This is a forwarded message
From: Mariska <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Date: Friday, June 20, 2003, 12:00:02 PM
Subject: Fw: Wujud Cinta

===8<==============Original message text===============
Bagus banget nih critanya...
-----------------------------

Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya 
menyukai perasaan hangat yang muncul di hati saya ketika saya bersandar di bahunya 
yang bidang.
Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus 
akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-2 saya mencintainya dulu telah berubah 
menjadi sesuatu yang menjemukan.

Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-2 sensitif serta berperasaan halus.  
Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen.  
Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.
Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang.    Dan 
ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam  pernikahan kami telah 
mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya  kepadanya,  bahwa 
saya menginginkan perceraian.
  "Mengapa?", dia bertanya dengan terkejut.
  "Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan"
 Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya,  tampak seolah-olah 
sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.

Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat 
mengekspresikan perasaannya,  apalagi yang bisa saya harapkan darinya?  Dan akhirnya 
dia bertanya,  "Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?".
Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan,
"Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya,  saya 
akan merubah pikiran saya: 
Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita 
berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati.  Apakah kamu akan 
melakukannya untuk saya?"
Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan  jawabannya besok."

Hati saya langsung gundah mendengar responnya.
Keesokan paginya, dia tidak ada dirumah, dan saya menemukan selembar kertas  dengan 
oret-2an tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang  bertuliskan....
"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk 
menjelaskan alasannya."
Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.

"Kamu bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya 
menangis di depan monitor,  saya harus memberikan jari-2 saya supaya  bisa membantumu 
dan memperbaiki programnya."   

"Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah,  dan saya harus 
memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika 
pulang.".

"Kamu suka jalan-2 ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru  yang kamu 
kunjungi,  saya harus menunggu di rumah agar bisa memberikan mata  saya untuk 
mengarahkanmu."

"Kamu selalu pegal-2 pada waktu 'teman baikmu' datang setiap bulannya, 
dan  saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal."

"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi   'aneh'.  Dan 
harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah  atau meminjamkan lidahku 
untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami."

"Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan 
matamu,  saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua  nanti,  saya masih dapat 
menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu."

"Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, 
menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-2 bunga yang bersinar 
 dan indah seperti cantiknya wajahmu".

"Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati.  Karena,  saya tidak 
sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku."

"Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari saya  
mencintaimu." 
"Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku,  kakiku, mataku, tidak 
cukup bagimu.  aku tidak bisa menahan dirimu  mencari tangan, kaki, dan mata lain yang 
dapat membahagiakanmu."

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur,  tetapi 
saya tetap berusaha untuk membacanya.

"Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca jawaban saya.  
Jika kamu  puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di  
rumah ini,  tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri  disana 
menunggu jawabanmu."

"Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan
barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu.  
Percayalah,  bahagiaku bila kau bahagia.".

Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu  dengan wajah 
penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti  kesukaanku.

Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari  dia 
mencintaiku.
Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang
dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam  wujud yang 
kita inginkan,  maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak 
pernah kita bayangkan sebelumnya.

Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan  kita,  dan 
bukan mengharapkan wujud tertentu. 

Karena cinta tidak selalu harus  berwujud "bunga".

===8<===========End of original message text===========



-- 
Best regards,
 Etc                            mailto:[EMAIL PROTECTED]
---------------------------------------------------------------------
>> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke