Mewaspadai Alergi Pada Anak


*Oleh: dr. Handrawan Nadesul*

------------------------------------------------------------------------

Hanya anak yang berbakat alergi kemungkinan muncul gejala alerginya. Kini semakin banyak saja anak yang mengidap gejala alergi. Bentuk reaksi alergi tidak sama; selain di kulit, reaksi alergi dapat muncul sebagai pilek, batuk, sesak napas, dan mungkin gangguan perut. Perlu diwaspadai, secara tidak langsung anak yang mengalami alergi, laju pertumbuhannya bisa tergganggu.

Alergi adalah reaksi penolakan tubuh terhadap alergen, yang dianggap sebagai benda asing sehingga terjadi mekanisme tubuh menolaknya. Normalnya mekanisme (pertahanan) ini hanya terjadi bila benda asing tersebut adalah kuman; tetapi bagi tubuh yang memiliki "arsip bawaan" (dari orang tua atau moyang) sehingga tubuh "salah-tuduh" terhadap sesuatu misalnya: makanan tertentu, debu, rambut/bulu, tungau, polusi, serbuk sari bunga, cuaca (terlalu dingin/panas); yang bagi orang tidak alergi tak-kan menjadi masalah.

Reaksi alergi dapat terjadi antara lain pada:

   * Kulit: gatal, biduran, bercak (ruam) merah hingga bengkak dan melepuh
   * Mata: merah, berair, bengkak
   * Saluran nafas: pilek, batuk, sesak nafas - hingga berhenti nafas
   * Saluran cerna: sari awan, bibir bengkak, mual, muntah, diare.
   * Pingsan (anafilaktik)

Anak yang kulitnya sering muncul ruam merah, bisa jadi berbakat alergi. Dokter menyebutnya atopy, yang terjadi sebetulnya reaksi alergi pada kulit. Namun reaksi alergi pada anak tidak hanya pada kulit. Bisa menyerang saluran napas; antara lain anak yang setiap bangun tidur pagi selalu bersin-bersin, lalu ber-ingus, sangat mungkin berbakat alergi juga. Begitu matahari muncul, dan sudah keluar dari kamar tidur, bersin, dan hidung melernya hilang sendiri.

Berbeda dengan gejala batuk-pilek, yang disertai demam, anak lemah, lesu, dan tak mau makan, pada alergi keluhan itu tak ada; anak tampak sehat-sehat saja. Terlihat hanya pilek-pilek saja; yang bisa jadi pilek alerginya berlangsung sepanjang hari.

Yang khas pada pilek alergi, hanya muncul bila sedang berada di kamar tidur, atau ketika duduk di sofa-berbalut kain, bergolek di karpet, atau dekat tirai, kemudian mereda setelah menjauh dari tempat-tempat tersebut. Kemungkinan besar karena debu rumah (/house dust/) yang sering menjadi sumber pencetus alergi. Maka membebaskan ruangan rumah dari debu tempat tungau bertengger, satu-satunya cara mengatasi serangan alergi. Tak cukup disapu, dan dipel saja, karena debu akan terbang saat disapu, lalu hinggap lagi di lantai, meja, kursi, atau tempat tidur. Jadi yang harus dilakukan menyedot dengan penghisap debu secara rutin berkala, mencuci tirai tidak menunggu sampai berdebu, sering mengganti sarung bantal dan alas tidur, singkirkan karpet, usahakan sinar matahari masuk karena tungau tidak suka dan tidak tahan sinar matahari.

Itu saja belum cukup. Semua bahan dan peralatan rumah tangga yang berpotensi menahan debu, seperti karpet, kasur kapuk, tirai, tumpukan koran, majalah, buku, juga harus disingkirkan dari ruangan. Termasuk rutin membersihkan baling-balik kipas angin, dan saringan penyejuk ruangan (AC).

Anak yang berbakat alergi bisa tak cocok terhadap jenis makanan atau minuman tertentu. Setiap habis mengonsumsi makanan-minuman tertentu, terjadi reaksi antara lain, bercak merah, mual, muntah, dan mencret, sesak napas, dan tidak begitu bila tidak memilih makanan itu. Ada yang tak tahan cokelat, kacang, atau buah-buahan tertentu.

Tidaklah berbeda kebutuhan gizi anak alergi maupun tidak. Makanan pencetus alergi memang harus dihindari, namun pilihlah beragam makanan yang tak menjadikan masalah bagi anak demi mendukung pertumbuhannya.

Selain itu, ada juga yang tidak tahan terhadap bahan kosmetik/toiletery tertentu. Setiap memakai bedak, sabun, odol, atau baby oil, pasti jadi gatal-gatal. Atau tak tahan parfum, alkohol, kalau bukan shampo merk tertentu.

Jangan lupa, anak berbakat alergi juga perlu diwanti-wanti bila sedang berobat. Dokter yang belum mengenal si Anak perlu diberi tahu kalau anak berbakat alergi, agar dokter memilihkan obat yang tidak mencetuskan reaksi alergi. Bahkan obat warung sekalipun bisa saja bikin anak alergi. Maka jangan sembarang memberi obat kepada anak yang pernah alergi.

Reaksi alergi bisa bersifat ringan, namun bukan tak mungkin langsung berat yang bukan saja harus masuk rumah sakit, bisa jadi menjadi kasus gawat darurat. Serangan asma berat, atau kelainan kulit hebat (Steven-Johnson syndrome), bisa sampai merenggut nyawa bila terlambat ditolong.

Bagi keluarga yang memiliki anak dan anggota keluarga yang berbakat alergi, sebaiknya selalu sedia obat antialergi yang dianjurkan dokter. Sewaktu-waktu, sering-sering tak terduga, serangan alergi bisa saja muncul. Semakin cepat obat antialergi diberikan, semakin enteng serangan alergi menyerang, dan tidak sampai berakibat buruk.

Namun tentu lebih bijak kalau reaksi alergi tidak sampai terjadi, dengan cara menghindar dari segala faktor pencetus alergi. Karena setiap orang memiliki faktor pencetus alergi yang tidak sama. Untuk itulah orang-tua dan anak sendiri perlu mengenali apa saja yang menjadi faktor pencetus alerginya. Paling sering, ikan laut, penicillin, dan debu rumah, pencetusnya.

Kirim email ke