Mba Aniii.... Ga terasa air mata ngalirr.....inget ARYA di rumah....hiks... namanya sama pulaa.... Ya Allah...semoga anak2 itu masih di berikan kesehatan yang baik..amin...
Vera (mamaarya) ----- Original Message ----- From: "Muslifa Aseani" <[EMAIL PROTECTED]> To: <balita-anda@balita-anda.com>; <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Friday, February 17, 2006 10:33 AM Subject: [balita-anda] {OOT Jumat}Separuh Bibirnya Habis Akibat Kelaparan > Separuh Bibirnya Habis Akibat Kelaparan > > Ariya, 20 bulan, semestinya balita seusianya masih harus mendapatkan > asupan gizi yang cukup. Namun penghasilan ayahnya sebagai buruh kecil > dan ibunya yang menjadi pembantu rumah tangga membuatnya terpaksa tak > menikmati gizi yang memadai. Janganlah bicara gizi, untuk makanan > sehari-hari pun bocah kecil kurus itu hampir jarang menikmati. > > Kedua orangtuanya harus pasrah membiarkan anaknya sering kelaparan, > karena mereka pun mengalami nasib yang tak berbeda, perut mereka lebih > sering kosong. Dalam sepekan, bisa jadi empat hari perutnya kosong. > Akibat kelaparan yang diderita Ariya dan keluarganya, kini Ariya harus > menjalani perawatan intensif di rumah sakit di Bulukumba, Sulawesi > Selatan, karena mengalami gizi buruk. Tak hanya itu, yang lebih > menyedihkan, separuh bibir Ariya tampak habis, layaknya buah jambu > yang digerogoti kelelawar. Ternyata, akibat sering menahan lapar Ariya > sering menggigiti bibirnya sendiri sampai bolong. > > Masih di daerah yang sama, Bulukumba, Dimas, usianya sedikit lebih tua > dari Ariya, 2 tahun. Tapi berat badannya sama dengan berat badan bayi > 3 bulan. Tulang-tulang di dadanya sangat menonjol, hanya kulit tipis > yang menutupi tulang-tulang itu. Sedangkan kedua tangan dan kakinya > lebih mirip akar yang kehabisan air. Dimas juga mengalami gizi buruk > lantaran orangtuanya tak mampu memberinya makanan bergizi. Setiap > hari, sejak usianya 6 bulan, hanya makanan orang dewasa yang didapat > Dimas. Tak ada susu formula, dan makanan bergizi > lainnya. > > Jika Ariya dan Dimas hanyalah dua dari jutaaan anak yang mengalami > gizi buruk lantaran sulit mendapatkan makanan, tidak berbeda dengan > kelompok-kelompok warga lainnya di berbagai tempat. Kampung > Bungbulang, Garut, mungkin tidak banyak orang yang pernah > mendengarnya. Sebuah kampung terpencil di Jawa Barat itu baru-baru ini > menggemparkan karena nyaris seluruh warganya mengalami kelaparan. > Memang sudah ada LSM dan dokter yang menangani warga di kampung > tersebut, namun bagaimana pun kejadian ini sungguh memilukan. Hingga > hari ini, warga Kampung Bungbulang masih harus terus mendapatkan > bantuan. Lebih penting dari itu, mereka juga harus mendapatkan > penyuluhan kesehatan dan pola makan sehat. > > Tak hanya di Garut. Ratusan warga di beberapa daerah di Brebes, Jawa > Tengah terpaksa kembali makan tiwul, penganan yang terbuat dari > singkong. Beralihnya makanan dari beras ke singkong lantaran semakin > tingginya harga beras yang tak terjangkau oleh penghasilan mereka yang > minim. Masih di Brebes, 80 kepala keluarga terancam kelaparan usai > banjir yang melanda kampung mereka tiga pekan yang lalu. Banjir tak > hanya menenggelamkan rumah warga, melainkan juga menggenangi ratusan > hektar sawah milik mereka selama berhari-hari. Akibatnya, > seluruh padi yang siap dipanen pun puso. Selain panen yang gagal, > persediaan beras dan makanan warga pun musnah terbawa banjir. Karena > tak lagi memiliki beras untuk dimakan, ratusan jiwa itu pun kini hanya > bisa makan nasi aking, yakni nasi sisa/bekas yang dikeringkan kemudian > dimasak kembali. > > Di tempat lainnya, Bellu, Nusa Tenggara Timur, ancaman kelaparan sudah > menimpa warga lantaran sarana transportasi yang sempat terputus akibat > banjir bandang. Bantuan bahan makanan memang dikirim ke wilayah > tersebut, namun jumlahnya sangat terbatas dan belum mencukupi. > Sedangkan banjir telah lebih dulu menghancurkan ladang-ladang mereka, > akibatnya ratusan warga korban banjir terpaksa memakan batang pohon > yang dihaluskan. > > Sejumlah daerah lainnya yang pekan lalu terkena banjir dan longsor, > seperti Sumbawa, Lombok Timur, beberapa daerah di Jawa Tengah, bahkan > termasuk Kabupaten Purwakarta pun tak luput dari ancaman kelaparan. > Pekan lalu, Lurah Desa Panyindangan, Kabupaten Purwakarta, H. Adang > Permana melaporkan, akibat bencana longsor, kini wilayahnya bisa > dibilang paceklik beras. Pasalnya, meski longsor hanya menghancurkan > belasan rumah warganya, namun ratusan hektar sawah milik warga kini > dipenuhi bebatuan besar. Butuh waktu berbulan-bulan bagi para pemilik > sawah itu untuk menyingkirkan batu-batu besar yang bertebaran di sawah > mereka. Sementara itu, bantuan yang datang pun tak seberapa. "Jujur > saja, saat ini warga masih punya persediaan beras. Tapi dua bulan ke > depan, kami tidak tahu harus mendapatkan beras dari mana," ujar Lurah > Adang. > > Bila kondisi ini tak segera mendapat perhatian dari pemerintah > khususnya, dan dari masyarakat di tempat lain yang tidak terkena > ancaman kelaparan, bisa jadi akan ada puluhan juta Dimas dan Ariya > yang harus dirawat di rumah sakit akibat gizi buruk dan busung lapar. > Bahkan mungkin, banyak anak-anak yang tidak terselamatkan dan mati > kelaparan. Atau mungkin ada fenomena baru seperti Ariya, dimana > anak-anak tak lagi menggigiti bibir, bisa saja jari-jari, tangan atau > anggota tubuh lainnya menjadi alternatif makanan. > > Ancaman kelaparan ini bukan saja berakibat pada kematian, tapi lebih > daripada itu, haruskah kita kehilangan generasi-generasi penerus > bangsa ini? Atau relakah kita jika kelak bangsa ini dipimpin oleh > generasi yang tumbuh dan berkembang dalam predikat gizi buruk? > > Sungguh ini juga merupakan bencana, bencana yang merenggut jiwa > anak-anak bangsa secara perlahan, dan semakin lama akan habislah > generasi masa datang. > > Bayu Gawtama > > > ================ > Kirim bunga, http://www.indokado.com > Info balita: http://www.balita-anda.com > Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] > Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] > > > ================ Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]