dihasilkan dari melamin. Peralatan makan yang terbuat dari melamin di satu sisi menawarkan banyak kelebihan. Selain desain warna yang beragam dan menarik, fungsinya juga lebih unggul dibanding peralatan makan lain yang terbuat dari keramik, logam, atau kaca. Melamin lebih lebih ringan, kuat, dan tak mudah pecah. Harga peralatan melamin pun relatif lebih murah dibanding yang terbuat dari keramik misalnya. Potensi formalin Dengan segala kelebihan melamin, tak heran kalau sebagian orang tidak menyadari bahwa melamin menyimpan potensi membahayakan bagi kesehatan manusia. Menurut pengajar pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung, Bambang Ariwahjoedi PhD, MSc, melamin berpotensi menghasilkan monomer beracun yang disebut formalde! hid (formalin). Selain berfungsi sebagai bahan pengawet, formaldehid juga digunakan untuk bahan baku melamin. Menurut Ariwahjoedi, melamin merupakan suatu polimer, yaitu hasil persenyawaan kimia (polimerisasi) antara monomer formaldehid dan fenol. Apabila kedua monomer itu bergabung, maka sifat toxic dari formaldehid akan hilang karena telah terlebur menjadi satu senyawa, yakni melamin. Berdasarkan kerja sama penelitian antara Universitas Indonesia dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), diketahui kandungan formaldehid dalam perkakas melamin mencapai 4,76?9,22 miligram per liter. ?Permasalahannya, dalam polimerisasi yang kurang sempurna dapat terjadi residu, yaitu sisa monomer formaldehid atau fenol yang tidak bersenyawa sehingga terjebak di dalam materi melamin. Sisa monomer formaldehid inilah yang berbahaya bagi kesehatan apabila masuk dalam tubuh manusia,? ujar Ariwahjoedi. Dalam sistem produksi melamin yang tidak terkontrol, ba! han formaldehid yang digunakan cenderung tidak sebanding dengan jumlah fenol. Maka, kerap terjadi residu. Ini bukan berarti proses produksi yang sudah menerapkan well controlled dan tidak menghasilkan residu terbebas dari potensi mengeluarkan racun. Menurut Ariwahjoedi, formaldehid di dalam senyawa melamin dapat muncul kembali karena adanya peristiwa yang dinamakan depolimerisasi (degradasi). Dalam peristiwa itu, partikel-partikel formaldehid kembali muncul sebagai monomer, dan otomatis menghasilkan racun. Ariwahjoedi menjelaskan, senyawa melamin sangat rentan terhadap panas dan sinar ultraviolet. Keduanya sangat berpotensi memicu terjadinya depolimerisasi. Selain itu, gesekan-gesekan dan abrasi terhadap permukaan melamin juga berpotensi mengakibatkan lepasnya partikel formaldehid. Ariwahjoedi menambahkan, formaldehid sangat mudah masuk ke tubuh manusia, terutama secara oral (mulut). Formaldehid juga dapat masuk melalui saluran pernapasan dan cairan tubuh. Monomer formaldehid yang masuk ke tubuh manusia berpotensi membahayakan kesehatan. ?Formalin kan berfungsi untuk membunuh bakteri. Kalau bakteri saja tidak bisa hidup, berarti tinggal selangkah lagi meracuni makhluk yang lain,? ungkapnya berilustrasi. Formaldehid yang masuk ke dalam tubuh dapat mengganggu fungsi sel, bahkan dapat pula mengakibatkan kematian sel. Dalam jangka pendek, hal ini bisa mengakibatkan gejala berupa muntah, diare, dan kencing bercampur darah. Sementara untuk jangka panjang, akumulasi formaldehid yang berlebih dapat mengakibatkan iritasi lambung, gangguan fungsi otak dan sumsum tulang belakang. Bahkan, fatalnya dapat mengakibatkan kanker (karsinogenik). (d10) --------------------------------- Perabotan Impor: Berbahaya, Kandung Formalin! Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menilai sejumlah produk perabotan rumah tangga yang terbuat dan melamin mengandung f! ormalin (formaldehid). Kandungan formalin dalam perabotan impor itu mencapai 4,76 - 9,22 miligram per liter. ?Ironisnya, perabotan itu digunakan sebagai wadah makanan dan minuman, terutama anak-anak. Kalau tercampur air panas, zat kimia pada peralatan itu akan bereaksi dan menyebabkan konsumen yang menggunakannya dapat menderita sakit kepala, gangguan pernapasan, dan memicu kanker,? kata peneliti YLKI Ilyani S Andang di Jakarta, Selasa (28/6). Ilyani menyebutkan, kandungan unsur berbahaya itu diketahui YLKI dari hasil kerja samanya dengan peneliti dari laboratorium Universitas Indonesia. Faktor keamanan dan penggunaan perabotan itu tidak pernah diinformasikan secara jelas. Pengawasan pemerintah terhadap asal-muasal dan dampak negatif produk itu pun tidak ketat. Perabotan rumah tangga itu semakin membanjiri pasar tradisional dan swalayan. Produknya, antara lain, berupa sendok, garpu, gelas, piring, dan mangkuk. Penawaran harganya pun sangat menggiurkan. Di Pasar Pagi Glodok, Jakarta Barat, misalnya, mangkok melamin dijual seharga Rp 24.000 per lusin, gelas lengkap dengan tutupnya Rp 80.000 - Rp 90.000 per lusin. Ada juga yang menjual secara eceran. Tanpa peduli bahayanya bagi kesehatan, pedagang tetap menawarkan bahwa perabotan itu tahan air panas. (OSA) --------------------------------- sumber: kompas & republika Nah, sekarang bagaimana cara mengetahui adanya formalin dalam makanan?? Berikut ini test sederhana atau tes qualitative atau test spot. Pake saja chromotropic acid. Taruh makanan berformalin tsb (di potong kecil2) dalam suatu wadah berisi sedikit air, taruh sedikit chromotropic acid diatasnya,lalu panaskan. Jika reagent testnya berubah menjad! i ungu atau purple,maka positif ada formalin. Semoga artikel ini bermanfaat buat semuanya. [Non-text portions of this message have been removed] --- End forwarded message --- ================ Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]