[EMAIL PROTECTED] 
02/02/2006 03:03 PM
Please respond to
balita-anda@balita-anda.com


To
balita-anda@balita-anda.com
cc

Subject
Re: [balita-anda] OOT: Teman Tapi Mesra, Pilihan Manis Tapi Menyakitkan








Wah mbak contoh2nya kok yg ABG sih...( masih SMA)
Kita2 ini kan udah emak2...& bpk2...
Ada nggak kisah TTM yg ama tetangga, teman kerja or teman milis
kali...oups....becanda loh...he..he...

==========================================================================
Beneran juga ngga papa mba...:-p


[EMAIL PROTECTED] on 02/02/2006 02:22:47 PM

Please respond to balita-anda@balita-anda.com

To:   balita-anda@balita-anda.com
cc:    (bcc: Rini Ismawati/MKI)

Subject:  [balita-anda] OOT:  Teman Tapi Mesra, Pilihan Manis Tapi 
Menyakitkan




Reffress dikit nih....





Teman Tapi Mesra, Pilihan Manis Tapi Menyakitkan

Istilah teman tapi mesra terdengar manis dan memang hip banget.
Sedikit-sedikit istilah ini dipakai untuk menyebut orang-orang yang enggak
bisa kita jadikan pacar. Apa, sih, sebenarnya teman tapi mesra ini?

Kalau kita menyimak lagu Ratu sih, Teman Tapi  Mesra atau yang biasa
disingkat TTM bisa diartikan sebagai sebuah gelar yang diberikan buat
seseorang yang enggak bisa kita sahkan sebagai pacar karena kita sudah ada
yang punya walaupun kita dan dia saling suka. Ya, akhirnya hubungan tetap
dijalankan sebagai pertemanan plus kemesraan yang sebenarnya mungkin
banget sama kayak hubungan pacaran pada umumnya.

Nah, kalau dilihat dari arti TTM ini, sebenarnya ada satu proses lain di
balik semua itu, yaitu perselingkuhan! Betul! Selingkuh! Hal ini karena
salah seorang dalam hubungan ini sebenarnya lagi terikat hubungan pacaran
dengan yang lain. Dan mau enggak mau kita harus mengakui kalau TTM adalah
istilah lain untuk selingkuhan Cuma dalam versi yang terdengar lebih
manis, halus, dan gaul. Jadi TTM, menurut versi lagu ini, kayaknya indah
dan penuh harapan. Walau enggak jadi pacar, tetap bisa mendampingi si
pujaan hati ke mana pun dan risiko ketahuan sama yang punya pacar juga
enggak disebut-sebut. Tapi, apa menjadi TTM memang semanis kedengarannya?

Sadar banget

Ada banyak macam alasan kenapa akhirnya seseorang bersedia jadi TTM atau
selingkuhan ini. Tapi, alasan utama yang juga dianggap masuk akal adalah
karena terbentur keadaan.
Keadaan di sini adalah karena cewek atau cowok yang dipengen ternyata
sudah memiliki pacar dan enggak bisa meninggalkan pacarnya juga. Akhirnya,
mau enggak mau, jadi TTM pun menjadi pilihan yang dilakukan dengan sadar
banget.

Hal ini dialami sama Jonathan, seorang siswa kelas 3 SMU 68, Jakarta, yang
pernah menjadi selingkuhan selama kira-kira dua bulan. Gue dekat sama
ceweknya sepupu gue. Sayangnya dia enggak bisa ninggalin cowoknya dan gue
sendiri juga merasa enggak enak sama sepupu gue. Akhirnya gue bersedia
jadi selingkuhan cewek ini, jelas Jonathan.

Hal yang mirip dialami juga oleh Candra, kelas II SMA 21, Jakarta. Gue
naksir seorang cewek. Setelah seminggu PDKT, eh... baru ketahuan kalau dia
punya pacar. Habisnya dia kelihatan welcome saja, sih. Tapi, ya gimana
karena gue sudah suka, gue akhirnya milih untuk tetap dekat sama dia dan
nerima keadaan dia yang begitu, tutur Candra

Alasan lain yang juga mendukung alasan utama ini adalah karena si TTM
merasa punya kelebihan dibanding pacar asli. Hal ini rupanya yang
dijadikan alasan oleh Cyntia, siswi kelas I SMA 57, Jakarta. Aku punya
teman cowok yang memang dekat. Awal-awalnya kami biasa saja. Tapi akhirnya
dia jadi sering curhat ke aku soal ceweknya. Dia bilang ceweknya terlalu
cuek dan mereka suka berantem. Lama-lama kami jadi dekat karena katanya
aku beda dari ceweknya. Aku sendiri, sih, enggak keberatan, ujar Cyntia
santai.Waktu SMP aku juga pernah dekat sama kakak kelasku. Walaupun dia
sudah punya pacar, dia suka datang ke rumah dan curhat soal ceweknya. Aku
oke-oke saja untuk jadi tempat pelariannya. Soalnya aku juga suka dia,
sih, lanjut Cyntia lagi.

Menjadi TTM bisa dibilang juga merupakan pilihan karena biasanya didorong
niat dan usaha tertentu. Waktu sepupu gue lagi nelepon ceweknya dari
telepon rumah gue, cerita Jonathan, iseng-iseng gue pengin ikutan ngobrol
juga. Setelah sepupu gue ini pulang, gue tertarik pengin kenalan lebih
lanjut. Gue redial nomor cewek ini dari telepon dan kita ngobrol. Enggak
nyangka banget, ternyata anaknya asyik. Akhirnya kami telepon-teleponan
selama dua minggu. Setelah itu, gue beranikan diri untuk mengajak dia
ketemuan, dan gue mulai suka sama dia. Bahkan gue berani juga untuk nembak
dia. Gue tahu risiko yang bakal gue hadapi.

Dila dari SMA 4, Jakarta, punya pengalaman yang unik. Aku jadian selama
dua bulan sama seorang cowok. Selama itu, aku sebenarnya sudah dikasih
tahu teman kalau dia masih punya pacar. Tapi, aku tetap enggak mau peduli.
Setelah semuanya benar-benar jelas, aku tetap bertahan selama seminggu
karena memang masih sayang sama dia. Tapi akhirnya dia milih ceweknya.
Padahal aku masih sayang dan mau sama dia, kata Dila.

Lain halnya dengan Candra. Memilih untuk menjadi TTM ternyata juga
didorong oleh perasaan tertantang buat mendapatkan cewek idamannya ini.
Setelah gue tahu dia punya cowok, gue juga merasa tertantang. Itu juga
jadi alasan gue untuk tetap bertahan, jelas Candra sambil tertawa. Tapi
gue juga sudah siap sama semua risikonya, lho. Gue, sih, berharap dia
mutusin cowoknya. Tapi, kalau seandainya akhirnya gue ditolak dan dia
tetap milih cowoknya, ya... enggak jadi masalah, lanjutnya lagi.

Serba salah

Setelah berhasil memenang gelar TTM ini, ternyata mulai banyak keluh kesah
yang muncul.
Hal pertama yang mesti dihadapi adalah perasaan parno kalau-kalau hubungan
perselingkuhan ini ketahuan sama si pacar asli. Waktu gue lagi
sering-seringnya jalan sama cewek ini, gue deg-degan juga. Takut kalau
ketahuan sama cowoknya. Cuma gue berusaha menenangkan diri dengan bilang
dalam hati, yang penting gue enggak bikin yang aneh-aneh, kata Candra
sambil tertawa.

Sedikit beda dengan yang dialami Jonathan, dia justru berusaha
menghilangkan ke-parnoan-nya dengan cara menyiapkan alibi yang tepat kalau
saja mereka enggak sengaja bertemu dengan pacar si cewek yang juga
sepupunya ini. Gue memang sering parno kalau melihat orang yang mirip sama
sepupu gue waktu lagi jalan sama cewek ini. Akhirnya gue rancang saja
alibi buat antisipasi kalau suatu saat ketemu sama dia. Gue bakal bilang
kalau secara enggak sengaja ketemu sama ceweknya dan akhirnya jadi jalan
bareng karena cewek ini minta ditemani makan, jelas Jonathan sambil
tertawa lepas.

Masalah kedua yang juga suka bikin para TTM sebal adalah aturan main
enggak tertulis yang melarang seorang TTM untuk cemburu! Memang bikin
bete, tapi hal ini harus dituruti karena enggak ada status yang pasti di
antara TTM dan pasangannya. Kalau ceweknya telepon dan kebetulan aku ada
di situ, biasanya ada perasaan cemburu yang juga bikin aku enggak nyaman.
Apalagi kalau mendengar mereka beraku-kamu. Aneh, kan? Padahal aku juga
enggak punya hak apa-apa, papar Cyntia.

Tapi, kayaknya buat mereka yang memang benar-benar sadar dengan risiko
sebagai TTM, rasa cemburu yang kadang muncul langsung bisa diatasi dengan
cepat juga. Kalau dia jalan sama cowoknya, gue suka jealous juga, sih.
Tapi gue langsung mikir kalau gue enggak boleh gitu karena gue ada di
pihak yang merusak hubungan mereka, tambah Jonathan.

Hal lain yang bisa mengganggu adalah perasaan serba salah yang lumayan
besar karena sudah mengganggu hubungan orang lain. Menurut Putra, seorang
siswa kelas II SMU 82, jadi TTM bisa bikin dia merasa serba salah.
Walaupun Putra sendiri belum pernah mengalami jadi TTM alias selingkuhan,
kedekatannya dengan sang mantan pacar yang sudah punya pacar juga bikin
perasaan serba salah muncul. Sekarang ini gue sudah punya cewek, tapi gue
masih suka jalan sama mantan gue ini. Kita memang masih saling sayang dan
kalau jalan bareng pun, masih kayak pacaran. Nah, gue jadi bisa
mengira-ngira, masalah akan muncul kalau saat kita pengin lebih, kita
malah mentok dan enggak bisa mendapatkan yang kita mau. Tapi kalau enggak
jadi TTM, kita sedih gara-gara enggak bisa dekat dia. Jadi bisa dibilang
gue setuju dan enggak setuju, deh, sama yang namanya TTM," kata Putra.

Ending bisa ditebak

Jadi TTM punya risiko bakal mengalami ending yang lumayan bisa ditebak dan
menyakitkan. Seperti yang dialami Jonathan yang akhirnya ditinggalkan oleh
cewek yang diselingkuhinya.
"Hubungan kami akhirnya ketahuan. Walaupun dia memang sempat putus sama
sepupu gue, akhirnya mereka jadian lagi dan gue ditinggalkan. Memang sedih
banget, tapi gue tahu diri kalau memang sudah bersalah merusak hubungan
mereka," tutur Jonathan.

Cyntia pun ternyata mengalami hal yang sama, Walaupun ada sisi baik gue
yang enggak bisa dia temui di ceweknya, dia tetap sayang sama ceweknya.
Dan waktu hubungan kami ketahuan, dia pilih ceweknya. Padahal selama jalan
bareng hampir tiga mingguan gitu, gue suka merasa kalau sudah jadian sama
dia, kata Cyntia.

Pengalaman serupa juga dialami Dila, yang walaupun sudah berkorban
ternyata tetap ditinggalkan juga. Untungnya sih, karena jadi TTM adalah
pilihan. Jadi waktu ending terduga ini muncul, hati pun sudah siap buat
mengatasinya. Kalau aku, sih, memang sayang sama dia, dan sempat mikir
juga pengin dia mutusin ceweknya. Tapi, yah... kalau kayak gini, kita
enggak bisa mengharapkan itu. Mending dibawa fun saja. Selama enggak
merugikan, ya, dijalani saja, jelas Cyntia dengan mantap.

Hmmm... Tapi sekarang coba merenung sebentar, yuk. Segala sesuatu yang
menyangkut masalah hati memang enggak bisa dibatasi dan memang hak kita
untuk menyukai dan berhubungan sama orang lain. Jadi TTM pun merupakan
pilihan pribadi yang susah diganggu gugat sama orang lain. Tapi pernah
kepikiran enggak, gimana perasaan si pacar asli atau kenapa kita cuma
dijadikan sebagai cadangan padahal katanya kita disayang? Pantaskah kita
mengambil semua risiko ini untuk satu akhir yang gampang ditebak? (NATASIA
PASARIBU Tim MUDA)

Sumber: KCM - Jumat, 13 Januari 2006














================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: 
[EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]


Kirim email ke