Jumat, 06 Jan 2006,
Duka Ibu yang Ketiga Buah Hatinya Hilang Diterjang Tanah Longsor 


Pulang Kampung Anak Tak Ada, Langsung Limbung 
Baru setahun merantau ke Jakarta, Sumirah mendapat kabar mengejutkan. Desa 
tempat tinggalnya porak-poranda dihantam tanah longsor. Yang lebih mengejutkan 
lagi, tiga anaknya tak jelas nasibnya. Masih hidup atau sudah mati tertimbun 
longsoran. 
------------------------------------- 
ARIF WIDODO, Banjarnegara 
------------------------------------ 
Hari-hari ini, Sumirah pasti tidak akan bisa tidur dengan tenang. Wanita 35 
tahun itu sangat mencemaskan nasib ketiga anaknya: Nana Lisnawati (12), Kislam 
(5), dan Rian (4). Nasib ketiga bocah itu masih belum diketahui dalam tragedi 
tanah longsor yang terjadi Rabu pagi lalu di Desa Sijeruk, Banjarmangu, 
Banjarnegara. 

Berkali-kali Sumirah menyebut nama anak-anaknya sambil sesekali mengusap air 
matanya. Kedua mata Sumirah terlihat sembab. "Ya Allah., semoga anak saya masih 
hidup.," katanya setengah menjerit. 

Menurut petugas yang melakukan evakuasi, kemungkinan ketiga anak Sumirah itu 
hidup sangat kecil. "Tapi, saya tetap berdoa, Tuhan menyelamatkan mereka. 
Kasihan Sumirah," kata salah seorang tetangga Sumirah yang ikut membantu 
melakukan evakuasi. 

Sumirah pantas panik. Dia baru sekitar pukul 11.00 kemarin tiba di kampung 
halamannya. Sudah setahun ini dia merantau di Jakarta. "Saya bekerja sampai ke 
Jakarta itu demi anak-anak. Mereka adalah harapan saya," kata janda yang belum 
lama berpisah dari suaminya itu. 

Ketika dikabari bahwa desanya diterjang tanah longsor Rabu lalu, Sumirah 
langsung angkat kaki dari tempatnya bekerja. Begitu tiba di desanya, setiap 
orang yang ditemui ditanyainya. "Dia (Sumirah) terlihat seperti orang 
linglung," kata warga lainnya. 

"Bapak di mana.Bapak saya di mana?" kata Sumirah cemas, sesaat setelah tiba di 
Balai Desa Sijeruk, tempat penampungan para pengungsi. Tak lama setelah dia 
memanggil-manggil nama bapaknya, muncul Suwari. Pria 60 tahun itu adalah bapak 
Sumirah. 

Begitu bertemu, Suwari langsung memeluk erat anaknya. Keduanya sama-sama 
menangis penuh haru. Tak lama kemudian, Sumirah berusaha menahan isak 
tangisnya. Tetapi, tangisnya semakin keras terdengar ketika diberi tahu bahwa 
ketiga anaknya masih belum ditemukan hingga kemarin. Saat itu, tubuhnya 
terhuyung ke belakang. Sumirah nyaris pingsan. 

Dengan nada penuh penyesalan, Suwari mengaku bahwa ketiga anak Sumirah itu 
memang masih belum ditemukan sejak terjadinya musibah Rabu lalu. "Saya salah. 
Saya harusnya menyelamatkan mereka.," katanya sambil menundukkan wajah. 

Setelah kondisinya agak tenang, Sumirah menceritakan, sebenarnya, dia berencana 
pulang kampung pada Lebaran Haji (10/1) mendatang. Tapi, dia mempercepat 
kepulangannya setelah dikabari Misro, tetangganya, melalui telepon bahwa 
terjadi musibah tanah longsor di desanya. "Pikiran saya waktu itu langsung ke 
anak-anak saya," katanya kepada Radar Banyumas (Grup Jawa Pos). 

Yakin anak-anaknya masih hidup? Sumirah tak menjawab. Malah, tangisnya 
terdengar semakin keras. "Sudah Mas.tolong jangan dilanjutkan wawancaranya," 
kata salah satu tetangga Sumirah. 

Selain Sumirah, warga Desa Sijeruk lainnya yang juga merantau ke Jakarta adalah 
Slamet Ananto. Pria 30 tahun itu merantau ke Jakarta bersama istrinya dan si 
bungsu Fito yang masih berumur 3 tahun. 

Hingga kemarin, mereka belum dikabari soal musibah tanah longsor tersebut. 
Padahal, anak Slamet, Khanifah, nyaris celaka dalam tragedi itu. Untung, ketika 
terjadi tanah longsor Rabu lalu, tubuh Khanifah cepat-cepat disambar oleh 
Kamsidi, sang kakek. Pria 55 tahun itulah yang selama ini mengasuh Khanifah 
selama ditinggal merantau kedua orang tuanya. 

"Waktu itu, saya dan istri saya panik. Khanifah hampir saja tak terselamatkan 
kalau saya sedikit saja terlambat mengambilnya," ceritanya. Dengan sekuat 
tenaga, Kamsidi dan istrinya berlari sekencang-kencangnya. "Alhamdulillah, 
semua keluarga kami selamat. Ini berkat kami cepat lari begitu mendengar suara 
mencurigakan dari atas gunung," tuturnya.

Ketika ditanya Radar Banyumas kemarin, Khanifah terus memanggil-manggil nama 
bapaknya. Dengan kalimat yang agak cedal, dia berharap bapaknya cepat pulang. 
"Saya ingin dibelikan roti kalau Bapak pulang," katanya. (*)

http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail&id=6146

Kirim email ke