Ajarkan Toilet Training Sejak Dini

Hal yang menyebalkan sekaligus menggemaskan buat orangtua ketika anaknya
buang air kecil atau buang besar di lantai yang sudah bersih. Atau pipis di
kasur yang kain penutupnya bare diganti dengan yang bersih dan wangi.
Akibatnya, cucian bekas ompol menumpuk yang seakan-akan menghantui Anda,
karena tumpukan itu tidak pemah berkurang. Kalau bukan karena sayang anak
dan sadar risiko menjadi orangtua ingin marah-marah terus rasanya.

Usia 3 Tahun Masih Wajar
Kebiasaan mengompol pada anak di bawah usia 2 tahun merupakan hal yang wajar
 bahkan ada beberapa anak yang masih mengompol pada usia 4-5 tahun dan
sesekali terjadi pada anak 7 tahun. Anak di bawah usia 2 tahun mengompol
karma belum sempumanya kontrol kandung kemih atau toilet trainingnya.

Ada beberapa penelitian dan literatur yang menyebutkan kira-kira setengah
dari anak umur 3 tahun masih mengompol. Bahkan beberapa ahli menganggap
bahwa anak umur enam tahun masih mengompol itu wajar, walaupun itu hanya
dilakukan oleh sekitar 12 % anak umur 6 tahun. Tapi, bukan berarti anak
tidak diajarkan bagaimana cara benar untuk buang air kecil (BAK) dan buang
air besar (BAB) yang benar dan di tempat yang tepat bukan? Karena kita juga
harus memperhitungkan masa sekolah anak, di mana biasanya ketika sudah
bersekolah ada tuntutan bagi anak untuk tidak lagi pipis sembarangan.

Toilet training merupakan cara untuk melatih anak agar bisa mengontrol buang
air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB). Dengan toilet training diharapkan
dapat melatih anak untuk mampu BAK dan BAB di tempat yang telah ditentukan.
Selain itu, toilet training juga mengajarkan anak untuk dapat membersihkan
kotorannya sendiridan memakai kembali celananya, demikian menurut Siti
Mufattahah, S.Psi; Psikolog dan staf pengajar dari Jurusan Psikologi
Universitas Gunadarma, Depok.

Bisa Dimulai Sejak Usia 2 Bulan
Memang untuk mengajarkan toilet training pada anak gampang-gampang susah.
Namun demikian sebagai orangtua tetap perlu mengajarkan pada anaknya. Untuk
mengajarkan toilet training pada anak bisa dimulai sejak usia 1 sampai 3
tahun. Pada saat usia tersebut, si anak harus mampu melakukan toilet
training. Jika si anak tidak mampu melakukan toilet training sendiri boleh
jadi anak pernah mengalami hambatan. 

Cara orangtua mendidik anaknya agar terbiasa untuk dapat pipis atau BAB
sesuai waktunya, stimulasinya bisa dimulai sejak usia 2 bulan. Caranya,
orangtua bisa memeriksa popoknya atau mengganti popoknya setelah basah.
Karena orangtua sebagai orang yang terdekat dengan anaknya mengetahui kapan
waktu anaknya BAK atau pun BAB.

Apabila anak sejak usia 2 bulan tidak mampu diajarkan toilet training, tidak
ada salahnya anak diajarkan saat usia 1 tahun. Perlu diingat anak pada usia
1 tahun mengalami fase anal. Pada fase ini anak mencapai kepuasan melalui
bagian anus. Fase kepuasan ini berhubungan dengan kebersihan dan jadwal
kedisiplinan.

Jadi, seorang anak minimal sudah diajarkan sejak usia 1 tahun. Bila anak
diajarkan ketika berusia lebih dari 3 tahun dikhawatirkan akan agak susah
mengubah perilaku anak. Selain itu, bila anak sudah lebih dari 3 tahun belum
mampu untuk toilet training, boleh jadi ia mengalami kemunduran. Karena pada
saat usia 1 sampai 3 tahun ia belum mampu melakukan buang air sesuai dengan
waktu dan tempat yang telah ditentukan. Akibatnya, anak bisa menjadi bahan
cemoohan teman-temannya.

Anak usia 4 tahun yang tidak mampu BAK atau BAB sesuai waktu dan tempat yang
telah disediakan boleh dianggap kurang wajar. Tetapi pada usia tiga tahun
masih dianggap wajar bila BAK atau BAB di celananya. Namun begitu, bukan
berarti orangtua membiarkan saja. Berilah pengertian pada anak bahwa cara
yang dilakukan tidaklah tepat.

Masalah kemandirian anak BAK dan BAB boleh dikatakan tidak ada perbedaan
antara anak wanita dan laki-laki. Biasanya anak wanita lebih penurut, maka
ia akan lebih cepat diajarkan untuk toilet training dibanding anak laki-laki
 Namun demikian untuk mengajarkan toilet training pada laki-laki pun harus
bisa.

Tanda si Kecil Siap
Beberapa tanda si kecil siap melakukan toilet training:
Tidak mengompol beberapa jam sehari, atau bila ia berhasil bangun tidur
tanpa mengompol sedikit pun, -
Waktu buang airnya sudah bisa diperkirakan,
Sudah bisa memberitahu bila celana atau popok sekali pakainya sudah kotor
ataupun basah.
Tertarik dengan kebiasaan masuk k€e dalam toilet, seperti kebiasaan
orang-orang lain di dalam rumahnya.
Minta untuk diajari menggunakan toilet.

Tahapan Toilet Training
Mengajarkan toilet training memerlukan beberapa tahapan:
Biasakan menggunakan toilet pada buah hati untuk buang air.
Mulailah dengan membiasakan anak masuk ke dalam WC. Latih si kecil untuk
duduk di toilet meski dengan pakaian lengkap. saat si kecil sedang
membiasakan diri di toilet, Anda dapat menjelaskan kegunaan toilet. Nah,
agar si kecil tidak takut di toilet, Anda dapat menemaninya sambil
membacakan buku atau menyanyikan lagu kesayangannya.
Lakukan secara rutin pada si kecil ketika terlihat ingin buang air.
Sejak si kecil terbiasa dengan toiletnya, ajaklah ia untuk menggunakannya.
Biarkan ia duduk di toilet pada waktu-waktu tertentu setiap hari, terutama
20 menit setelah bangun tidur dan seusai makan. Bila pada waktu-waktu itu,
si kecil sudah duduk di toilet namun tidak ingin buang air, ajak ia segera
keluar dari toilet. Bila sekali-sekali ia mengompol, itu merupakan hal yang
normal. Anda juga tak perlu khawatir dan memaksanya bila si kecil
kadang-kadang mogok dan tak mau ke toilet.
Pujilah bila ia berhasil, meskipun kemajuannya tidak secepat yang anda
inginkan
Bila si anak mengalami kecelakaan segera bersihkan dan jangan menyalahkannya
 Jadilah model yang baik, agar si kecil lebih mudah mengerti. Contohkan
padanya bagaimana menggunakan toilet sehari-hari. 
(Pambudi)Sumber: Tabloid Ibu & Anak



. 

Kirim email ke